Selasa, 26 Agustus 2025

Suatu Hari di Bekasi Bersama Juicy Luicy

Hari Sabtu, 23 Agustus 2025 lalu, aku pergi ke Bekasi Convention Center yang letaknya di Mega City Bekasi. Akamsi setempat menyebutnya Giant. Rasanya sudah lama aku tak berkunjung ke sini setelah terakhir kali ketemu sama sahabat pena yang kukenal lewat Facebook saat aku masih SMA. Bekasi sebagaimana kota besar lain di Jakarta: sibuk dan aktif. Kedatanganku ke kota yang pernah disebut Chairil Anwar dalam judul puisinya ini untuk nonton pentas seni (Pensi atau semacam itu) yang digelar oleh SMA 1 Bekasi, yang mendatangkan guest star Rumahsakit dan Juicy Luicy. Beli tiketnya plus pajak sekitar 140 ribu.

Open gate dimulai pukul 14.30 WIB, aku datang dengan transportasi KRL sekitar pukul 13.30 WIB. Aku berangkat dari Stasiun Juanda ke Stasiun Bekasi, lanjut naik Gojek menuju BCC. Mall ini entah kenapa ada vibes yang kurasakan mirip seperti Gajah Mada Plaza di Jakarta Pusat. Kesannya tua, peremajaan dengan revitalisasi, dan tenant-tenant yang terasa homey. Sebelum masuk ke tempat acara, aku solat di sekitar area parkir, kemudian makan Ramen Ya menu orginigal dan Yakult Stawberry. Agak over budget ini memang, tapi yaudah lah, dah terlanjur, semoga rejeki tambah banyak, haha. Yang penting masih dalam kendali.

Usai kenyang, aku masuk ke gedung acara. Para anak SMA yang berperan sebagai panitia dan event organizer sudah berjaga-jaga di sepanjang area. Aku menukar tiket dengan gelang, dipasangkan sama panitia tapi malah kedodoran masangnya. Hm, adiknya ini seharusnya lebih bijak soal memakaikan gelang. Paling tidak presisi dengan pergelangan tangan. Kalau masangnya kedodoran jelas tak nyaman dan berpotensi jatuh. Yah, apa boleh protes, lalu aku tekuk-tekuk gelang yang terbuat dari kertas mengkilat itu.

Dinas Luar

Di sana banyak stand-stand makanan, photobooth, hingga kosmetik (jajaran sponsor). Panggung besar dengan hiasan para makhluk laut terpampang, ada judul besar yang menjadi focal point, "OASIS 17". Jam 4-an masih mayan sepi, close gate berakhir pukul 19.00 WIB. Aku menyaksikan beberapa band pembuka. Termasuk band yang berisi para kumpulan guru (guru agama, TI, olahraga, musik, dll, ada enam personil), nama band ini Dinas Luar. Awalnya dinamai Kuping Gajah, tapi karena nama ini udah dipakai sama band lain dan mereka punya album, akhirnya diganti nama Dinas Luar. 

Filosofinya, ngeband dilakukan di luar jadwal resmi mereka sebagai guru, sehingga dinamai Dinas Luar. Ini macam pekerjaan yang kulakoni saat keluar kota juga, tapi yang namanya dinas tetap aja kerja, haha.

Gimik Band

Predator Band
MC
Selain Dinas Luar, ada juga performance dari Smansasi sendiri. Terus band-band dari juara anak-anak festival band anak-anak SMA di Bekasi. Aku sangat tertarik dengan Gimik Band, personilnya ada lima (tiga cewek, dua cowok), mereka nyanyi lagu-lagu sendiri dan lagu-lagu populer Indonesia. Dari kostum, prejengan, aksi panggung, dan musikalitas mereka menurutku keren. Aku paling suka yang pegang drum-nya sih, entah kenapa mengingatkanku dengan remaja yang baik, energik, gondrong, tapi masih sangat sopan. Pakaian mereka semacam gaya Luffy One Peace. Ada pula Predator Band, salah satu kostumnya juga unik, yang pegang bass pakai busana dinasaurus (dipanggil Dino, karena namanya itu). Mereka juga nyanyi lagu mereka sendiri dan lagu-lagu dari band luar. 

Puncaknya, Rumahsakit tampil duluan sebelum idolanya para Jemari. Para pasien sudah berkumpul di belakang, tengah, dan depan panggung. Namun, karena posisiku di paling depan, ada yang tiba-tiba maju ke depan, sampai ada penonton yang naik-naik pagar pembatas sebelum stage utama. Aku agak menyangyangkan, harusnya bisa lebih dewasa konser ini tempatnya di mana, dan audience kebanyakan siapa, lalu para fans harus bersikap bagaiamana? Kecuali ini acara bukan anak sekolahan. Malam itu, Rumahsakit menyanyikan lagu-lagu hitsnya, yang kucatat ada: Hilang, Popkinetik, Bernyanyi Untukmu, The Journey Starts Tonight, Panasea, Duniawi, Apa yang Tak Bisa, Sandiwara Semu, Kabar Bahagia, dan Kuning. Ada sepuluh lagu yang dinyanyikan.

Ini sudah kesekian kalinya aku nonton konser Rumahsakit, kalau nggak salah sudah keempat kalinya selama aku di Jakarta. Seneng sih bisa ketemu lagi sama Arief Bakrie (vokal), Mickey Nayoan (bass), Mark Nayoan (gitaris), Fadli Wardhana (drum), personil piano, dan backing vocalist, Audrey. Sempat ada insiden gitar Marki nggak nyala juga pas nyanyi lagu pembuka "Hilang". Di akhir penampilan, Arief turun panggung untuk menyapa para penonton dan pasien. Aku sempat toss sama dia, wkwk. Beliau memang salah satu bapak-bapak yang keren.

Usai Rumahsakit, penampilan yang ditunggu-tunggu hampir oleh semua penonton adalah Juicy Luicy. Ini kedua kalinya aku nonton JL usai acara di Senayan beberapa waktu yang lalu di acara BTV Semesta. Aku sempat ada debat dengan kawan soal mendengarkan Juicy Luicy yang bagi mereka sangat "populer" sehingga tak bisa dimasukkan dalam musik bermutu versi mereka. That's oke. Dari situ, aku makin kesini makin sadar, kita enggak bisa memaksakan selera pada orang lain, perdebatan soal selera akhir-akhir ini selalu ingin aku hindari karena infrastruktur dan suprastrukturnya sangat kompleks. Hingga aku berada di titik: tidak ada seni tinggi dan seni rendah, tinggi-rendah hanya politik manusia untuk tampak lebih tinggi dan merendahkan yang lain. 

Aku udah kapok ngejudge kolegaku yang dengerin lagu-lagu aneh versi TikTok, atau musik-musik yang kita nggak familiar. Ya, aku sudah di titik semuak itu membicarakan soal selera. Pun soal Juicy Luicy, persetanlah mereka dibilang terlalu ngepop, aku menikmati mereka, dan itu cukup. Aku mendengarkan mereka karena sekelilingku mendukung, lagu-lagu mereka sering diputar sama orang-orang kantor. Aku dibentuk lingkunganku. Sehingga akhirnya aku turut mengenal para personilnya: Julian Kaisar (vokal), Denis Ligia (gitar elektrik), Zamzam Yusup Maulana (saksofon, gitar akustik), Bina Bagja (bass), dan drummer. 

Lagu-lagu yang dinyanyikan Juicy Luicy malam itu yang kucatat: Malapetaka, Terlalu Tinggi, Bukan Orangnya, Tak Tergesa, Mawar Jingga, Asing, Tanggung Jawab, Lantas, Tampar, Sialan, dan lagu terakhir terima kasih Jemari. Jujur, aku puas bisa teriak-teriak full volume menyanyikan lagu-lagu Juicy Luicy. Apalagi dengerin lagu favoritku yang "Terlalu Tinggi". Gue seneng, sumpah. Kapan lagi gue teriak-teriak bebas kek gitu? Lagu-lagu mereka sangat mudah dihafal, enak didengarkan, dan sangat cocok untuk dikonserkan serta dinyanyikan bersama. 

Oh iya, tambahan, aku turut prihatin atas kelakuan tidak senonoh yang dialami Uan pas manggung di sebuah konser dia yang aku gak tahu di mana. Ada salah seorang penonton yang nyawer ngasi duit tapi suruh Uan buka celana. Auto ditendang lah sama Uan, brengsek bener itu yang gituin Uan. Untung Uan profesional. Dari situ aku belajar, uang gak bisa belu apa pun, apalagi integritas, jati diri, dan etika. Mau bilang, "Lu hebat, Uan!"

Alhamdulillah, saat itu aku masih bisa dapat KRL ke arah Manggarai dan lanjut ke Juanda. Terima kasih Ya Allah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar