Selasa, 21 Maret 2017

24 Years: Wish, Utopia, and Reality

I/
Hari itu tanggal 2 Januari 2017. Sore terpanjang selama 24 tahun aku hidup. Sore terlama aku diam dalam kondisi sadar. Lalu aku menanyaimu tentang pertanyaan-pertanyaan esensial terkait hidup. Setelah itu, pikiranku berubah untuk selamanya.

II/
Hutan berkabut. Hitam kayu, hijau daun, lembab tanah, pada Maret yang untuk siapa. Kawanku mengatakan dengan bahasa Inggris yang intinya: Pohon-pohon adalah hasil lukisan bumi. Dia melukisnya dari atas langit.

III/
Di 24 tahun usia mata. Aku tadi telah bangun dengan segar setelah semalaman suntuk berdiskusi tentang Hikayat Kebo, tujuan, visi, misi, target, metode, dan output bersama tim majalah. Jatah nokturnal menyenangkan bagi pembangkang semacam kita.

Akan kita rintis formulasinya: selesai, menampar, alternatif, menyejarah, wacanais; membaca, menulis, diskusi, berjejaring, saling kritik; cetak, teori dan teknis seimbang, mendunia, diskursus, pelopor.

IV/
Orang-orang banyak yang berdatangan ke Jogja. Saling jepret entah sampai berapa kali. Mereka tak ubahnya serigala yang mengencingi daerah taklukannya. Untuk kenang-kenangan, atau agar semua orang tahu.

V/
 Max Perkins dalam film Genius:

 Aku pikir: Jumlah usia tidak penting, untuk menyampaikan hidup yang penting.

VI/
Ruang kerja. Sungguh aku butuh ruang kerja.
Lebih dalam dari itu, aku mau rumah untuk menyimpan buku-bukuku yang banyak.
Aku pusing meletakkannya di mana.


VII/
Tuhan, sekarang aku sudah Semester Delapan.
Aku mau cepat-cepat Kerja Praktek, KKN, skripsi, munaqosah, dan wisuda.
Biar hidupku tak memberatkan prodi dan orang tua. Lancarkan ya tuhan, amin.

Atau, tuhan... berikan aku kerja yang sesuai bakatku.
Biar aku bisa mengatur hidupku sendiri.

VIII/
Aku sebenarnya masih sangat mencintainya.
Tapi aku lebih mementingkan kebebasannya.
Semoga dia selalu bahagia ya tuhan...
Dengan siapapun dia hidup

IX/
Ini namanya Akeboshi.
Penyanyi favoritku.
His music unlike other.
Bersamanya aku teduh.

X/
Suatu hari aku akan ada di taman yang sepi. Tamannya indah, banyak bunga dan pohonnya. Mataharinya berwarna seperti air, bulannya berwarna kuning, dan hujannya berwarna ungu.

XI/
24 tahun. aku belum bisa memberi apa-apa.
terlebih untuk orang tua dan adik-adik.
aku masih terlena dengan kesenangan sekunder.
aku selalu saja merepotkan.
entah sampai kapan?

XII/
aku hanya ingin berguna bagi Rakyat.
itu saja.

XIII/
Brengsek! Ngapain aku umbar sih ini!
Ah, persetan!


Yogyakarta, 21 Maret 2017

11 komentar:

  1. aku juga semester 8 dan tengah menyusun skripsi,,Keep spirit mbak! segera keluar dari penjara yang bernama kampus itu! oyya aku juga benci kemiskinan sama seperti mu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip, semoga skripsimu sukses ya Alfath...

      Iya, miskin itu gak enak.

      Hapus
  2. iya mbak.. saya mahasiswa semester 8,, teknik geologi universitas diponegoro,, salam kenal ya mbak.. tenang mbak abis lulus ayuk balas dendam

    BalasHapus
  3. Salam kenal Alfath. Kalo saya mahasiswa Geofisika UIN Jogja.
    Eh, kamu kenal sama Hanif Indra Wicaksana? Dia temanku pas SMA. Jurusan Geologi juga di Undip.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Owh mas hanif?? ahahaha yang gendut dan keriting,, angkatan 2013,, kenal kok mbaak mas hanif se organisasi sama saya,dulu dia juga rohis,,sekarang udah lulus mbak mas hanif nya..

      Hapus
    2. eh angkatan 2011 mas hanif,, typoo

      Hapus
    3. Hahaha, iya, Hanif yang itu... Hanif lebih dulu kuliah ketimbang saya. Saya habis SMA berhenti 2 tahun baru kuliah.

      Pinter itu Hanif... :)

      Hapus
    4. waah berarti saya akan memanggil mu kakak karna bang hanif 2 tahun dari saya..tulisan kakak keren keren dan benar2 mewakili isi hati saya saat ini.. kakak ada media sosial lain? seperti WA? Line? facebook? Instagraam? anything else? yang membuat komunikasi jauh lebih mudah ketimbang disini

      Hapus
    5. Panggil Isma aja, bergitu lebih enak dan lebih akrab, jangan kakak. Ada kesan hirarkisnya gitu ngrasanya. Hehe.

      Ini IG saya @ismaswa, lumayan aktif di sana.

      Hapus