Kelamin punya kitab umpatan yang begitu tebal. Tebalnya sekitar sepuluh tank ditumpuk; ditambah 32480 kancing baju dijejerkan; ditambah empat ton pasir ketika dibariskan; ditambah sembilan tahun usia cahaya. Tebalnya lebih tebal dari jumlah manusia. Sebab satu manusia bisa mengumpat beberapa kali sehari, itu belum dikalikan umurnya dan dikalikan semua makhluk.
Begitupun Binatang yang menduduki hirarki kedua. Tebal kitabnya hanya dikurangi enam tahun cahaya dari kitab milik Kelamin.
Suatu hari, Kelamin dan Binatang bertemu merencanakan sesuatu.
"Ayo, kita memusnahkan diri kita saja; dengan begitu kita tak akan menjadi korban," usul Binatang.
"Kalau aku musnah, manusia tak bisa berkembang biak dan akan menjadi vegetarian."
"Sudahlah, mau tidak?! Aku sudah terlanjur tak punya harga diri. Untuk apa mempedulikan para pengumpat?!"
Tibalah dua kompi besar jamaah Kelamin dan Binatang. Mereka datang untuk melakukan hak demokrasi mereka yang dibungkam. Mereka datang bukan dalam bentuk Kelamin dan Binatang, tetapi dalam bentuk kata-kata jorok dan rendah. Kata-kata itu saling membawa poster yang juga berisi kata-kata. Dua kompi ini menyebut diri mereka: Barisan Patah Kata. Mereka ingin melakukan Revolusi Umpatan secepatnya.
"Bagaimana kalau kita pakai politik ala Pol Pot! Kita bunuh semua kata umpatan tanpa terkecuali," pekik kata bernama Kirik, yang otomatis jika itu dilaksanakan, ia tak luput dari sasaran penghabisan.
Asu pun menanggapi dengan gaya serupa senior pada junior, "menghancurkan kata atau menghancurkan materi?!" Asu sepertinya telah menguping obrolan Kelamin dan Binatang. Asu lumayan didengar suaranya karena profilnya begitu populer dan sering digunakan para pengumpat untuk mengumpat. Semua terdiam memikirkan.
Kompi Kelamin belum ada yang berani angkat bicara. Sejujurnya Binatang hanya bergantung pada Kelamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar