Kamis, 28 Agustus 2025

Kerja Bebas, Kisah Driver, dan Ruang untuk Salah

 I.

Bekerjalah dengan bebas. Bekerjalah dengan cinta. (Pak Pur IVS)

II.

Keong Mas TMII

Hari Minggu lalu, aku naik Gocar dari Keong Mas Taman Mini Indonesia Indah (TMII) acara jalan santai kantor untuk menuju MMU (Medan Merdeka Utara), lokasi kantorku berada. Di sepanjang jalan, driver banyak cerita terkait suka duka hidup dan pekerjaannya. 

Aku mengingat dia dan istrinya dapat anak pertama setelah 16 tahun menikah. Mereka nikah 2005, dapat anak 2021. Anak sekarang umur 4 tahun. Sebelum punya anak, ceng-cengan teman dianggap biasa. "Emang buatnya gak capek?" kata dia. Suami-istri ini juga udah ikhlas kalau salah satu ada yang nikah lagi, tapi gak jadi. Kata dia, pria itu gak perlu disuruh, dia akan gerak sendiri kalau dia mau. Terus, ada suami-istri juga yang naik Gocar yang mengeluh gak dikasi momongan karena udah nikah 3 atau 4 tahunan. Lalu si Bapak ini cerita dan pengendaranya kaget. Namun, karena sabar dan merawat orangtua, akhirnya setelah ditinggal orangtua, diberikan Allah anak yang datang untuk meregenerasikan.

Dia juga curhat soal suka duka jadi driver. Misal, beda harga antara motor dan mobil cuma selisih 3.000 rupiah. Aplikasi yang motong biaya yang didapat driver sampai 20 persen, baik di motor/mobil. Tiba-tiba dapat cancel dari customer padahal udah dekat, kalau ketemu langsung pengen maki-maki. Aplikasi tak mau peduli, percuma demo yang untung juga koordinatornya saja yang dapat duit katanya.

Di juga pernah nerima orderan yang pahit banget, nganterin ke daerah Tigaraksa dengan waktu seperti dari Jakarta ke Kuningan (asal si Bapak) karena macet. Belum lagi customer (ibu-ibu) seperti ngenyek, kata dia, "Kalau gak Bapak, gak ada yang mau ambil." Dalam hati si Bapak mau maki-maki juga, tapi ya mau gimana lagi. Sebenarnya, si ibu ini mau muji, tapi entah gimana Bapak nangkapnya kalimat itu jadi negatif, meski aku lihatnya positif. Barangkali, beda kondisi aja kali ya.

Juga cerita dia soal mobilnya disewa ke puncak Bogor, tapi pas naik di tanjakan gak bisa naik. Meski dibayar mahal, tapi ya udah dimarah-marahin, dan kehilangan mood. Terus ditelpon si temannya untuk gantiin. Sayangnya, si Bapak ini sama di penyewa gak dikasih apa-apa, ganti bensi juga enggak, "Pahit, pahit," katanya.

III.

Komisi II DPR RI
Pas aku liputan di DPR hari Senin, yang bersamaan dengan demo mahasiswa di sana; aku melakukan kesalahan. Aku salah tulis fakta berita soal kepala daerah. Editor menyalahkanku, macam itu fakta ada di depan mataku kok bisa aku sampai salah?! Aku sejenak mengutuk diriku sendiri. Namun, entah kenapa beberapa waktu kemudian aku seperti diingatkan untuk jangan terlalu keras pada diri sendiri. Aku sudah cukup menyalahkan diri sendiri dengan segitunya, aku tak perlu menambah-nambah lagi derita. Biarkan editorku yang muntab karena gak ngasi ruang untuk salah, tapi detik itu aku benar-benar lapang dada. Aku ingin bilang ke diri sendiri untuk memberi ruang salah dan gagal pada hidupku. Salah dan gagal juga karakter yang manusiawai, yang penting kita sadar dan mau memperbaiki. Setelah itu, nafasku terasa lebih lega kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar