Selasa, 03 Mei 2022

Sepenggal Mimpi Putih Kecil di Cepu

Smansa Cepu
Pak Dwi adalah guru matematika favoritku, juga walikelas pas kelas XII. Blio yang dorong aku buat kuliah lagi meski cuma D1, pas SMA, sebenarnya aku tak ada bayang apa-apa soal kuliah. Waktu itu cuma pasrah sama rencana Bapak buat fokus ke sekolah kedinasan (IPDN--daftar 3X, STAN--daftar 2X, STIS--daftar 1X, tak ada yang lolos), dan di luar itu aku buta kuliahan. 

Aku juga tak tahu saat itu cita-citaku apa, aku ingin jadi apa, aku cm pengen saat itu bisa kayak (Alm.) Mas Aang, anak Bapak lulusan STAN yang dalam pandangan keluarga dianggap sukses. Sekira-kira Pak Dwi bilang, "Wani rekoso Ma, kowe cilik rapopo. Aku biyen yo ngono, awakku cilik koyok kowe, lek dadi kuli gak mungkin, makane aku sinau dadi guru."

 Lalu (Alm) Pak Warno dan Bu Naning keduanya guru Bahasa Indonesia. Pak Warno semacam punya indra keenam, dia mampu meramal kejadian di seputar muridnya. Waktu kelas XII, aku duduk di depan, Pak Warno sering memberiku julukan, salah satu yang paling kuingat adalah negara (Alm/h.). Yugoslavia. 

Bu Naning dekat karena dia pernah meminjamiku buku Andrea Hirata, setelah tak habiskan tetralogi "Laskar Pelangi". Untuk kelas SMA waktu itu, tulisan Andrea adalah tipe tulisan yang menggerakkan mimpi2. Trus sering ketemu Bu Naning di perpustakaan, meski aku pernah remidi Bahasa Indonesia juga, haha. Waktu itu kalau gak salah ujiannya menganalisis nilai intrinsik dan ekstrinsik novel Jalan Tak Ada Ujung - Mochtar Lubis 😂 

Kemarin nyekar Mas Aang... Mugi-mugi seneng lan tentrem Mas... Suwun pesan-pesanipun, aku terus usaha sinau mben dino...

Mas Aang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar