Rabu, 13 Agustus 2025

Catatan Film "Bo Burnham: Inside" (2021)

Perkenalanku dengan Bo Burnham cukup unik. Terlebih usai mendengarkan lagunya “Lower Your Expectations” di YouTube. Lagu itu memang komedi, tapi menyimpan satir dan kritik keras terhadap kebudayaan populer yang kita jalani sekarang. Dia mengkritik jika obsesi untuk mendapatkan pasangan sempurna hanya hidup di dalam kepala. Bahkan prince/princess charming sampai kapan pun susah datang di hidupmu yang nyata. Mendengarkan lagu itu, aku serasa tertawa, senang, sedih, dan merasa tragis secara bersamaan. Barangkali, itu salah satu kualitas seniman yang baik, saat karyanya tidak hanya dirasakan dalam satu tone emosi saja.

Dia punya nama asli Robert Pickering “Bo” Burnham kelahiran Massachusetts, AS, 21 Agustus 1990. Umurnya cuma beda 2,5 tahun denganku, karenanya aku merasa seumuran. Di “Bo Burnham Inside”, film indie-nya indie ini, semua dikerjakan oleh Bo Burnham sendiri, dari aktor, skenario, musik, editor, dia serba bisa. Keterampilannya sudah di level palu gada. Bahkan laman No Film School menyebut garapan Bo ini sebagai mode produksi film yang menyimpang dari umum dan bisa mengajarimu banyak hal.

Film “Bo Burnham Inside” dibuat selama masa lockdown pandemi Covid-19 lalu. It’s a weird thing that we've passed the pandemic, though. Bo mendalami dirinya sendiri dengan membangun studio dadakan dari kamarnya. Dia memanfaatkan berbagai alat shooting dengan budget serendah-rendahnya lewat kamera, hape, proyektor, dan laptop yang dimilikinya. Alat-alatnya bisa dibeli dengan harga di bawah 1.000 dollar. Seperti kamera yang digunakannya dengan tipe Panasonic LUMIX 50mm f1.8 yang saat aku menulis ini berharga sekitar 8 juta.

Dia lalu menyelami diri sendiri dengan mendalam, mengomentari isu-isu terkini yang melibatkan opresi dan kekuasaan, serta emosi pribadinya soal keluarga, pasangan, sahabat, mimpi, ambisi, budaya internet, stres karena pekerjaan, dan transisi umur menuju 30 tahun. Film ini juga masuk dalam daftar film terbaik 2011 versi Indiewire. Dia mengolah berbagai isu dengan rasa tidak percaya diri akan konten yang disajikan, bisa jadi konten ini diterima, tapi dia juga tak masalah jika harus ditolak. Berikutnya, alur demi alur film ini lebih mirip dengan live performance music yang disajikan Bo di dalam kamarnya.

Aku melewati transisi umur 30 tahun dengan buruk. Di moment Bo berbicara terkait peralihan umur ini, aku seperti berhubungan sekali. Bo sempat bilang untuk merencanakan bunuh diri, meskipun gagasan ini lalu ditolaknya sendiri. Bo sangat jujur dengan perasaannya, segala makian khas Amerika dia keluarkan untuk mengungkap kejengkelannya, dan ini dikerjakan selama pandemi yang berlangsung lebih dari setahun.

Beberapa bahasan yang menarik menurutku:

Pertama, “White Woman’s Instagram”. Bo seolah sinis dengan postingan artsy yang diunggah di Instagram. Dia mencoba menciptakan parodi akan unggahan-unggahan artsy tersebut. Warna-warna monokrom dan candy-colored jadi sesuatu yang manis untuk dilihat, tapi di sisi yang sama mengundang olok-olok akan kesempurnaan.

Kedua, “Welcome to the Internet”. Ini terlalu banyak isunya, dan bahkan bisa dibedah dengan tulisan sendiri. Dia mengeksplorasi tema-tema terkait performitasnya di internet, bagaimana audiens menanggapi, dan kaitannya ke gerakan sosial.

Welcome to the internetPut your cares asideHere's a tip for straining pastaHere's a nine-year-old who diedWe got movies, and doctors, and fantasy sportsAnd a bunch of colored pencil drawingsOf all the different characters in Harry Potter fucking each other Welcome to the internet

Ketiga, “Sexting”. Lirik-liriknya memang witty karena melibatkan metafora ikon-ikon yang sering kita gunakan di WhatsApp seperti terong, shower, pear, dll. Namun, Bo masih punya sisi lucunya sendiri menjalani obrolan yang lebih memperdalam kesepian itu. Apalagi kondisi ini disadari setelah bangun.

Keempat “Problematic”. Terkait kegelisahan hidupnya sendiri yang direnunginya secara muram. Ada pula adegan Bo menangis yang tak bisa kuartikan dengan jalan, meski rasa pahitnya sampai. 

Kelima, saat Bo mengekspresikan dirinya lewat perbincangan dengan kaos kaki. Haha, entahlah, itu lucu dan menghibur. 

Diksi “inside” yang digunakan Bo sendiri menurutku karya yang unik. Bahkan Bo membuat peta konsep di papan dengan tulisan yang rapi, bersamaan dengan teori-teori yang cukup berat jika kamu mempelajarinya di sekolah. Kekalutan yang Bo rasakan spesifik, dia sedang tak berusaha untuk memenuhi ekspektasi penontonnya. Banyak teknik yang dia gunakan, dari menyampaikan komedi secara stand up, menertawakan diri sendiri, membicarakan dirinya sendiri di sebuah acara TV, atau menjadikan dirinya sendiri serupa games yang dikendalikan dengan remot.

Atau film ini diakhiri dengan ajakan untuk jangan bunuh diri, seberat apa pun masalah yang kau hadapi. Bo memang sempat ingin bunuh diri, tapi dia tak melakukannya. Sebab, ketika dia mengetahui ada temannya yang bunuh diri, dia juga ikut sedih. Sekalipun hidupnya kesepian, meskipun teman-temannya yang bodoh melahirkan anak-anak yang bodoh, hidup ini masih menarik untuk dijalani.

Judul: Bo Burnham: Inside | Penulis skenario: Bu Burnham | Aktor: Bo Burnham | Sinematografi: Bo Burnham | Editor: Bo Burnham | Musik: Bo Burnham | Rilis: 30 Mei 2021 | Durasi: 87 menit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar