Selasa, 19 Agustus 2025

Festival Koperasi Perumahan 2025

Pada Minggu, 16 Agustus 2025 lalu, aku ikut Festival Koperasi Perumahan di Kampung Akuarium Jakarta. Festival ini bertema "Rumah Bukan Impian". Kegiatan ini merupakan festival koperasi perumahan Indonesia pertama. Rangkaian acara terdiri dari: diskusi publik, deklarasi koperasi perumahan, workshop, bazar, pameran, dan stand up comedy

Aku sebenarnya lebih terlibat di agenda Klub Baca Koperasi Perumahan yang juga rangkaian acara ini, tapi festival ini jadi acara puncaknya. Nah, waktu itu ada beberapa pembicara yang hadir, termasuk Elisa Sutanudjaja (RCUS), dan teman-teman dari Locoa Thailand. Aku gak nyatet nama-nama mereka secara detail, tapi festival ini dihadiri oleh banyak warga negara dunia, yang benar-benar menggambarkan semangat lagu "Internasionale". Ada tiga bahasa yang digunakan bersamaan: bahasa Indonesia, Inggris, dan Thailand (ada juga orang-orang India yang ikut). Begini yang kira-kira yang berhasil kutangkap:

Pembicara Thailand:

Mereka bentuk kolektif untuk advokasi rumah-rumah di pinggiran rel kerta api. Cara membentuk kelompok melalui kelompok gabungan, sebagai modal awal membangun. Kerjanya perlahan dari pengurus. Proses kerja dari perumahan kolektif. Ini bisa terjadi karena ada preseden sebelumnya, ada kebijakan sebelumnya. Banyak hal serupa yang terjadi di daerah lain. Seiring bertumbuhnya kota, pemerintah berpikiran apa yang perlu dilakukan, khususnya pada mereka yang membutuhkan rumah.

Eni (Pengurus Koperasi Kampung Marlina):

Kampung Marlina adalah kampung padat penduduk yang diapit dua pelabuhan. Sebelum membentuk koperasi, secara RDTR, sebenarnya daerah itu bukan untuk kampung. Mayoritas penduduknya nelayan, dia jadi bagian yang mendukung ekonomi di pesisir. 2020, bikin koperasi kampung kolaborasi dengan Pemda, anggota koperasi mencapai 200 KK. Kegiatan koperasi seperti membuat jamu, pembuatan makanan, pembuatan pupuk biogas, dll. Terkait pembiayaan (penataan/perbaikan rumah), berkolaborasi dengan toko material bangunan dan konstruksi (jadi tak menerima uang). 

Koperasi Marlina juga tengah membentuk kelompok kecil terdiri dari 10-15 orang untuk kesuksesan program reforma agraria, untuk izin tanah. Juga, untuk menciptakan pemimpin baru di generasi sekarang. Di sana juga ada kegiatan simpan-pinjam. Tiap anggota tiap pertemuan wajib bawa 15 ribu, 10 ribu untuk tabungan dan 5 ribu simpanan wajib koperasi. Dari 5 ribu dibagi tiga bagian: dikelola kelompok (2.000), koperasi kampung (1.500), koperasi induk/santunan kematian (1.500). Kelompok seperti itu adalah bukti pengorganisasian, kampung bisa membangun dengan mandiri. Orang kampung juga harus kaya, kritis, dan cerdas untuk mengubah kebijakan. 

Indri Luyiani (Ketua Koperasi Kampung Susun Kunir): 

Kampung Kunir ini bagian dari wilayah Kota Tua, yang dekat dengan Museum Fatahillah. Kampung ini berdiri tahun 1979, ada enam keluarga. Tahun 2010 dapat penghargaan atas usaha penghijauan. Tapi mengalami penggusuran pada tahun 2015, dan tak mendapatkan surat penggusuran. Tahun 2017, mereka berdiskusi dengan JMRK, kemudian melakukan lobi dengan Pemda, dan kandidat calon gubernur Anies Baswedan. 2018, mereka melakukan pemetaan kampung pra-penggusuran. Juga pembangunan shelter. 2019, mereka mendirikan Koperasi Kampung Susun Kunir. 

Sebelumnya, dilakukan workshop dengan arsitek dan warga. 2021, melakukan proses pencanangan kampung susun. 2022, kampung didirikan kembali bersama dengan dukungan Gubernur Anies. Sekaligus di tahun yang sama peresmian kampung susun. 2024, mereka mendapatkan penghargaan dari IAI terkait public housing.  

Setelah kampung berdiri, ada pemanfaatan dan pengelolaan bangunan. Mereka membayar 285 ribu tiap bulan untuk pembayaran iuran koperasi untuk biaya cadangan, iuran wajib, dan tabungan. Juga ada koperasi kelompok yang terdiri dari dua kelompok. Ada iuran wajib untuk pertemuan. Juga ada usaha menjual beras, membeli dari petani Indramayu. Selain itu juga ada simpan pinjam, perparkiran, sembako, dan usaha di ruang terbuka. 

Kesimpulan Kamil (Moderator): Ada satu benang merah, koperasi sebagai alat advokasi untuk pemukiman. Pemukiman yang berbasis koperasi bertitik tekan pada komunitas. Ini setali tiga uang dengan apa yang terjadi di Thailand, warga di tepi kereta agar tak tergusur.

Ada juga stand up comedy dari Dodok Jogja. Setelah itu, aku ikut worhshop "Pembiayaan Koperasi". Berikut kira-kira beberapa materi dari workshop di festival ini:

Presentasi-presentasi workshop dari kelompok lain di rapat pleno:

Aku belajar banyak, terima kasih orang-orang keren dan baik. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar