Minggu, 21 September 2025

Mimpi Salaman sama Rony Parulian di Sebuah Konser

Halo Rony Parulian, aku baru aja mimpiin kamu. Padahal konsermu yang ingin kutonton akan berlangsung tepat seminggu lagi (di Pakansari Cibinong), dan semalam (20/9/2025) kamu habis ngeluarin single bareng Andi Rianto dan Yovie Widianto. Isi mimpi itu Ron, aku terjebak dalam suatu konser, seperti konser anak-anak SMA. Band-nya anak-anak SMA, tapi band yang kutonton itu tidak jelas. Aku gak ada energi atau rasa sama sekali, tapi mungkin aku paksain datang. Di sana, aku seperti ketemu sama orang-orang yang tak begitu suka denganku. Aku tak tahu alasannya. Suasananya abu-abu, mendung, seperti akan hujan. Usai konser itu emang hujan. 

Aku kemudian duduk di belakang panggung, di pinggiran gitu. Lalu, di sampingku ada panggung lain, kamu nyanyi jelas banget Ron, nyanyiin lagu "Pesona Sederhana". Ada jalan tikus yang pagarnya kebuka di sekitar situ, aku dan beberapa panitia lain masuk. Aku meninggalkan beberapa barang, seperti hape dan tas untuk ngejar konsermu. Kami (aku dan beberapa orang panitia) masuk lewat jalan tikus yang tak membayar. Konser itu ramai sekali Ron. Aku histeris, aku nyanyi "Pesona Sederhana" kayak orang kesetanan. Teriak-teriak senang sekali. Aku naik di sisi panggung sambil jingkrak-jingkrak. 

Di sisi samping sebelah kanan, sisi panggung yang sepertinya mustahil kamu lihat dan perhatikan Ron, kamu notice juga. Aku ingat dengan sebuah comment di medsos, kamu itu all in, penonton di sebelah mana pun selalu kamu kasi perhatian, termasuk di tempatku nonton yang tersembunyi. Aku effort banget di antara tinggi badanku yang tak seberapa mencoba menggapai tanganmu untuk salaman. Dan, Ya Allah, kena Ron. Aku bisa salaman sama kamu meski sebentar, rasanya seneng banget, mau nangis, kek, ih gila sih. Saat itu kamu pakai pakaian warna hitam seperti di konser Pestapora 2025 itu.

Sementara, fansmu, WeR1 yang nonton di bawah kayak kagum dan gak percaya juga aku bisa salaman sama kamu. Usai lagu "Pesona Sederhana", aku perlu ngambil barangku yang ketinggalan, takut hilang. Akhirnya aku dan beberapa panitia ngambil barang itu, tapi pas balik lagi ke konser, udah bukan kamu lagi, tapi ada suara-suara yang nyanyi itu Kak Donie Sibarani (idolaku juga, eks-Ada Band dulu, kalian sama-sama anak Tuhan yang baik), ada juga Iwan Fals (idola bapak di rumah). 

Terus anehnya, aku ada di sebuah gang yang fotografis banget buat difoto, di sana ada beberapa ibu berpakaian cadar warna hitam di sebuah warung. Penjaga warung gang ini anak punk yang ingin ibu-ibu itu pergi, lalu ada orang bertato dan seperti ada tentara juga. Dengan rasa gak enak, akhirnya salah satu ibu itu membayar dan memutuskan pergi. Ibu-ibu itu seperti ada masalah, tapi gak tahu aku jelasnya. Sementara aku sebagai pembeli jajan cuma bisa memperhatikan. Suasananya mendung di mimpi itu. Di sekitarnya hujan, remang-remang.

Terus, aku bangun dan langsung menulis pengalaman ini.

Interpretasi Mimpi 

Rony Parulian dan antropologi
Aku coba analisis dan interpretasikan mimpiku itu ya, Ron. Mencoba untuk membuka lapisan makna yang ingin kuurai.

Jadi, aku merasa ada di konser anak SMA yang tidak jelas, dengan suasana abu-abu, bahkan di sana mendung dan hujan; itu kayak menggambarkan perasaanku yang lelah, hampa, dan tanpa gairah. Aku berada dalam situasi yang tak benar-benar terhubung. Fisikku mungkin ada, tapi jiwaku tidak di sana. Lalu, aku tiba-tiba melihat ada jalan tikus yang mengarah ke konsermu. Itu kayak peluang alternatif yang mencoba untuk mengeluarkanku dari rasa tak terhubung.

Lewat jalan tikus itu, aku juga mengambil risiko, di mana aku masuk tanpa harus membayar, apalagi aku juga meninggalkan barang berharga untuk hal-hal yang benar-benar aku cintai, Rony dan lagu "Pesona Sederhana" (anjay, eh, serius). Jadi kayak, aku punya semacam kerinduan besar dalam hal mengekspresikan diri, sekalipun mungkin aku harus keluar dari jalur "resmi" atau "mainstream". Ada harga yang harus kubayar, termasuk meninggalkan hape dan tas, aku juga harus hujan-hujanan buat sampai di konser itu. 

Namun, aku ngerasa tidak kecewa karena pilihan itu. Di konser itu kamu "all out", aku juga gak kalah "all out". Dari rasanya kek hampa, mati, jadi punya energi lebih dengan hadirnya musikmu. Kamu juga memperhatikan sisi yang bukan cuma di depan, tapi juga di samping bahkan di belakang. Di sana aku seperti merasa dilihat, dihargai, dan di-notice sama kamu. Aku senang banget sumpah, aku gak punya kata-kata yang tepat untuk menggambarkan ini.

Mimpi lalu berganti dengan penampilan dari Donnie Sibarani dan Iwan Fals. Aku pikir, perubahan ini bisa jadi semacam pergeseran dari figur-figur yang berpengaruh dalam hidupku. Kak Donnie itu mewakili selera pribadiku, dulu aku ngefans banget sama beliau, sampai sekarang juga masih sih. Terus, Iwan Fals yang disukai sama Bapak itu kayak mewakili nilai keluarga, tradisi, atau orangtua gak sih? Jadi kek, setelah euforia nonton konser Rony tuh aku kayak ditarik ke nilai-nilai lama, nostalgia, hingga hubunganku dengan Bapak.

Bagian paling absurd barangkali yang terakhir. Itu seperti kontras dengan euforia konser, tapi masih berhubungan dengan mimpi besarku menjadi seorang antropolog yang baik. Jadi, setting gang itu suram dan penuh ketegangan sosial. Di sana ada pertemuan kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan kelas, ideologi, hingga moral. Semisal, ibu bercadar itu simbol kesalehan dan religiusitas, anak punk itu pemberontakan, orang bertato/tentara itu otoritas dan kekerasan, tapi di situ posisinya aku hanya jadi pengamat. Di sana ada konflik yang aku juga belum begitu jelas.

Mimpi ini tuh kayak memberiku semacam tanda untuk mencari cahaya yang tulus dan sederhana.  

Di mimpi ini aku punya beberapa kegelisahan:

  1. Rasa hampa karena datang ke konser yang kupaksakan sendiri, dengan energi yang redup dan orang-orang yang tak suka. Bisa jadi di situasi tertentu, aku berada di lingkungan yang kurang memberiku makna. Ada semacam keraguan dan ketidaknyamanan dari posisi itu.
  2. Tapi dari kasus itu, dengan aku memasuki jalur tikus, juga semacam ada keinginan jika aku perlu keluar dari jalur yang resmi, meskipun dengan risiko di mana rasa aman, identitas, hingga komunikasi aku kesampingkan terlebih dulu.
  3. Ketika salaman dengan Rony sebentar, itu juga aku merasa ada kerinduan dalam diriku yang butuh divalidasi, atau paling enggak untuk diperhatikan, meskipun itu hanya sebentar, rapuh, dan hilang dengan cepat.
  4. Soal Kak Donnie dan Iwan Fals, seperti ada benturan antara tradisi lama dan yang benar-benar kuinginkan saat ini.
  5. Sementara di adegan warung, aku merasakan ada rasa tidak enak, gamang, hingga kesulitan memaknai realitas yang keras. Di situ, aku punya kekhawatiran hanya menjadi seseorang yang apsif dan tak bisa berbuat apa-apa untuk membantu.  Semacam ada persimpangan nilai hidup di sana. 

Kerinduan pada Ruang yang Otentik

Pesona Sederhana Klip
Dari mimpi itu aku juga berefleksi bahwa diriku merindukan ruang yang otentik di mana aku bisa merasa "all out" seperti halnya Rony "all out" di musik. Dari sana, aku tak ingin membiarkan diriku berlama-lama di ruang atau konser yang salah, yang bukan aku, yang aku tak bisa merasakan keterhubungan. Aku akan memilih ruang yang membuatku semangat, bukan di tempat yang menjadikanku merasakan kekosongan. Meskipun, dalam artian tertentu, aku harus berani dan keluar dari jalur yang dianggap aman (dengan menghitung semua risiko dan mitigasinya). Di jalur itu, aku ingin mencari momen "Pesona Sederhana" dari kehidupan nyata yang aku jalani sehari-hari. Paling penting, aku perlu dengan berwibawa untuk menghadapi segala mendung yang terjadi dalam hidup. Aku tak perlu menunggu langit menjadi cerah dahulu untuk bisa bergerak. Aku akan terus berusaha meskipun situasi tak mendukung.

Aku juga tertarik pada hubunganku dengan Rony di sini. Dari mimpi ini, di alam bawah sadarku, aku menganggap Rony memang sebagai sosok yang hidup. Dia menjadi salah satu sumber vitalitas dan gairah hidupku yang penuh energi, dan di suatu moment ingin meledak (karena aku tipe orang yang memendam). Di konser-konser Rony, aku selalu bisa teriak-teriak bebas, gak ada beban, dan nonton konser Rony selalu jadi ritual melepaskan ketegangan dalam hidupku yang banyak gagalnya ini. Untuk menuju Rony, aku juga melakukan effort yang keras (waktu, perasaan, tenaga, uang, dll), dengan memberikan berbagai energi yang kupunya dari raga dan jiwa untuk menonton. 

Aku merasa Rony di suatu dunia lain adalah cermin dari diriku sendiri. Rony adalah versi diri ideal yang kurindukan. Entah itu dalam hal karakter, kesungguhan, kerja keras, dan sikap baik yang dia miliki. Pertemuanku dengan Rony di setiap konser seperti ritual perjumpaan dengan figur yang memberiku makna. Lagu "Pesona Sederahana" juga semacam menjadi manifesto dan pesan batin yang dalam. Di mana aku merindukan sesuatu yang tidak ribet, tidak penuh konflik, tapi sesuatu yang tulus dan sederhana. Rony juga memberiku cahaya sederhana di tengah berbagai mendung hidup yang kulalui. Mimpi ini sebagai konfirmasi bawah sadar akan koneksiku ke Rony, tanpa Rony harus tahu.

Aku udah tiga kali nonton konser Rony. Rasanya seneng, Minggu depan banget nonton keempat kalinya. Aku seorang WeR1, dan bagiku ini identitas kolektif. Di sana ada rasa yang sama, kebersamaan, relasi di tengah kerumunan yang menyatukan. Di konser Rony, aku merasa bukan hanya hadir sebagai penonton, tapi juga diriku yang terdalam. 

Semalam Rony mengeluarkan single “Salahi Aku (Ku Jatuh Cinta Lagi)” hasil kolaborasi dengan Andi Rianto dan Yovie Widianto. Aku ikut bangga. Sukses terus Rony, aku akan selalu mengingatkan pada diriku sendiri, kalau aku ingin jadi kakak perempuan yang baik untuk Rony. Entah di universe yang mana. Selamat ya Ron, sekali lagi. Aku bangga sama kamu.

Jakarta, 21 September 2025 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar