Tulisan ini pertama kali terbit di majalah Shiso, meski dilarang penyebarannya karena situasi zaman. Kemudian Miki menulisnya ulang, yang secara umum menggambarkan bagaimana Miki bekerja; dia lebih suka berpikir sambil menulis daripada menulis setelah memikirkan semuanya. Dalam tulisan ini dia memberikan suatu sintesis pada sesuatu yang saling berlawanan: subjektif-objektif, pathos-logos, ruang-waktu, dll. Miki mau nglepasin konsep pembatasan itu.
Miki mengambil posisi yang lain seputar imajinasi dari tokoh-tokoh yang memberikan pemikiran sebelumnya. Semisal Kant yang membuat logika imajinasinya sendiri, bahwa imajinasi adalah gabungan dari pemahaman dan sensibilitas. Atau Hegel, yang cenderung melihat imajinasi sebagai intuisi aktif, meditasi. Miki berbeda, membebaskan imajinasi dari logika abstrak.
Dia melihat imajinasi sebagai filsafat tindakan. Imajinasi adalah tindakan secara umum, tindakan bukan sesuatu yang absrak sebagaimana kehendak, tapi peristiwa menciptakan sesuatu. Singkatnya, "ketika orang itu bertindak, dia telah berimajinasi.” Sesimpel itu. Dalam tindakan ada transformasi, ada perubahan sejarah. Ini yang rumpang dalam standpoint Hegel, yang hanya berhenti di kontemplasi bukan aksi/kreasi.
Even ketika seseorang berbicara bentuk dari hasil perenungan. Sesuatu yang dihasilkan dari tindakan pasti itu dibuat. Dan yang dibuat selalu diperlengkapi dengan bentuk, di mana bentuk merupakan kesatuan dari hal-hal berlawanan yang telah disebut tadi, seperti campuran dari yang subektif dan objektif. Di mana objek aksi bukan sesuatu yang abstrak, tapi sesuatu yang konkrit.
Benang merahnya: Bertindak adalah melakukan sesuatu, setelah bertindak kita menghasilkan sesuatu yang baru, dan sesuatu yang baru itu yang disebut dengan imajinasi.
Miki, K. (2018). The Logic of Imagination (Preface, Chapter 1 “Myth” 1). The Philosophy of the Kyoto School, 57–64.
Selengkapnya: https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-981-10-8983-1_5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar