Kakek meninggal ketika saya duduk
di kelas VI SD. Masih terekam jelas di ingatan saya, saat saya pulang sekolah
tiba-tiba saja tetangga saya bilang kakek saya dari pihak ibu meninggal.
Perasaan saya saat itu kosong, saya berjalan dengan cepat, dan di jalan sana
keranda kakek digotong orang-orang. Saya menangis teringat kakek yang selalu
duduk di kursi kayu kesukaannya itu dengan celana kolor hitam. Giginya ompong,
berambut putih jarang, dan senang tertawa. Dia sering mengajak saya bermain dan memberi saya uang koin.
Keisengannya, kakek selalu menggidali (menggosok
jari ke gigi lalu tangannya diusap ke orang) tangan atau pipi saya ketika
nakal.
Ibu sering bercerita mengenai
hidup kakek dulu. Kakek dengan seribu
pekerjaaan, begitu saya menyebutnya. Dahulu kakek adalah seorang mandor bangunan
yang sangat dipercaya dan disayangi orang Belanda pada masa itu. Pekerjaan kakek selalu membuat Belanda puas. Namun, suatu hari kakek
dipecat karena salah melaporkan. Harusnya kakek berkata “ya” tapi kakek berkata
“tidak”.
Berhenti jadi mandor, kakek
pernah berjualan payung kertas yang terbuat dari bungkus semen, lalu diukir dan
dicat, kemudian dijajakan keliling dari tempat ke tempat dengan jalan kaki berpuluh kilometer.
Kakek pernah berjualan es dalam plastik, dengan gotongan berat di pundaknya.
Saat es itu tak habis, kakek membagikannya dengan gratis kepada orang-orang.
Untuk orang yang haus dan tak punya uang pun kakek memberikannya dengan gratis.
Meski tak jarang, sesampainya di rumah, nenek memarahi kakek karena tidak balik modal. Kakek juga pernah berjualan kerupuk gendar kelililing kota, meski hujan dan apa
pun yang menghadangnya. Kakek juga pernah jualan mainan anak-anak dengan
berkeliling. Setiap kali saya bertemu dengan orang-orang yang berjualan seperti
kakek, saya ingat kakek.
Kakek mengajari saya tentang
kerja keras dan kedermawanan. Saya bisa membayangkan, bagaimana jika saya jadi
dia? Apakah saya bisa sekuat itu? Hal tersebut membuka mata saya, meski saya
tidak unggul daripada orang lain di bidang materi, setidaknya saya bisa unggul
di bidang kerja keras dan ketekunan. Dan berbagi a la kakek (meski kakek juga susah dan kekurangan) adalah bentuk
paling sederhana dari sikap kedermawanan.
#MenjagaApi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar