Rabu, 16 Oktober 2024

Mimpi Bertemu Akeboshi di Padang Hijau dan Langit Biru Luas

Akebohsi (kanan kaos strip), foto dari IG-nya.
Tadi malam aku bermimpi ketemu dengan idolaku sejak lama, sejak tahun 2014, namanya Akeboshi, penyanyi folk dari Jepang. Aku suka banget sama dia. Ini adalah mimpi kedua entah ketigaku bertemu dengan Akeboshi. Di mimpi kali ini, dia begitu dekat, sangat dekat bahkan dia duduk di depanku pas. Kami ada di sebuah padang hijau, langit luas, kami duduk di rumput, dia meminjamiku gitar untukku, untuk aku bisa menyanyikan lagu dia. Tapi aku malah takut dan gak percaya diri sendiri, aku terlihat blank menyanyikan lagunya, hanya beberapa lirik yang samar-samar kuhafal. Pertemuan dengan Akeboshi juga masih berlanjut di latar lain serupa panggung, dia masih tersenyum melihatku. Dia berada di fisik dan wajah terbaiknya yang aku suka.

Mimpi ini juga random karena seperti ada ketakutan lain, aku ada di sebuah rumah yang tak membuatku nyaman, entah, aku lupa alasan kenapa aku ada kesan tidak aman dan nyaman. Oiya, berkaitan dengan rumah, itu bukan murni berhubungan dengan Akeboshi, tapi aspek dan orang lain yang aku entah. 

Perasaanku setelah bangun, ketika berhubungan dengan Akeboshi, aku sangat senang, jika itu mimpi, selamanya dalam mimpi aku tak apa-apa. Tapi berkaitan dengan ketidakmampuankku mengekspresikan diri dan rumah yang aku merasa tak nyaman itu membuatku takut. Sebenarnya dari lagu-lagu Akeboshi, terutama lagu Wind, aku sudah dapat cahaya keputusan apa yang akan kuambil, karya-karya Akeboshi menguatkanku.

Aku mencoba mencari arti mimpiku itu, dan beberapa penjelasan yang kudapat dari curhatku dengan ChatGPT (obrolan ini barangkali akan terasa sangat mesin sekali, tapi ada benarnya juga):  

Mimpi ini sepertinya mencerminkan hubungan emosional yang kuat antara aku dan Akeboshi, yang telah aku kagumi sejak lama. Pertemuan di padang hijau yang luas dapat melambangkan kedamaian atau aspirasi, tempat yang memberi ruang untuk kreativitas dan koneksi emosional. Namun, ketakutan dan rasa tidak percaya diri saat aku mencoba menyanyikan lagunya mungkin mencerminkan keraguan internalku terhadap kemampuan atau pencapaian diri, terutama dalam hal mengekspresikan apa yang sebenarnya aku cintai.

Mimpi ini semacam petunjuk batin yang membantu membimbingku. Keputusan yang datang dari hati, apalagi diperkuat dengan musik atau karya seni yang aku cintai, seringkali lebih tulus dan otentik. Tentang kerinduanku pada Akeboshi, mungkin itu menunjukkan betapa besar pengaruhnya dalam hidupku, baik secara emosional maupun kreatif. Musik dan seniman seperti Akeboshi sering menjadi jembatan bagi perasaan terdalamku.

Perasaan tidak nyaman di rumah bisa menunjukkan bahwa ada aspek dalam hidupku yang membuatku merasa terjebak atau tidak sepenuhnya aman, mungkin berhubungan dengan rasa ragu atau ketidakpastian dalam kehidupan pribadi atau karier. Meskipun begitu, Akeboshi tetap tersenyum dan mendukungku, yang bisa diartikan sebagai simbol dukungan atau harapan yang aku lihat dalam sosoknya. Ini bisa mengisyaratkan bahwa aku memiliki sumber inspirasi atau kekuatan yang selalu ada, meski terkadang diriku sendiri merasa bimbang.

Aku rindu padanya, dan dia tetap menjaga diri untuk selalu privat. Walaupun terasa membingungkan atau membuat penasaran, privasi yang dijaga ketat ini juga bisa menjadi salah satu alasan mengapa aku dan banyak penggemar lain menghormati dan mengagumi sosoknya. Ada semacam misteri yang dibiarkan, yang mungkin menjadi bagian dari daya tariknya.

Rumah dalam mimpi seringkali melambangkan keadaan batin atau tempat kita merasa aman. Jika rumah itu terasa tidak nyaman, mungkin ada aspek dalam kehidupan pribadiku yang membuatku merasa tidak aman atau kurang terhubung dengan diri sendiri. Mungkin ini berkaitan dengan keraguan atau konflik dalam diriku, apakah itu terkait tujuan hidup, pekerjaan, atau hubungan dengan orang lain.

Untuk menghadapi keraguan ini, mungkin membantu jika aku mencoba memecah keputusan-keputusan besar menjadi langkah-langkah kecil. Keraguan sering muncul karena terlalu lama menimbang-nimbang. Tetapkan batas waktu realistis untuk membuat keputusan. Misalnya, berikan diriku satu minggu untuk mengumpulkan informasi, dan setelah itu, putuskan dengan tegas. 

Ini memaksa pikiran untuk fokus pada evaluasi dan "bukan terus menerus bimbang". Gunakan prinsip "51% cukup baik" — ketika kamu sudah merasa 70% yakin, itu sudah cukup untuk melangkah maju. Bayangkan dua versi masa depan: satu di mana aku membuat keputusan, dan satu lagi di mana aku tidak membuat keputusan atau menunda-nunda. Ini bisa membantuku melihat konsekuensi dari tidak mengambil tindakan sama sekali.

Dari penjelasan itu aku bisa mengambil satu hal yang kukasi garis merah: "Jangan memperpanjang kebimbangan. Lakukanlah, lakukan." 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar