Selasa, 27 Agustus 2024

Satsag: Keajaiban Mengingat Tuhan (Dzikir)

Hari Minggu lalu, aku mengikuti Satsag dan Meditasi IVS Indonesia di rumah Tante Chika di Taman Rempoa Indah. Satsag itu setelah kutanya ke Tante Chika berarti kajian spiritual, nah, kajian spiritual kali ini berjudul, "Keajaiban Mengingat Tuhan (Dzikir)". Materi disampaikan oleh Muhammad Hasan atau Ustadz Hasan. 

Ringkasan materi dari Ustadz Hasan
Satsag dilaksanakan pada hari Minggu, 25 Agustus 2024, pada siang jam 14.00 s.d. 17.00 WIB. Ada sekitar 10 orang yang hadir (Pak Yanuar, Pak Pur, aku, Mas Zainuri, istri Mas Zainuri dan dua putrinya yang masih balita, suami Tante Chika, Mbak Novi, Bu Eni, Tante Chika, dan Ustadz Hasan sendiri). Pesertanya memang mayan jauh secara kuantitas dibandingkan dengan retret.

Awal kajian dimulai, kita melakukan meditas bersama. Kemudian materi dimulai dengan Ustadz Hasan menanyakan kepada semua peserta: Pernahkah kamu ketemu Tuhan? 

Dan jawabannya bermacam-macam. Ada peserta yang menggambarkan pertemuan dengan Tuhan itu sebagai sebuah sosok, sosok tertentu yang mengamati kita dari jauh. Ada pula yang bilang Tuhan itu dekat seperti urat nadi sendiri. Ada yang bilang, pertemuan dengan Tuhan itu serupa transformasi. 

Kalau menurutku, sebelum mengenal Vedanta, aku sering bertemu Tuhan ketika sedang ada pada kondisi sedih atau dapat bencana, ini sebagaimana pendapat Mbak Novi juga, dia bertemu Tuhan ketika di titik nadir. Setelah bertemu dengan Vedanta, Tuhan sebenarnya ada di diriku sendiri, ada di orang lain, bahkan juga bisa kita temui di hewan dan tumbuhan. 

Nah, Ustadz Hasan menekankan, kita bisa menemukan Tuhan dengan cara berzikir, nama Tuhan kita panggil, tak sekadar mengingat, tapi juga dirasakan. Merasakan ini banyak tantangannya, khususnya ketika dibenturkan dengan indra dan pikiran.

Lanjutnya, dunia eksternal itu begitu luas, banyak, dan berubah. Segala yang berubah ini disaksikan oleh indra, salah satunya adalah "mata" yang menjadi "saksi". Dari mata ini akan masuk ke pikiran (mind). Di mind ini isinya ada: data dan judgement (judgement isinya bisa hal-hal yang membuat kita kesal, overthinking, menderita, kecewa, sakit hati--semuanya ini ada di tataran ego), di mana di level mind ini sebagaimana external world, dia selalu berubah. 

Nah, ada kondisi lain yang tak pernah berubah, yaitu Atman (consciousness). Ini sifatnya satu, non-dualitas, dialah penyaksi pikiran. Ketika seseorang telah berada di level ini, maka dunia di luarnya sudah tak bisa mengganggunya lagi. Ini ujiannya juga seumur hidup. Di level yang lebih tinggi dari Atman ini ada Brahman. Kalau dalam pewayangan, di level mind itu diibaratkan oleh karakter Arjuna, dan di level Atman, diibaratkan oleh karakter Krishna. 

Ustadz Hasan menggarisbawahi, perjuangan untuk mencapai di level penyaksi consciousness ini butuh pembinaan diri yang panjang, sehingga terjadi transformasi dari indra (berubah), pikiran (berubah), hingga penyaksi (tak berubah). 

Latihannya sepanjang waktu sampai menutup mata. Satsag kali ini kemudian ditutup dengan meditasi duduk kembali. Juga ada makan somay bersama, somay-nya enak, hehe. Kami juga ngobrol-ngobrol terkait kabar dan kehidupan. Dapat kabar juga dari Mbak Novi dan Tante Chika kalau Shraddha Ma saat ini sedang di Belanda untuk melakukan kerja-kerja spiritual beliau.

Makasi teman-teman IVS Indonesia, aku selalu mendapatkan kekuatan energi spiritual tiap kali bertemu dengan kawan-kawan. Dari pertemuan ini aku bisa mengambil sedikit kesimpulan, ketika ingin melakukan dzikir sampai ke tahap "merasakan", kita memang harus bisa melampaui kondisi indra dan pikiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar