Tesis dia adalah pandemi global yang terjadi saat ini cenderung dan berasal dari perkampungan kumuh, miskin, kotor, dan melarat; yang menjadi inkubator virus tinggal dan hibernasi. Pandemi sebagaimana yang ditulis dalam bukunya “Planet of Slums” berhubungan dengan kemunculan zona panas di perkampungan tersebut.
Perkampungan miskin ini diartikan sebagai rumah-rumah yang tidak memenuhi syarat hidup, dengan kondisi yang tidak aman, dan tak terjangkau infrastruktur (listrik, jalan raya, air bersih, sanitasi, dll). Milyaran manusia secara global hidup dalam kondisi melarat. Terlebih berada di negara-negara miskin dan berkembang yang hidup di kota (urban). Kota-kota masa depan dipenuhi generasi urbanis yang mayoritas menghasilkan produk plastik, besi, batu bata, semen, kayu, dst.
Di abad-21 ini dunia urban gemuk akan kemelaratan, polusi, kotoran, dan kebusukan. Belum lagi wilayah peri-urban yang berjarak 20-30 mil dari pusat kota. Petani-petani kecil datang ke kota dan menjadi mangsa baru kapitalisme. Banyak dari mereka tinggal di gubuk, berumah di pinggiran sungai, di bawah jembatan, atau di bangunan-bangunan kosong sebagaimana tokoh Betalumur di novel “O” Eka Kurniawan.
Di tempat kumuh dan saling berdesakan ini semisal, ketika kebakaran kecil terjadi bisa meluluhlantakkan 1.000 unit rumah hanya dalam waktu 15-20 menit. Penularan penyakit juga rekreasi dengan begitu cepat. Ini terjadi di banyak tempat: Kota Meksiko, Bombay, Bogota, Lima, Dhaka, Lagos, Gaza, Sadr City, Bel Air, Cite Soleil, Nairobi, Kinshasa, dan tentu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya.
Ilmuwan biologi David Baltimore, 15 tahun yang lalu, mengakui perubahan ekologi dari penyakit-penyakit menular. Jalur ekologi itu berubah karena ada perubahan dalam kondisi yang melarat, sumber makanan yang berhubungan dengan kondisi yang tak sehat, ini dalam jumlah besar. Sebabnya, sanitasi menjadi isu besar, di mana air dan toilet dipakai setiap hari dengan volume besar.
Davis, M. (2009). Pandemics and the Planet of Slums. New Perspectives Quarterly, 26(3), 58–60.
Selengkapnya: https://doi.org/10.1111/j.1540-5842.2009.01099.x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar