Homi K. Bhabha merupakan teoritisi budaya yang berasal dari India dan guru besar Sastra Inggris dan Amerika di Universitas Harvard. Dirinya bersama dengan Edward Said dan Gayatri Spivak dipandang sebagai peletak dasar Pascakolonialisme.
Judul dalam jurnal ini Bhabha ambil dari tulisan Walter Benjamin "Unpacking My Library". Dia sekaligus terinspirasi dari Walter terkait dunia buku Walter seputar memori dengan buku-buku. Kemudian Bhabha membongkar perpustakaannya sendiri terkait buku-buku yang dibelinya di Bombay, Oxford, London, Hyberabad, Champaign-Urbana, Jyavaskala, dll. Menurut dia, kekacuanan buku-buku yang kita miliki membuat kita tak dapat menebus “kosmopolitanisme vernakular” terkait apa yang disebut Walter: pembaruan keberadaan.
Dengan menyisipkan dua buku "The Hunger Artists" oleh Maud Ellmann dan "The Fat Man in History" oleh Peter Carey, dia mengajukan dua pertanyaan: Apakah urutan buku menentukan urutan barang, atau dalam konteks ini saya artikan kejadian/kondisi? Seperti apa sejarah diri kita sendiri dengan zaman seseorang yang dikodekan dalam pengumpulan buku? Bhabha mengatakan, "ketidakaturan" buku-buku kitalah yang membentuk kita. Di sini Bhabha menjelaskan, bagaimana buku-buku dia dengan para penulis dan idenya saling berhubungan membentuk "identitas" tertentu. Interaksi ini menimbulkan kecemasan.
Kecemasan itu adalah tanda bahaya yang tersirat di ambang identitas, antara yang identitas dan non-identitas, internal dan eksternal. Kecemasan muncul sebagai respon akan "bahaya kehilangan" yang melekat dan akrab, yang mengandung gambar, situasi, dan representasi. Dalam esai ini, Homi K. Bhabha masih menunjukkan kajian utamanya terkait mimikri dan hibriditas. Di mana di satu pihak seseorang membangun identitas (persamaan), tapi di sisi lain juga mempertahankan perbedaan.
Kondisi pascakolonialisme mencoba melawan universalisme, betapa kecil pun itu. Bhabha memberi analisis baru dan mengisi ruang yang lebih rumit dibanding sekadar menjelaskan jahatnya penjajah dan lugunya pihak yang terjajah. Dari ide itu, pascakolonial Bhabha menunjukkan taringnya.
Nuansa paradoksal dibangun oleh Bhabha ketika mengkritik analisis orientalisme dari Edward Said yang membayangkan identitas penjajah dan terjajah sebagai sesuatu yang stabil. Bhabha membangun ruang ketiga yang menjadi ruang ambang di mana kaum terjajah menemukan strategi perlawanan terhadap dominasi yang dibuat oleh penjajah. Ruang ini disebut ruang hibriditas. Dari sini lahir identitas yang baru.
Dia juga menggunakan konsep mimikri atau proses meniru pihak lain. Mimikri disebut dengan perlawanan subversi, perilaku membela diri, pertahanan hidup, dengan cara kamuflase. Gagasan mimikri Bhabha dikembangkan dari dua tokoh: Frantz Fanon (1925-1961) dan Jacques Lacan (1901-1981). Sepeti dalam kasus budak yang meniru perilaku tuan, tapi tetap mentalnya budak. Budak yang tak berpikir untuk membebaskan diri di ruang ketiga, dengan jalan ninja mimikri.
Dari ruang ketiga ini juga muncul transformasi budaya yang dihasilkan dari kerjasama antara penjajah dan kaum terjajah.
Bhabha, H. (1995). Unpacking My Library Again. The Journal of the Midwest Modern Language Association, 28(1), 5-18.
Link: https://www.jstor.org/stable/1315240
#homibhabha #library #postcolonialism #identitas #mimikri #pascakolonial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar