Sabtu, 26 Oktober 2013

Cerita Sarasehan Tadi (Tentang Sumpah Pemuda)


Ringkasan Sarasehan Sumpah pemuda 26 Oktober 2013 di gedung teatrikal Fakulltas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, berjudul: “Menghimpun yang Tercerai  Tekad Pemuda Indonesia menuju Bangsa yang Bersatu dalam Kebhinekaan” 

Pembicara:
1. Herman Sinung Janutama (Pakar Filsafat Jawa-Nusantara)
2. Rifki Ali Hamidi (Pengusaha Muda)
3. M. Nur Hidayatullah (Kepala Badan penelitian dan Pengkajian Daerah GAFATAR DIY)

Yang pertama dari Bapak Sinung, beliau yang mempunyai motto hidup: Surodiro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti ini mengungkapkan bahwa sumpah pemuda adalah hasil kerja keras para pemilik idealisme. Berangkat dari semangat tradisi Indonesia yang begitu kaya beliau bercerita tak ada jeleknya menjadi orang nusantara malah itu prayoga (utama), karena terdapat hayuning srawung (interaksi yang indah antar manusia). Dahulu tatanan kita sangat bagus sekali dengan konsep membangun tatanan yang saling menggerakkan hati. Jika dahulu ada sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah seperti madrasah giri yang dahulu membuat betah para siswanya, tapi kenapa sekarang sekolah yang dikatakan terpadu malah padu-padunan??
Kita juga harus sadar 120.000 buku yang ada di keraton itu ditarik oleh Rafles dan Deandels, naskah kuno yang sangat berarti. Kenapa kita tidak berbuat apa-apa?
Indonesia juga dikatakan sebagai NUSANTARA. Apa itu nusantara? Nusa: laut, Anta: pemberani, Tara: keturunan nabi. Jadi Nusantara adalah negeri kelautan yang bersisi para pemberani dan keturunan nabi. Indonesia adalah negeri  guru. Dan konsep bagus tentang tatanan Indonesia itu adalah konsep dwitunggal yang meliputi: budaya nusantara yang luhur ini dan agama yang suci ini (Islam). Indonesia juga merupakan negeri perairan terbesar, tempat guru dunia dilahirkan. Dan saat kita melihat peta dunia, kita akan melihat bahwa Indonesia ada di tengah-tengah (pusat dunia).
Lakukan research-research tentang sistem jaya masa lalu. Jangan berkaca pada Negara-negara barat. Kita punya cermin kita sendiri. (#Filsafat saja contohnya, mahasiswa-mahasiswa filsafat sekarang itu terlalu mabuk dan kecanduan filsafat barat seperti filsafat Yunani)
Intinya, mari kita jadikan momentum Sumpah Pemuda kali ini dengan mempelajari lagi budaya-budaya Indonesia yang luhur dan menerapkannya untuk kesejahteraan. Diimbangin dengan penerapan nilai-nilai agama yang luhur.

                Pembicara yang kedua, Pak Nur dari GAFATAR, beliau bercerita tentang seorang ibu yang kemalingan dan tidak ada lagi yang bisa dimintai tolong kecuali anak-anaknya. Sedangkan anak-anaknya apatis dan sibuk dengan aktifitasnya sendiri. Seperti inilah analogi dari sebuah lagu: “Ku lihat ibu peertiwi sedang bersusah hati” dan anak-anaknya diibaratkan masyarakat Indonesia. Dan cara paling mengena adalah dengan menyadarkan. Ibaratnya kita itu tertidur, dan orang tidur jika ada sesuatu yang berisik pasti bangun, maka.. mari kita buat keberisikan itu :D Dan sumpah pemuda itu bukan monopoli orang-orang yang berusia 15-30 tahun, tapi sumpah pemuda merupakan sifat mental kejiwaan dan orang tua pun masih dikatakan muda jika ia mempunyai jiwa yang muda. Seperti ucapan Bung Karno: “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncang dunia”.  Dan pesan Bung Karno juga dalam Amanat Proklamasi 1945:
“Bangsa Indonesia harus mempunyai isi hidup dan arah hidup. Kita harus mempunyai levensinhoud dan levensrichting. Bangsa yang tidak mempunai isi hidup dan arah hidup adalah bangsa yang hidupnya tidak dalam, bangsa yang dangkal, bangsa yang cetek, bangsa yang tidak mempunyai levensdiepte sama sekali. Ia adalah bangsa penggemar emas sepuhan, dan bukan emasnya batin. Ia mengagumkan kekuasaan pentung, bukan kekuasaan moril. Ia cinta kepada gebyarnya lahir, bukan kepada nurnya kebenaran dan keadilan. Ia kadang-kadang kuat tetapi kuatnya adalah kuatnya kulit, padahal ia kosong melompong di bagian dalamnya”. Solusinya adalah keluar dari kondisi yang berpecah belah ini dan berjalan menuju fitrah manusia, yaitu kembali hiup pada jalan kebenaran sejati yang ber-isme kepada Tuhan yang maha Esa.

                Pembicara yang terakhir, yaitu Mas Rifki Ali Hamidi, seorang pengusaha muda. Mas ini saat bicara tentang produk Indonesia mengatakan: “Bukan masalah kita bisa membuat atau tidak, tapi masalah mau pakai atau tidak??”. Logisnya gini, Indonesia itu bisa buat HP nggak sih? Kenapa HP nggak bisa, pesawat terbang aja bisa? Masalahnya, kalau ada orang Indonesia yang buat HP, mau pakai apa enggak? Jangan-jangan lebih gengsian Apple, BB, Samsung, dkk -__- Ada analogi keren lagi nih.. Misalnya ada dua gedung bertinggi 500 meter(gedubg A dan B), di puncaknya ada lompatan sejauh satu meter untuk melompat dan berpinda dari gedung A ke gedung B yang ingginya 500 meter ini. Meski pun dibayar berapapun, mau sejuta, sepuluh juta, seratus juta, I milyar.. kata bakal pikir-pikir, itu nyawa kita lho, bisa jadi sebelum jatuh ke bawah kita mati duluan gara-gara jantungan. Tapi seandainya, jika kamu ada di gdung A dan orang tua kamu serta adik-adikmu, kakak-kakakmu ada di gedung B, jika kamu tidak loncat maka keluargamu itu akan dijatuhkan.. apa reaksimu?? Tentu bukan karena uang kan?? Begitu juga dengan bisnis. “Business is not business” (yeah, I think there is important things then just MONEY!).  Mas Rifki juga sedikit bercerita tentang bisnisnya, dari bidang telekomunikasi sampai bisnisnya sekarang, “kerta bumi”, yaitu sebuah usaha yang menjadikan batik sebagai icon-nya. Kata Mas Rifki: “Menduniakan batik dan membatik dunia” :D Pesan masnya juga, ” Indonesia membutuhkan teman-teman semua. Kalian mahasiswa, jangan habiskan porsi-porsi orang-orang yang pendidikannya Cuma SD, SMP, SMA… Kalau kalaian ambil jatah kerja mereka, trus mereka mau kerja apa?? Andaikan ada 100 orang saja yang ada di ruangan ini menjadi pengusaha atau menciptakan sesuatu, dan tiap pengusaha bisa memperkerjakan 50 orang, bayangkan.. ada 5000 orang yang bekerja. Kalian telah membantu  Negara, membantu eman yang nganggur..”. Tapi kenyataannya, orang sekarang diajak mikir sedikit aja sudah capek -__-

Bukankah pohon yang besar berasal dari benih yang kecil? Mari kita menjaadi si kecil dengan kesanggupan yang besar :)


Yogyakarta, 26 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar