Rabu, 12 Agustus 2020

Jika Itu Mimpi, Aku Tak Ingin Mimpi Itu Berakhir

Aku ingin merawat dunia kecil yang kutumbuhi dengan cinta, yang sepi dan menyenangkan. Tadi pagi sebelum subuh aku bangun dari tidur, membaca TOR project kawan-kawan terkait sebuah buku tentang bagaimana menarasikan penderitaan menjadi tentara cadangan pekerja. Kubuka lagi majalah Basis terkait buruh informal. Aku serasa menemukan hidupku lagi: "Back to my core. My basic. My basis. And I promise, I will stand there for long time."

Lalu aku tidur kembali sekitar pukul lima. Aku bermimpi hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Mimpi ini begitu indah, begitu nyata, dan aku tak ingin bangun cepat. Aku bermimpi bertemu dengan Yoshio Akeboshi, musisi dan sosok favoritku di dunia dan di akhirat. Begini cerita mimpi itu:

Aku melihat Akeboshi berpakaian kaos lengan panjang warna abu-abu. Dia memakai kacamata (tak seperti biasanya), saat itu Akeboshi tengah bersepeda dan aku melihatnya dari jauh di sebuah beranda anjungan; di alam yang segar dan bebas dengan banyak tumbuhan hijau, angin semilir-semilir melambaikan rambut. Dalam hati aku sudah histeris, betulkah yang kulihat? Betulkah itu Akeboshi?

Tak kusangka Akeboshi duduk tak jauh dariku. Kursi kami membentuk huruf L, Akeboshi duduk di sisi horizontal, aku vertikal. Aku deg-degan menutup wajahku dengan buku antara sadar dan tidak sadar. Ya Allah, kemudian Akeboshi menyapaku dengan bahasa Inggris. Yang kalau aku bahasa Indonesiakan seperti ini:

"Hai, Isma." Dipanggil begitu aku kayak hilang ingatan sejenak. Apa? Beneran Akeboshi manggil namaku? Trus aku nunjuk diri sendiri.

"Aku?" Akeboshi ngangguk.

"Lama ya kamu nggak sepedahan (olahraga lagi)," lanjutnya. Dalam hati: kok dia tahu aku suka sepedahan? Olahraga jalan-jalan pagi? Apa dia pernah mengamatiku? Dengan malu-malu, hatiku berbunga-bunga. Buku yang kupegang berada di depan wajah, buku itu bergerak membuka dan menutup mengintip wajah Akeboshi yang subhanalove. Haha, lebai, biarin. Rotasi hidupku hanya seputar mengitarinya saja. Di scene lain, dia mengungkapkan fakta-fakta terkait aku juga. Tambah senang rasanya.

Tiba-tiba scene berubah. Ternyata Akeboshi bersama artis-artis lain yang aku nggak peduli ada siapa aja, yang pasti banyak, yang aku pedulikan hanya Akeboshi seorang; mereka tengah menggelar konser amal gitu. Saat itu Akeboshi dibantu asistennya, aku mengamati Akeboshi dan asistennya. Aku menguntit kemanapun Akeboshi pergi. Saat konser, Akeboshi memakai baju flanel warna merah sleret hitam. Akeboshi mungkin sadar aku tengah memperhatikannya. Mataku tak bisa lepas sedetikpun darinya. Kulihat Akeboshi enjoy-enjoy saja dengan tingkahku. Malah sepertinya dia ingin mengajakku ngobrol dan dekat berdua lebih lama--atau cuma perasaanku aja kali, haha.

Hingga di suatu scene lain ada upacara penyambutan. Aku ketemu adik tingkatku di persma yang sepertinya ditunjuk untuk perwakilan acara. Lalu ada sesi makan bersama. Menunya roti bermacam-macam. Perasaanku terbagi dua: takut kelaparan dan takut kehilangan moment melihat Akeboshi. Miskin mempengaruhi mentalku sampai segitunya ya. Makanan dan urusan perut tetap menjadi prioritas utama. Jika materialku berubah, hidupku juga akan berubah.

Lalu aku bangun tidur, dan rasanya antara pengen nangis, seneng, bahagia, dan sedih. Belum pernah aku mimpi se-memorable ini dalam beberapa tahun terakhir. Ya Allah, aku belum nonton Akeboshi konser. Kenapa aku harus bangun? Jika ini mimpi, aku mau hidup dalam mimpi saja. Asal bisa dekat sama Akeboshi, asal bisa lihat Akeboshi tiap waktu. Aku masih ingin mendengar suaranya dan ngobrol dengannya lebih lama.

Beberapa hari yang lalu, lagu-lagu Akeboshi banyak ku-repost di Soundcloud. Dua hari yang lalu pas masih di Jogja aku muter lagu "Tiny Rainbow" juga di Embung Langensari, sambil memperhatikan langit, moment yang ingin kulakukan sebelum nanti aku mati. I feel like, I find my life where I'm with you Ake :') and I don't want anything else. Just you and you. Aku mempelajari ulang motto yang pernah kudapat saat pulang sekitar sebulan yang lalu: jangan pernah berpikir orang lain tak melihat. Orang lain melihat, orang lain merasa. Energi tak pernah membohongi, semakin kuat akan semakin sampai pada yang dituju.

Aku dengar lagu Akeboshi yang judulnya "Quiet Garden" dan "Usual Life", aku mbrambang dan nangis. Siangnya aku DM Akeboshi di IG untuk kesekian kalinya sejak DM pertama kali pada 2017 dan tak pernah dibalas. Aku hanya bilang terima kasih dan ucapan yang meredamkan hatiku lainnya. Mungkin ini yang namanya cinta, aku tak pernah kecewa dengan apapun balasannya.

"You broke my feet, back down to the ground. What was steady still begin to move. A thousand flowers bloom to the sky. You took away my hardship, walking in this line. Longing road..."

Ake, how I miss you. Abundant love to you. I love your dark and your light. ❤

Semarang, 12 Agustus 2020

Your guardian angel: Ideopraksis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar