Around Alternative |
Apa yang manusia cari dari
motivasi dan inspirasi? Bahkan sampai dilombakan sebegitu rupa, bermacam-macam
bentuknya? Hal itu yang coba saya pelajari. Saya sedikit menemukan jawabannya dari
seorang teman berinisial X (saya tak berani menyebut namanya, takut dia
keberatan). Dia adalah seorang aktivis, provokator, aktor di balik pergerakan, dan
mahasiswa yang tak mau dikenal.
Awal saya mengenalnya, dia
sederhana, tidak kaya. Dia seorang pemikir kiri. Bacaannya luas, link-nya banyak, humoris, dan bisa akrab
dengan siapa saja. Saya selalu iri padanya karena tiap hari saya perhatikan dia
selalu gembira.
Kebiasaannya nongkrong bersama
PKL, satpam, dan pegawai kecil sekitar kampus, berbincang bersama mereka, dan sesekali
bermain catur. X hidup di mana saja, bahkan pernah di pinggir jalan. Kuliahnya
dibiayai sendiri. Setiap hari kuperhatikan pekerjaannya adalah diskusi, menyebar
virus kesadaran, menulis, dan berbagi ilmu.
Di saat mahasiswa yang lain sibuk
memoles dirinya dengan berbagai simbol hipokrit, memperindah tampilannya
sendiri agar dikira dirinya keren benar. X malah mengajari saya ilmu psikologi untuk
membedakan mana orang yang “berpura-pura” dan mana yang “asli”. Karena dasarnya,
X menjelaskan tiap detik manusia selalu dibenturkan dengan dualisme antara
khayalan dia dan kenyataan yang tidak dia ketahui. Contohnya, saya berkhayal
dapat uang satu juta dari lomba #MenjagaApi dengan cara membagus-baguskan
judulnya dan membagikannya secara berlebihan, padahal kenyataannya tulisan saya
tak lebih baik dari sampah.
Motivasi yang tidak berasal dari
dalam (memakai diksi Marx) adalah sebuah “candu”. Motivasi berasal dari apa yang
benar-benar manusia itu cintai. Energi dalam dari perwujudkan apa yang ia cinta
itulah yang akan menggerakkan. Tidak hanya dirinya sendiri, tetapi juga
orang-orang di sekitarnya.
X mengajari saya bagaimana
berpikir alternatif, beretorika, dan bagaimana mengartikan diri dan hidup saya
dari berbagai sudut pandang luas. Agar saya tak seperti kodok yang keenakan
dalam belanga di atas tungku yang menyala. Dalam kenyamanan, tanpa sadar air
kian mendidih, saya melemah, dan akhirnya mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar