Minggu, 13 April 2025

Pameran Pendidikan di Hotel Kempinski

Punya pengalaman berkali-kali ikut education fair, rasanya seperti overwhelming, dan baru kali ini, setelah aku tahu yang kumau, jadi gak bingung lagi apa yang dituju. Aku sepakat, mindset bertumbuh tuh mesti dijaga nyalanya tiap hari. Gak papa di masa paling blo'on sekali pun ngumpulin banyak brosur yang akhirnya gak guna, jalan dari stand ke stand lain dengan konsultan yang gak jelas dia ngomong apa karena kendala bahasa (itu masih mending dibanding ketemu konsultan yang belum-belum bikin lu makin inferior broaden your POV, karena ada tipe konsultan yang emang galak), ketemu banyak ratusan, ribuan anak yang padha pinter, ambis, and shining wanna be. Satu hal yang kupelajari: lu punya perjalanan unik lu sendiri, toh, kalau itu gak sampai, ada tempat lain yang lebih indah.

Dan pelajaran yang kudapat dari pameran ini adalah:

1. Tujuan milih kuliah itu sandarannya apa yang kamu lakukan. Kalau mau daftar, kau harus tunjukkan dirimu bisa balance di banyak hal, gak cuman pinter doang, banyak coy orang pinter di Indonesia. Yang kurang itu orang yang seimbang, yang dewasa, pola pikir harus tumbuh, jadi otentik, kalau kamu lucu, ya tunjukkan kamu lucu. 

2. Jangan lupa: Practice, practice, practice.

3. Ingat: BAHASA BUKAN PENGHALANG LO DI MANA PUN! Terapkan growing mindset. You don't need to get the all answer and result at the present.

4. Mulailah seawal mungkin, jangan mendekati deadline. Buat langkah beyond. Tuliskan tiga hal paling gak yang bisa bikin penyeleksi ingat sama kamu (three things do you want to remember). Banyak personal statement, tapi apa yang membuatmu berbeda. Jadilah autentik dan jujur. 

5. Personal statement itu penting, karena nentuin tujuan. Membantumu memetakan apa yang kamu inginkan, bagaimana sejalan dengan tujuan, dan untuk mengetahui dirimu sendiri. Hindari menjadi terlalu general, semakin autentik kami, maka semakin berguna, jangan jadi duplikasi. Kualitas penting, tunjukkan kamu unik. "It's more like story telling and visualize you."

6. Trik sebenarnya sederhana, sebagaimana seperti kamu main Tinder, bagaimana membuat profilmu bisa dilirik oleh orang lain dalam aplikasi. Bagaimana kamu membangun personal branding, kalau kamu suka binatang, tulislah misal kamu aktif di Animal Welfare. Kalau kamu punya hobi, tunjukkan, daripada mendaftar kamu melakukan ini dan itu. 

7. Satu kesalahan fatal dari orang yang mendaftar beasiswa: MEREKA HANYA PEDULI PADA BEASISWA ITU SENDIRI, TAPI TIDAK PADA DIRI MEREKA, KARIR MEREKA, dan APA YANG BENAR-BENAR MEREKA INGINKAN. Kamu punya waktu untuk menjadi versi terbaikmu. Kamu bisa kontribusi apa? Mau jadi apa? Apa yang bisa kamu berikan balik untuk pemberi beasiswa yang tak murah ini? Please be different. Details and break the application. Tulis course yang sangat membuatmu hidup.

8. Kalau kamu dapatin beasiswa, perluas horisonmu, sekali lagi: BAHASA BUKAN MASALAH. Kamu bisa travel di banyak tempat. (Aku ingat pas di UGM, sepede itu ngomong Inggris meski patah2 di depan penerima Nobel.)

9. Kalau lu ada di sekolah yang baik, itu akan buka banyak kesempatan baik pula. Beasiswa Pergururan Tinggi Utama Dunia (PTUD) ini jadi jalur paling baik untuk dapat beasiswa, karena kamu sudah struggling duluan di aplikasinya yang berat. PTUD juga melambangkan kualitas yang lebih baik. Di sini sangat-sangat-sangat kompetitif. You need to secure your place first.

10. The best investment you can make is yourself.

11. Bingung mulai sekolah dari mana? Mulailah dari program, di mana program itu mempunyai tempat terbaik, apa indikatornya? Ketika nemu program terbaik, jahit dengan kebutuhan dan rencanamu. Misal, kalau kamu milih Antropologi, apa yang kamu inginkan dari Antropologi?

12. Ada dua kesalahan utama para pelamar beasiswa: (a) Isi aplikasi mereka dari belakang, sekarang, dan ke depan GAK NYAMBUNG. Apa pun rencananya, dongengmu harus nyambung. Ketika menulis esai, kamu melakukan ini karena ini; dan kamu akan melakukan ini. Pokoknya gimana ceritanya dari belakang, sekarang, dan depan NYAMBUNG. (b) Tulisan mereka tidak spesifik dan mengawang-awang, pemberi beasiswa tidak butuh "saya ingin memajukan Indonesia," tapi "saya mau melakukan pemeriksaan gratis setiap minggu di Puskesmas Karangboyo," misal. Akan semakin bagus jika ada cerita. Terus lakukan riset, jangan berhenti. 

13. Tiap tahun lebih kompetitif, PR-nya banyak. Simple: semua itu praktis dan bisa dipelajari. Nggak perlu terjebak dalam lembaga yang gombal-gambul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar