Pertanyaan utama yang ingin dibahas dalam artikel Arndt Graf: bagaimana kualitas estetik literatur dengan segenap pesan sosial dan politisnya, bertamasya hingga lintas ruang dengan berbagai interpertasi yang berbeda dalam suatu komunitas? Graf menamai komunikasi internet yang membentuk persepsi akan karya Pramodya ini sebagai CyberPram (Pramsiber).
Graf menyelidiki bagaimana persepsi pembaca terhadap karya-karya Pramoedya Ananta Toer di internet. Metode yang digunakan analisis kuantitatif setelah melakukan pembacaan intens di web-blog dengan bahasa utama Inggris (english most of 66%; Indonesia 24,7%; sisanya bahasa lain semisal Jerman, Spanyol, Portugis, dll).
Graf mengelompokkan tema-tema yang ada di buku Pram, seperti: sejarah, Jawa, Belanda, merdeka, kemerdekaan, Melayu, penjajahan, nasionalisme, kolonialisme, nasionalis, bersejarah, rasialisme. Dia menemukan ada 36 karya Pram berbahasa Indonesia. Terpopuler Bumi Manusia, karya ini tak hanya terkenal secara komersial, tapi juga dijadikan studi komparasi sastra di berbagai universitas baik dalam dan luar negeri.
Dalam internet yang berbahasa Indonesia dan Jerman, novel Bumi Manusia lebih popular dibanding karya-karya lainnya. Ada 5 faktor: 1. Menggambarkan sejarah era kolonial, 2. Menghadikan diskursus identitas barat-timur, 3. Simpati terhadap penulis yang dicekal, 4. Adanya konteks ideologis masa Perang Dingin, 5. Kisah cinta yang menggambarkan hubungan gender yang setara.
Mari kita jelaskan satu-satu dari faktor-faktor tersebut:
Novel sejarah terkait era kolonial
Salah satu penemuan Graf, Minke digambarkan sebagai sosok yang bisa memberi pengertian hidup kepada pembaca di masa penjajahan. Dalam konteks Indonesia yang dijajah Belanda selama 350 tahun, kemudian Jepang 2-an tahun. Novel Bumi Manusia juga memberi gagasan terkait kritik sosial. Lebih jauh lagi, Pram memberi cara bagaimana setiap orang bisa independen--dengan observasi personalnya terkait masalah ras dan kolonisasi.
Diskursus identitas barat-timur
Lewat Bumi Manusia, seseorang bisa membedakan diskursus yang terjadi antara identitas barat dan timur. Misal pesona identitas barat berhubungan dengan perasaan bersalah kolonial bagi pembaca barat. Adanya sentimen kolektif, antara mindset orang pribumi dan orang dengan budaya barat. Bukan masalah eksotisme atau romantisme timur, tapi bagaimana wacana identitas seseorang yang sejati sampai untuk di semua kalangan dengan berbagai latar belakang.
Simpati untuk penulis yang dicekal
Pencekalan yang terjadi pada Pram menjadi salah satu faktor yang mengerek popularitas Bumi Manusia. Sebab karya ini pernah dilarang oleh pemerintah dan penulisnya dipenjara. Konteksnya di masa Orde Baru di bawah pemerintahan Soeharto. Pram dianggap sebagai oposisi yang mesti disensor dan menjadi tapol rezim otoriter. Ada pembaca yang memberikan simpati akan kisah hidup Pram ini ketika membuat karyanya.
Konteks ideologis era Perang Dingin
Persepsi keempat ini mengarah pada pilihan politik Pram yang berorientasi sayap kiri, LEKRA. Persekusi yang terjadi pada Pram berhubungan dengan citra negatif. Pram memainkan peran berharga dalam membumikan cita-cita LEKRA di era 1950-1960an. Di mana saat Orde Baru kebebasan berpendapat dibatasi, banyak sensor sosial, dll.
Penghargaan terhadap kisah cinta, gender, dan keindahan
Bumi Manusia menimbulkan persepsi yang sukses pula karena menghadirkan kisah cinta antara Minke dan Annelis, dengan penuturan dan pandangan yang substil. Juga menggambarkan berlakunya kesetaraan gender pada tokoh Nyai Ontosoroh.
Graf, A. (2007). “CYBERPRAM” Perceptions of Pramoedya Ananta Toer on the Internet1. Indonesia and the Malay World, 35(103), 293–312.
Selengkapnya: https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13639810701676797
Tidak ada komentar:
Posting Komentar