Teddy W Kusuma & Maesy Ang - Semasa (2024)
|
Semasa |
Aku rindu membaca cerita dengan nuansa seperti yang dihadirkan oleh "Semasa". Barangkali genre-genre tulisan seperti ini adalah jenis tulisan yang kusuka: dekat, sehari-hari, tidak menggebu-gebu, tidak terbebani ide-ide akan sejarah/politik/ekonomi yang besar, dan satu hal yang terpenting, ditulis dengan perasaan. Kisah Sachi dan Coro yang dikisahkan Maesy dan Teddy sederhana saja, dua orang sepupu yang bernostalgia akan kehidupan rumah di perkebunan teh, dan bagaimana rumah itu akhirnya dijual. Bukan fisik tentunya yang membuat rumah itu susah dilepaskan, tapi soal kenangan masa kecil, ikatan persaudaraan antara Bapak Coro, Bibi Sari, dan Paman Giofridis. Alurnya lamban dan lurus seperti tiang bendera, tapi tiap kalimatnya memang dipilih untuk sedekat mungkin dengan kehidupan. Dulu pas peluncuran pertama buku ini, aku masih ingat berada di Jogja, sama Mas Eka, Mbak Ratih, Maesy, Teddy, dll, aku tak ingat isi diskusinya, yang kuingat hanya kesannya, menyenangkan. Seperti masakan ibu, begitulah rasa buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar