I.
Pas tidur siang itu (Minggu, 12/10/2025), aku mimpi Rony. Ini mimpi Rony kedua kalinya. Akhir-akhir ini aku memang sering mikir Rony, dan menghidupi dunia parasosialku. Di mimpi itu yang kuingat, aku seperti sedang menjenguk Rony yang sedang sakit berbaring. Tempatnya kecil, mirip seperti kosku. Kostum Rony mirip pakaian yang dikenakannya saat konser di Bali Sabtu malam (11/10/2025): kaos putih polosnya Uniqlo dan celana chinos hitam dengan disambung belt.
![]() |
| Rony Parulian konser di Bali |
Di mimpi itu juga ada sebuah moment, di mana salah satu sisi sepatu Rony dibawa oleh seekor anjing. Anjing tipe Hachiko, dengan wajah-wajah serupa itu. Aku mengejar anjing itu untuk balikin sepatu Rony. Tapi sepertinya tak kudapat, padal, kemarin juga rencananya aku mau beli sepatu warna putih di gerai Bata di Lokasari, Sawah Besar, Jakarta. Rony seolah seperti ngomong lagi, "Gak papa, Mbak. Gak papa," katanya sambil senyum penuh persahabatan. Lalu aku bangun.
II.
Baiklah, aku akan coba menginterpretasi mimpiku itu.
Ada beberapa lapisan simbolik yang perlu aku urai. Di sini, Rony bukan saja hanya sebagai figur publik, tapi juga semacam cermin. Pertama, dalam adegan aku menjenguk Rony di sebuah kos kecil, ini seperti tanda dari alam bawah sadarku jika aku peduli dengan Rony sebagai "manusia", yang bisa lelah dan sakit, bukan hanya sebatas dirinya yang sempurna di atas panggung. Kos yang kecil ini jadi simbol personal yang dekat, bukan ruang publik. Termasuk saat Rony yang tetap bernyanyi meskipun sakit, bisa kuartikan bahwa dia masih tetap berjuang untuk mengekspresikan diri meskipun sedang terluka. Bisa jadi, ini refleksi dari kelelahanku sendiri juga belakangan ini.
Kedua, konser yang hanya satu pentonton. Ini agak aneh, kayak, dari banyaknya fans, barangkali hanya sedikit dari mereka yang benar-benar melihat Rony dengan mendalam, tak sekadar dari permukaan. Ada keluarga juga yang memberi ruang, ini seolah aku diizinkan melihat sisi Rony yang rapuh dan nyata.
Ketiga, Rony yang menyambung ceritaku: Ini jadi semacam resonansi bahwa ternyata, tulisan yang kutulis selama ini sampai. Apa yang aku bagikan dari hati, entah ke dunia nyata atau simbolik, rasanya tidak pernah sia-sia. Aku senang energi ini tersampaikan.
Keempat, sepatu putih yang dibawa anjing: Sepatu barangkali bisa jadi simbol jalan hidup, langkah yang ditempuh, sementara warna putih itu kemurnian niat, jalan yang bersih, kesetiaan. Ketika aku mengejar dan aku tak berhasil, mungkin ini juga jadi peringatan ketika aku kehilangan kontrol sementara akan arah hidupku. Aku perlu melepaskan hal-hal yang sudah tidak relevan lagi dalam hidup, karena tidak semua hal harus aku genggam. Senang banget, dalam kondisi ini Rony bilang, "Gak papa, Mbak." Kek dia mau ngomong: tenanglah, semua akan baik-baik saja meskipun kau mengeliminasi banyak hal.
Kelima, dari mimpi ini memang rasanya aku tidak berjalan sendiri, meskipun kadang arah hidup rasanya hilang dan lelah. Setidaknya, aku ingin tetap menapai jalan yang bersih dan tulus (seperti pesan dalam lagu "Sepenuh Hati"), dan "terus berjuang" meskipun keadaan masih sakit, tak menentu. Aku benar-benar kagum sama Rony di mimpi itu, meskipun sakit masih bernyanyi.
Sulit dijelaskan, habis mimpi itu aku buka Instagram, nonton story-story konser Rony di Bali, lihat beberapa postingan WeR1. Seperti jembatan kecil antara dunia mimpi dan realitas yang aku jalani.
Akhir-akhir ini, aku juga sedang berefleksi, aku gak tahu apa yang membuatku agak disorientasi arah kadang dengan hidup. Terlebih aku ingin membuktikan, aku bukan kanak lagi, yang coba memperhatikan dinamika sosial dan dinamika publik. Aku kira, aku cukup dewasa untuk tidak menghadirkan spontanitas-spontanitas ala cegil, atau dalam bahasa sinis, cegil-cegil sok iye. But it's okay tho'. You are a human, that's okay to feel like that.
III.
![]() |
| Dog Dose Disco |
Mimpi siang itu seperti koinsiden dengan kejadian yang aku alami di malam harinya.
Berbagai acara absurd Jakarta, anjing aja dibuatkan ruang joget-joget, yang temanya "Dog Does Disco" di Taman Tribeca, Central Park, Minggu (12/10/2025). Tadi siang mimpi anjing bawa sepatu sebelah lagi, bener-bener dah. Tommorowland in local sense ini mah. Kesini mau nonton Barasuara aja sebenarnya, gak begitu ngeh temanya. Cukup keren mengamati dinamika di tenant-tenant sekitarnya, ada mbak-mbak berkerudung kerja di stand yang jual khusus pakaian anjing. Hebat betul bisa adaptable dengan lingkungan.
Malam itu, aku tak mencatat dengan detail lagu-lagu apa saja yang dinyanyikan oleh mereka. Aku hanya notice beberapa yang aku kenal dan aku suka aja, seperti: "Terbuang dalam Waktu", "Pancarona", "Manusia", "Etalase", "Hitam dan Biru", dan "Bahas Bahasa". Untuk yang lagu terakhir ini legend karena pernah jadi anthem pas masih berproses di pers mahasiswa Arena Jogja, banyak seniorku yang suka dengan lagu yang jadi andalan di album "Taifun" itu.
![]() |
| Asteriska Barasuara |
![]() |
| Gerald Situmorang |
![]() |
| Kusuma, Puti, dan Iga (Barasuara) |
Menurutku, yang paling aneh adalah ada pertautan seputar anjing di mimpi siang itu dan yang terjadi di malam hari. Soalnya ini aneh, habis mimpi itu, malamnya aku nonton Barasuara di acara Dog Does Disco. Ketemu banyak anjing. Kek random banget sama mimpi itu. Aku masih penasaran dengan simbolisasi anjing di sini maksudnya apa, setelah aku coba browsing dan mencari tahu lewat berbagai piranti internet, aku dapat jawaban kalau dalam bahasa psikolog Swiss, Carl Gustav Jung, kejadian ini disebut sebagai "sinkronitas" (synchronicity). Istilah untuk menamai suatu moment ketika peristiwa di luar diri kita tiba-tiba sejalan dengan isi bati (padahal tak ada hubungan logis). Sinkronitas ini tanda kalau psike individu sedang selaras dengan alam semetas. Alam bawah sadar sedang berkomunikasi dengan dunia nyata melalui simbol. Biasanya moment ini datang saat seseorang sedang lelah dan ingin menyusun makna baru.
Polanya gini, di mimpi itu, anjing muncul saat aku sedang mengejar sepatu putih; di dunia nyata, justru pas nonton Barasuara, aku berada di tengah banyak anjing di suatu konser yang penuh energi hidup, suara, dan cahaya. Ini bukan kebetulan biasa, tapi jadi momen ketika dunia luarku mencerminkan dunia dalamku. Dalam sinkronitas, ada tiga unsur utama: peristiwa batin, peristiwa luar, dan makna simbolik. Dalam kasusku, di konteks peristiwa batin, ada anjing yang membawa sepatu Rony, dan Rony bilang "Gak Papa, Mbak." Peristiwa luar, aku nonton konser Dog Does Disco. Makna simboliknya, anjing di sini sebagai penjaga halan hidup, kesetiaan, dan pesan bahwa tak apa kehilangan sejenak, nanti aku akan dapatkan kembali apa yang hilang itu di dunia nyata. Ya, mungkin begitu maknanya.
Di dalam mimpi itu, ada lapisan simbolik emosional bahwa aku seperti memikul beban dalam mengikuti jejak yang lain, anjing di mimpi itu datang untuk menjauhkanku sejenak dari beban imitasi yang mengganggu langkahku. Warna putih menandakan kemurnian, niat baik, dan idealisme. Barangkali, ada idealisme yang memang harus aku jaga agar aku tak kelelahan mencari ruang di luar diriku. Apalagi, jenis anjing itu adalah semacam Hachiko, yang terkenal dengan kesetiaan dan penantian yang tak berujung (ini mirip banget dengan lagu Rony, "Tak Ada Ujungnya").
Ya, entah bagaimana pun konteks dan interpretasinya, cita-citaku (sekali lagi), hanya ingin jadi kakak perempuan yang baik untuk Rony, entah di universe yang mana. Sehat-sehat ya Ron.
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)






Tidak ada komentar:
Posting Komentar