Kamis, 20 November 2025
Ini hari keduaku ikut meditasi kesadaran di Grha Pemuda, Katedral Jakarta. Aku datang telat sekitar 3 menit karena menunggu gojek yang lumayan lama di tengah cuaca yang sedang hujan. Aku telat mendengarkan Rm. Mahar memberikan materi terbaru terkait meditasi. Beberapa yang masih aku ingat, selain teknik nafas, Romo memperkalkan teknik baru, yaitu mengamati tubuh dari ujung kepala sampai kaki.
Dalam meditasi Buddhis kuno, teknik yang berfokus pada kesadaran nafas untuk memenangkan pikiran ini disebut sebagai "Anapanasati". Anapana yang berarti menghirup dan menghembuskan nafas, sementara sati berarti perhatian. Kita diajak untuk mengembangkan konsentrasi dan ketenangan batin dengan hanya mengamati aliran nafas secara alami, "tanpa mengendalikannya". Mencoba mengamati sensasi yang ada dirasakan oleh lubang hidung atau gerakan perut. Ketika pikiran rekreasi, maka perlu dikembalikan lagi ke nafas.
Selanjutnya, praktik meditasi yang berfokus pada pengamatan tubuh dalam tradisi Buddhis dikenal sebagai "kayanupassana". Meditasi ini melibatkan perhatian yang sadar dan tekun pada fisik, termasuk di dalamnya sensasi tubuh, gerakan, dan fenomena fisik lain. Tujuan dari meditasi ini untuk mengembangkan pemahaman tentang ketidak-kekalan dari keberadaan fisik. Kayanupassana ini bagian dari Satipatthana. Dia landasan pertama dari Satipatthana yang terdiri dari: (a) kayanupassana: perenungan tubuh, (b) vedananupassana: perunungan perasaan, (c) cittanupassana: perenungan pikiran, dan (d) dhammanupassana: perenungan objek-objek pikiran/fenomena batin.
Usai meditasi sekitar 45 menit, kemudian Rm. Mahar membuka sesi sharing, ada peserta yang berbagi pengalaman jika meditasi nafas lebih sulit dilakukan daripada meditasi tubuh. Romo pun menyampaikan jika memang meditasi nafas ini lebih sulit. Beliau juga menganjurkan untuk fokus pada satu teknik dulu yang dirasa lebih cocok untuk diri, jangan berganti-ganti teknik.Kamis, 27 November 2025
Hari ini, meditasi dari yang awalnya di lantai III, dipindahkan ke lantai I Grha Pemuda. Menurutku, kedua tempat ini sama-sama representatif. Bahkan, kalau diminta memilih, aku lebih suka energi di lantai I. Aku hadir tepat waktu. Aku berangkat dari kos pukul 18.30, sampai di parkiran PosBloc 18.45, dan jalan kaki ke Katedral selama lima menit, sampai pukul 18.50. Di sana sudah banyak orang. Aku senang, dari banyak orang itu, di pintu masuk ada yang menyapaku. Aku juga mengisi absen, duduk sebelahan dengan perempuan berumur 20-an bernama Lia. Kami berkenalan, ini pengalaman pertama dia ikut meditasi kesadaran. Dia diajak oleh temannya, karena Romo Mahar adalah guru dari temannya itu.
Di depanku juga sudah duduk rapi, ibu yang pertama kali kukenal di retret pertama, yang tinggal di Kalibata. Dia berangkat naik kereta. Dia juga berencana bulan Desember akan ke Jogja, merayakan Natal di sana. Secara, beliau pernah 11 tahun tinggal di Jogja. Dia merasa sangat senang ketika bisa pulang lagi karena orangtua di sana, anak-anak beliau juga kuliah di sana. Ibu ini menyapaku, dia mengakui jika dirinya ceriwis, dan bilang kira-kira begini, "Minggu lalu kamu ikut juga kan? Eh, Romo nanyain kamu lho, kamu tiba-tiba udah pergi." Aku langsung merasa dalam hati, "Ada apakah?" Hihihi. Lalu si Ibu bilang, "Kamu bisa ngobrol atau tanya-tanya sama Romo. Ajak teman-teman juga."
Acara puncak yaitu meditasi. Romo Mahar membimbing kami dengan wajahnya yang tenang dan teduh. Dia menjelaskan ada dua teknik yang diajarkan sebelumnya, yaitu meditasi nafas dan meditasi scanning tubuh. Kita diminta milih salah satu dan tidak berpindah-pindah teknik meditasi. Beliau juga berbicara dengan filosofis terkait pertanyaan: Apa yang kita dapat dari meditasi? Mungkin udah sebulan, dua bulan, tiga bulan, dst? Romo menjawab, "Tidak dapat apa-apa." Kami pun langsung tertawa. Beliau melanjutkan lagi, "Yang didapat hanya kehilangan-kehilangan."
Berhenti sebentar, semacam kita mendapat prank, lalu dilanjutkan bagian intinya, "Kehilangan marah, kehilangan sedih, kehilangan sakit, kehilangan ngedumel, kehilangan rasa tidak suka, kehilangan dendam. Maka berbahagialah mereka yang pernah mengalami kehilangan-kehilangan." Langsung cespleng seketika rasanya. Aku teringat kehilangan terbesarku di tahun ini, mendengar perkataan Romo ini, rasanya hatiku sungguh sangat lapang, dan justru bersyukur dengan kehilangan itu. Aku bersyukur tak diperbudak materi.
Meditasi malam ini berlangsung selama 50 menit. Pengalaman berkesan yang ingin kubagikan, kadang pas nekuk lutut di posisi meditasi, aku sering merasa kesemutan. Namun, sebelum meditasi itu dimulai, aku udah bilang dulu sama lutut dan kaki untuk kerja sama. Aku bilang ke dia, tolong bantu aku, jangan kesemutan, jangan merasa pegal, dan terjadi dong. Sepanjang meditasi lutut dan kakiku gak banyak drama, wkwk. Karena di meditasi kesatu dan kedua semacam susah antengnya ini kaki. Hal lain soal latihan nafas, karena aku memilih meditasi nafas daripada tubuh, aku mulai mengamati bagian diafragma yang sebenarnya lebih powerful kalau bicara nafas, khususnya bagiku secara personal.
Diafragma ini otot yang letaknya di bawah paru-paru, dan menjadi pembatas antara paru-paru dan perut. Dia akan membuka dan menutup secara otomatis ketika seseorang bernafas. Mirip lensa kalau dalam kamera. Fungsi utama diafragma adalah memfasilitasi pernafasan. Ketika bersuara dengan bantuan otot perut, ya, mungkin istilah lainnya begitu, suara kita juga jadi lebih jernih, tak mudah capek, dan lebih ringan jika didasar pada tenggorokan lalu ke hidung semata. nafas ini juga membantu kita mengurangi tekanan pada jantung hingga tekanan darah. Aku rasanya perlu belajar lebih banyak lagi terkait ini.
Romo usai meditasi juga mengingatkan, kalau sedang meditasi, jangan lupa tersenyum. Ini membantu badan rileks, kalau rileks jadi lebih nyaman menjalaninya. Tubuh jadi tidak merasa kaku dan tertekan. Aku juga sempat kenalan sama Romo, aku bilang tinggal di Petojo, asli Blora, kuliah di Jogja. "Kerja di Jakarta ya?" Aku jawab "iya, Bapak." Hehe, aku manggilnya masih Bapak. "Jangan lupa diajak teman-temannya kesini," pesannya.
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar