Senin, 11 Agustus 2025

Dewan Perwakilan Rony Parulian

Hari Kamis sampai Sabtu lalu aku ke Bali. Aku ditugaskan tiga hari untuk liputan kerja di sana. Bersyukur, setelah musibah besar yang kualami tanggal 29 Juli 2025 pukul 14.05 WIB lalu, Tuhan masih memberiku hidup yang baik-baik saja. Aku tahu pelakunya orang-orang terdekat yang masih dalam satu sirkel. I will delete you forever in my life. You have broken the really important of me beyond the money, and it is trust. You stole my trust. Dalam banyak hal, aku masih beruntung, dan skill yang sangat kusyukuri adalah karakterku yang mudah bangkit. Setelah kejadian itu, aku ingin tumbuh seperti burung Phoenix. 

Oh iya, seperti sudah kubilang di postingan sebelumnya, "What I Talk About When I Talk About Rony", semangat hidupku di sisi musik kembali menemukan pijarnya lagi semenjak mengenal Rony Parulian. No, dia bukan musikus ndakik-ndakik anak-anak skena indie yang berat itu. Akhir-akhir ini aku benar-benar sinis dengan pelabelan indae-indie, untuk menjatuhkan mereka yang dianggap berselera mayoritas, dan karena mayoritas, mereka dianggap jelek dan rendah. Sempit sekali otaknya.

Kembali ke Rony, dia cuma mas-mas Batak coming of age jebolan Indonesian Idol juara tiga yang pas kecil karier musiknya sempat ditolak di ajang Idola Cilik. Aku menganggapnya sudah seperti adikku sendiri. Adikku di universe lain yang baik. Kalau aku hidup di semesta film "Sore", ketika aku mati-hidup berkali-kali, di samping hal-hal penting seputar jodoh, di pinggirannya, pasti juga aku ada di moment akan ketemu dan mendengarkan lagu-lagu Rony Parulian. 

Aku berharap dia jadi musikus yang bisa jadi teladan di sepanjang kariernya sampai tua nanti, itu saja. Dia masih sangat muda dan perjalannya masih sangat panjang. Sekali lagi kuberdoa, dia bisa jadi role model buat We Are One (WeR1 gank) se-Indonesia. Ujian-ujian hidup akan menerpanya, tapi aku percaya dia perwujudan gembala Tuhan yang baik.

(Sumber Foto: Kompas/Zahira Ayuningtias Yudevi)
Mau bilang ke Rony juga, "Lu mesti pede Ron, lu gak cuma layak bisa di Java Jazz Festival, lu layak tampil di panggung mana pun yang lu sukai dan buat lu nyaman. Sebar energi positif lu di mana pun, Ron." Dan sebagai kakak kamu di semesta lain, aku akan selalu berdoa semoga Tuhan selalu melindungimu. 

Eh, aku mau cerita soal pengalaman take off di Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara I Gusti Ngurah Rai lalu. Saat pesawat mau terbang, aku pasang headset yang kusambungkan di hape versi airplane mode dan mendengarkan lagu Rony Parulian yang judulnya "Dengarlah Cinta". Di bagian lirik berikut entah tiba-tiba saja makna literalnya aku dapat banget: "Dengarlah cinta / kubawa mimpi ini / terbang bersamamu / Melayang melintasi / arungi segala perbedaan / antara kita..." Aku seperti ada di kondisi trance, kondisi spiritual serupa meditasi ketika aku bisa fokus merasakan lirik ini secara mendalam. Lalu disusul lirik sempurnya untuk take off  di antara matahari pagi di tengah awan-awan, "Bila surya pun tenggelam / tapi tidak sinamu / tidak sinar-Mu...." Gokil sih ini Ron, gokil!

Kalau Tuhan memberiku waktu sejam atau 30 menit sama kamu, Ron; aku akan ajak kamu nge-ice cream di Massimo, Sanur, Bali. Terus jalan-jalan di sekitaran Pantai Sanur dekat Prama. Aku akan dengerin semua cerita kamu tentang apa pun Ron. Terus aku akan ajak kamu dengerin lagu "Kuta Bali"-nya Andre Hehanussa--agak nggak nyambung, tapi gak papa, mungkin suatu waktu kamu akan buat lagu tentang Sanur. Telingaku selalu siap untukmu, karena aku kakakmu yang baik (anjay).

Konser BTV Semesta Berpesta Jakarta 2025 

Rony! Kita ketemu lagi. Tepatnya di acara BTV Semesta Berpesta di Parkir Timur Senayan GBK, Minggu, 10 Agustus 2025. Sebagai anggota DPR (Dewan Perwakilan Ronyparulian), dari faksi WeR1 Jabodetabek, tentu melihat bos genk tampil sangat senang. Sore itu aku datang ke acara BTV Senesta Berpesta pada sore hari habis solat Ashar. Awalnya aku ingin naik Trans Jakarta, namun setelah menimbangnya lagi, aku putuskan naik motor dan kuparkirkan Mio-ku di basement Fx Sudirman. Jaraknya sekitar 900 meter dari lokasi acara. Pas sampai sana sudah lumayan ramai, WeR1 sudah antri di paling awal panggung. Aku berada di tengah-tengah.  

Acara tepat dimulai usai solat Magrib. Ini hari kedua Semesta Berpesta. Tiketnya affordable, dua hari 50 ribu. Di hari pertama, aku memutuskan untuk tidak nonton karena tubuhku udah kasih sinyal untuk istirahat saja. Lagian, di hari pertama, tidak ada line up yang aku kenal seperti aku mengenal Rony. Line up yang aku kenal di hari pertama hanya Wali dan Yura Yunita, musik mereka pun juga tak begitu aku dengarkan segitunya. Sebab di bagasi pikiranku B aja, aku tak ada ikatan emosional tertentu sama mereka. Akhirnya aku putuskan untuk istirahat total. 

Di hari kedua, line up ada empat penampil, secara berturut-turut ada: Fajar Noor, Dikta Wicaksono (eks personil Yovie & Nuno), Rony Parulian, dan Juicy Luicy. Cukup mainstream memang kalau ukurannya musik indie. Aku juga tak berkeberatan dikatakan mainstream, karena sekali lagi, aku sudah muak dengan semua label yang menghakimi apa-apa yang sudah aku dengarkan. 

Di penampilan pertama, Fajar Noor, sebenarnya aku tak tahu sama sekali lagunya. Baca profilnya sekilas, dia sama-sama jebolan Indonesian Idol sama kayak Rony, malah dia runner up. Umurnya juga tak jauh dari Rony, asalnya juga dari Medan, Sumatera Utara. Sekilas melihat penampilannya, anaknya baik dan sopan. Fans dia bernama Fajar Soul, bikin poster segede gaban bertuliskan "Persija", Persatuan Istri Fajar, haha. Dari sekitar 7 entah 8 lagu yang dia nyanyikan, setengahnya menyanyikan lagu orang lain kayak lagunya Afghan, ST12 (lagu "Putri Iklan"), juga Yovie & Nuno. Semoga Fajar Noor bisa bikin lagu sendiri dan memainkan lagu sendiri.

Penampilan kedua ada Dikta. Penyanyi yang usianya mau memasuki 40 tahun ini masih begitu-begitu saja perawakannya. Dari gayanya nyanyi udah bisa ditebak jam terbang Dikta emang sudah tinggi. Dia bahkan memperlakukan panggung kayak tempat bermain aja. Bicaranya ngalor-ngidul kek nggak ada beban, dari salah nyebut merk sponsor, sampai curhat colongan terkait lagunya yang dibikin antara yang jujur atau yang dibikin karena tuntutan komersil. Memang, semenjak memutuskan bersolo, karier Dikta tak setenar ketika dia masih sama Yovie & Nuno, mau tak mau, di bawah Y&N lah nama Dikta besar. 

Namun, bagaimana pun, kita tak bisa hidup dalam masa lalu bukan? Juga bukan hal yang salah Dikta mencoba babat alas dengan kariernya sekarang. Dikta mencoba membangun ulang karier lewat dukungan teman-temannya di Dikta Wicaksono Project. Bahkan di single dia "Halal Selamanya" dibuat di Jepang sama sohib-sohibnya. Eh, dengar-dengar dia juga mau nikah. Ya, cuma bisa berdoa yang terbaik, gak bakal menghakimimu Bang. Nikah gak nikah itu pilihan. 

Di konser ini pun, cuma sedikit yang tahu lagu Dikta. Suara Dikta kembali dapat sambutan dari penonton ketika dia menyanyikan lagu-lagu Chrisye, seperti "Anak Sekolah" atau hits populer Chrisye yang lain. Jujur, aku juga di mode lost kalau dengerin lagu asli Dikta yang baru pertama kali kudengarkan itu.

Akhirnya, penampilan yang aku tunggu-tunggu, adik gue, Rony Parulian! Ya Allah, senang banget, meski gak dekatan sama WeR1 yang hard core, tapi di sekelilingku penikmat lagu-lagu Rony banyak. Malam itu, Rony mengenakan kemeja kotak-kotak warna ungu gitu sepenglihatanku, sama kaos oblong warna putih bergambar mobil. Kru instrument yang lain membuka konser dengan alunan lagu-lagu kompilasi Rony, diambil sepotong-potong, kemudian dibuka dengan lagu pertama, "Butuh Waktu". 

 

Saat Rony mengeluarkan suara pertamanya, aku udah gas pol suara tertinggi yang bisa kuproduksi. Selain berpretensi pamer karena aku udah hafal semua lagu-lagu Rony, juga mau release stres. Suaraku sampai serak tapi rasanya plong gitu, apalagi semenjak insiden musibah yang kualami berkaitan dengan penyalahgunaan media sosial, aku benar-benar total mematikan medsos sampai waktu yang tak ditentukan. Aku rasanya benar-benar hidup dan menikmati moment, tanpa kepikiran aku harus show up ke semua pengikutku di Instagram atau temanku di story WA. Bagiku semua itu melelahkan.

Kasian Rony ikut kehujanan hihi
Pesona Sederhana

Sepanjang Rony nyanyi, aku tak henti-hentinya ikutan nyanyi dan terus tersenyum. Kadang di jeda, Rony juga menyapa penonton untuk mengikuti apa yang dia mau, seperti ucapan terima kasih pada sponsor, teriak ea-eo atau menyalakan flash handphone. Rony kadang juga melucu saat membedakan diksi wanita dan perempuan, kemudian bilang "anjay". Aku yakin dia cukup ngeh dengan ideologi yang tersembunyi di balik kata tertentu. Secara liris, lirik-lirik ciptaan Rony hidup, dia cukup berbakat jadi penyair, dan kuharap kemampuan ini terus meningkat di karya-karya dia selanjutnya. Sebab sampai di titik sekarang, aku sudah tergolong WeR1 garis keras, hahaha.

Playlist lagu yang dibawakan Rony di BTV Semesta Berpesta terdiri dari: "Butuh Waktu", "Dengarlah Cinta", "Mengapa", "Angin Rindu", "Tak Ada yang Sepertimu", "Satu Alasan", "Sepenuh Hati", dan ditutup dengan "Pesona Sederhana". Di lagu terakhir ada pertunjukan flash. Rony yang nge-lead tarian flash itu, sama kayak pas dia nge-lead flash saat manggung di Unair, di depan para mahasiswa baru, sekitar beberapa hari yang lalu. Keseluruhan, ada delapan lagu yang Rony bawakan. Pokoknya aku senang banget bisa nonton Rony, kek malam itu aku udah gak butuh apa-apa lagi. Bahkan semua rasa kecewa terasa musnah sementara.

Lalu, penampilan terakhir ada Juicy Luicy. Memang, band ini sudah kutunggu setelah Rony tampil. Aku diam-diam memang menikmati lagu-lagu Juicy Luicy. Mereka mengawali dengan lagu terbaru mereka "Malapetaka" dilanjutkan dengan "Terlalu Tinggi". Entahlah, sependengaranku, semua lagu-lagu Juicy Luicy itu kayak gak ada bedanya. Semua enak dan nyambung. Saking ngepopnya, entahlah, aku tak bisa membedakan lagu-lagu mereka kala dinyanyikan bersama, sebab nadanya juga berkecerendungan sama. Misal aku dengarkan lagu-lagu ini jadi satu "Lantas", "Tampar", "Sialan", "Lampu Kuning", "Asing", "Tanpa Tergesa", "Bukan Orangnya", dll, kek punya vibes yang sama. Tapi sumpah, kalian keren! Juicy Luicy semua lagunya enak-enak, relatable, bisa didengarkan di semua kondisi kegalauan, dan bikin pendengarnya ketagihan mendengarkan lagi dan lagi. Album "Nonfiksi" dan "Sentimental" kalian itu juara sih. Apalagi Uan kulihat sering baca Maya Angelou dan Nietzsche, wih, mantap dah.
Sayangnya, saat vokalinya Julian Kaisar (Uan) nyanyi lagu ketiga, hujan turun. Ini pawangnya sepertinya udah keberatan tak bisa mengusir hujan. Namun, kok ya lirik-lirik Juicy Luicy ini banyak pakai kata "hujan", ampun dah, wkwk. Namun lagi-lagi aku sangat menikmati konser kala hujan ini. Ya, aku rela hujan-hujanan sambil menyanyikan lagu "Tampar" terus menikmati lirik berikut:

"Hujan samarkan derasnya / Tutup air mata / Temani kecewaku yang telah lama..." (Tampar, 2024)

"Sayangnya semua tak berjalan / Sedangkan bertahan bukan satu pilihan / Sayangnya kita hanya bisa mengenang / Menikmati hujan, lebih indah dari kenyataan..." (Sayangnya, 2024) 

"Sepertinya sama / Tatapan khas matanya masih yang lama / Kau ajak bicara, seketika kembali kujatuh cinta / Sialan dia / Sakit dan air mata sia-sia..." (Sialan, 2024)

 

Shit men, shit-shit-shit, bisa aja ini surga dunia. Ini hujan persis jadi metafora air mata yang melebur dengan semesta malam hari itu. Barangkali aku tak akan melupakan moment nonton konser Juicy Luicy hujan-hujanan di Parkir Timur Senayan sampai 20 tahun kemudian. Juga potret dua anak kecil yang berlari-lari sambil hujan-hujanan, atau sekelompok anak muda yang menyanyi lagu-lagu Juicy Luicy di tenda sambil berteduh, fasih betul mereka. Terima kasih, Tuhan.

Jakarta, 10-11 Agustus 2025 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar