Rabu, 15 Oktober 2014

Gelar Budaya "Nglaras Natas" Sanggar Nuun

Rundown Nglaras Natas
Dewasa ini, kemajuan zaman berlangsung dengan cepat. Manusia menjadi pelaku sekaligus korban dari apa yang dilakukannya sendiri. Di angka 22 tahun perjalanannya, Sanggar Nuun UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mencoba menggali fenomena kebudayaan yang carut marut tersebut. Bagaimana menelaah dan menyadari eksistensi diri agar kita tidak lupa dengan pertanyaan kenapa kita ‘ada’ dan di’ada’kan. Gagasan penyadaran ini diejawentahkan dalam pagelaran sepekan refleksi Nglaras Natas.

Nglaras Natas sendiri merupakan sebuah refleksi kebudayaan yang lahir dari keresahan terhadap realitas. Nglaras yang dalam bahasa Jawa berarti keseimbangan; menikmati. Artinya untuk menjaga keseimbangan setiap makhluk saling berhubungan satu sama lain dengan peran, hak, dan tugasnya masing-masing. Natas yang bermakna setiap makhluk yang berada dalam kosmos ini berasal dari Tuhan, baik yang mikro maupun yang makro. Dan hakikat dari kehidupan adalah kembali ke asal muasal.

Berikut rangkaian acara sepekan Nglaras Natas ulang tahun 22 Sanggar Nuun Yogyakarta:

13-26 Oktober 2014: Pameran seni rupa bertema “Yang Lahir dan Meruang”. Bertempat di titik-titik strategis ruang terbuka UIN Suka.

22 Oktober 2014: Acara pembukaan dan pentas UKM, yang akan dimeriahkan oleh Adab Dance Community, Al Mizan, PSM Gita Savana, Teater Eska, dan Gorong-gorong Institut. Bertempat di Gerbang Budaya UIN Suka. Pukul 19.30-22.00 WIB.

23 Oktober 2014:
  • Sarasehan Budaya bertema “Ketika Kesenian Tak Lagi Membawa Semangat Zaman” dengan pembicara M. Djadul Maula dan Munawwar Ahmad. Bertempat di Laboratorium Agama UIN Suka. Pukul 09.30-13.00 WIB.
  • Monolog ”Mulut” oleh Mbah Tohir dan music perform “Kalamitis”. Bertempat di Gerbang Budaya UIN Suka. Pukul 19.30-22.00.
25 Oktober 2014: Pentas “Noktah Merah” orkestra sebuah bahtera. Bertempat di Gerbang Budaya UIN Suka. Pukul 19.30-22.00 WIB.

Di malam puncak, musik kolosal “Noktah Merah” merupakan sebuah gagasan besar dari perjalanan Sanggar Nuun yang berpijak pada nilai relegiusitas humanis. Dimana cabang seni seperti seni rupa, musik, teater, tari, dan sastra berbaur menjadi satu. Naskahnya sendiri adalah sebuah kolase naskah teater Sanggar Nuun yang telah dipentaskan. Naskah yang awalnya terpecah-pecah itu dianalisis kemudian dikemas menjadi satu kisah utuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar