Karl Marx pada Capital: Volume One, menyebut dalam masyarakat kapitalis, "sesuatu tidak terlihat sebagaimana tampaknya". Hal yang kentara semisal pada ekonomi pengetahuan dan ekonomi berbagi yang beroperasi saat ini; seperti gig economy yang memiliki karakter "high level of labor precarity (onto the carpet)". Panggung ini menjadi lokus eksploitasi pada produksi kapitalisme platform.
Kapitalisme platform merupakan pendekatan untuk menstrukturkan produksi dan proses perubahannya di dalam pasar ekonomi digital. Konsep ini diteorikan oleh Nick Srnicek. Sedangkan pada penelitian Nancy Fraser menyebutnya sebagai "kapitalisme finansial", ditandai dengan semakin besar, cepat, global toko kapital. Di konsep Srnicek jadi kapitalisme finansial ini menjadi elemen aja. Proses modern ditandai dengan platformisasi yang menekankan ekstraksi sewa melebihi kepemilikan.
Karya Srnicek, "Platform Capitalism" menyebut ada peristiwa techno-historical misal pasca-perang boom ekonomi, 1990an teknologi berkembang dan krisis finansial 2008 memunculkan mode baru komoditas, kreasi, konsumsi. Data mentah diekstrak dan dikonomifikasi (tertutup). Plaform sebagai model bisnis baru melibatkan tiga aktor pokok penjual, pembeli, pekerja. Ada 5 kategori platform yang berkembang: iklan, awan (cloud), industrial, produk/berdasar permintaan, dan lean. Perusahaan sebagai mediator yang mengekstrak data yang ini berdampak pada jaringan; semakin sering menggunakan platform, platform akan semakin untung.
Contoh kasus Facebook, yang dilengkapi pesan, panggilan, game, event, hingga penjualan dan pembayaran. Menurut Srnicek, Facebook adalah suatu platform dengan sistem tertutup, karena informasi pengguna secara privilege tertutup. Orang tak bisa mengakses jika tak memiliki akun. Suatu sistem monopoli dengan jaringan efeknya, tendeni monopoli ini adalah DNA platform. Semakin banyak orang menggunakan Facebook, semakin besar orang berinteraksi dengannya, semakin banyak akumulasi nilainya. Orang akan disebut lebih bersosial dan akhirnya menciptakan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Facebook memperoleh nilai dari orang-orang yang menggunakan platform.
Apa hubungannya kapitalisme platform ini pada RSP? Marx mengkategorikan ada 3 populasi surplus relatif yang menunjukkan hubungan pekerja dengan pasar sebagaimana posisi sosial-ekonomi mereka: mengambang/floating (pekerja yang masih berhubugan dengan kapitalis, punya akses terhadap pasar, tapi bisa masuk dan keluar sesuai kehendak kapitalis), laten (pekerja agrikultur dan pekerja dengan kehidupan rentan, bergaji rendah, keterlibatan yang marjinal terhadap kerja), dan stagnan (produk dari proses proletarianisasi, tak terikat dengan pasar kerja kapitalis). Sebagai hasil dari kondisi material produksi: disituasikan oleh kondisi sosial, geografi, teknologi, dan politik. Ada pula pauperism (pengangguran, yatim piatu, buruh tak berketerampilan). Keempat ini saling berhubungan, bisa jadi hirarkis, dan intinya ada untuk mendisiplinkan pekerja.
RSP secara bersamaan merupakan ekspansi kolonial, norma konsumsi kapitalis, dan akumulasi primitif. RSP berfokus pada periferi dan negara Global Selatan. Monopoli mengubah kondisi produksi RSP. Sehingga platform yang penuh monopoli pun berdampak pada produksi RSP. Mendukung segmen RSP untuk memunculkan sirkuit baru yang tengah berkembang. Hasil analisis pentingnya, platform lean (platform kapitalisme secara umum) meningkatkan populasi stagnan. Kepemilikan aset menciptakan ruang untuk produksi nilai. Contoh: Uber, Gruhub, TaskRabbit.
Peningkatan RSP jenis stagnan berarti sangat lemah berhubungan dengan pasar kerja, tapi sepenuhnya rentan. Berjuang secara ekonomi untuk reproduksi dirinya sendiri. Sebab ekonomi rentan ini, mereka menerima kondisi dan terma kerja yang rendah, kontrak rentan dan harga mereka diefektifkan. Platform lean tidak menyasar latent (karena mereka punya alat produksi yang tak termanfaatkan maskimal), tidak pula floating karena cenderung bekerja lebih stabil.
Croce, Nicholas (2020) "Interrogating the Interaction between Relative Surplus Population and Forms of Economic Production: A Case Study on Platform Capitalism," International Social Science Review: Vol. 96: Iss. 1 , Article 2.
Selengkapnya: https://digitalcommons.northgeorgia.edu/issr/vol96/iss1/2
Foto: https://scholar.google.com/citations?user=BF9St2MAAAAJ&hl=en
Tidak ada komentar:
Posting Komentar