TAPI
Memulai lagi semuanya di sana
Kakak bilang siap-siap saja
Membatin, ku ingin semua batal juga
Bandung masih memelukku erat
Sementara ku masih ingin lewat Bubat
Mungkin untuk terakhir kalinya
Atau mungkin minggu depan ku pulang saja?
Tapi
Dunia boleh saja menahanku
Atau perlahan bongkar mimpiku
Dunia boleh saja menahanku
Kupunya doa ibu
Rupanya susah memang yang kucari
Tak bisa andalkan siapa-siapa lagi
Selain akal dan hati nurani
Selain sarapan porsi tukang gali
Tapi
Dunia boleh saja menahanku
Atau perlahan bongkar mimpiku
Dunia boleh saja melawanku
Kupunya doa ibu
AMALAN BAIK
Ada gila-gilanya kurasa
Harus gesit berkelit hadapi realita
Masih harus melangkah tentukan arah
Mungkin harus percepat jadi dewasa
Ayah tidak mengerti pekerjaanku
Ibu khawatirkan jalan yang kutempuh
Ku tak pernah berharap mereka pahami
Selama doa terkirim tanpa henti setiap hari
Buka telinga selebar-lebarnya
Baca buku apa pun yang kau suka
Isikan penuh hati dan kepala
Amalan baik yang kan jadi tenaga
Lebih takut gagal di Jakarta
Dibandingkan dengan ku takut masuk neraka
Dan makin kesini semakin sadari
Neraka itu adalah kota ini, kau tak sendiri
Buka telinga selebar-lebarnya
Baca buku apa pun yang kau suka
Isikan penuh hati dan kepala
Amalan baik yang kan jadi tenaga
Kumpulkan niat yang tulus dan mapan
Tak perlu harus ikut arus tuntutan
Tatapan lurus dan tanyakan hati
Raup semua nyali tarik nafas lagi
GEMILANG
Matahari timur yang kejam
Sengat melekat di bahuku
Perlukah
Menepi menyisi sebentar?
tapi ku wajib tepat waktu
Keluhan demi keluhan
Segera kugilas perlahan
Karena ini yang kumau
Berkah kepala yang batu
Semua yang ragukan atau tak percaya
Debu pagi kujelang
Tak terasa
Sebelas tahun t’lah berselang
Masih terasa di bahuku
Beban yang
Bercampur bangga t’lah kurengkuh
Semua berpihak kepadaku
Pasti doamu yang lancarkan upayaku
Mesti doa yang meluncur dari bibirmu
Dan yang kutahu kau takkan pernah berhenti
Tumbuhku kini semoga sesuai yang kau impi
Tertulis jelas namaku
Di setiap harap malammu
Tentang masa depan, tentang masa terang
Warisan akal budi gemilang
Pelan pasti ku kabulkan
S’gala catatan harapmu
Tentang masa depan, tentang masa terang
Kebul jalan kuterjang
PIKIRAN YANG MATANG
Dinding yang mulai berjamur
Setengah dua dan ku butuh tidur
Isi kepalaku tak lebih penuh
Dari Trans Jakarta kemarin subuh
Mulai hari ini saja
Berhenti menyaksikan polahmu
Tak apa jika semuanya terlewat
Tak pernah berdampak penting bagiku
Hei, aku tak perlu kenal dirimu
Atau membaca tulisanmu
Ku harap semua tetap begitu
Banyak yang butuhkan perhatianku dan
Hei, kau pernah sita semua waktuku
Dan tak kembalikan satu pun
Hidupmu biar kau yang tahu
Banyak yang butuhkan perhatianku
Hari ini tak lebih seru
Hari ini tak banyak terganggu
Hari ini oh biasa saja
Makin nyaman jauh dari drama
Hei, aku tak perlu kenal dirimu
Atau membaca tulisanmu
Ku harap semua tetap begitu
Banyak yang buthkan perhatianku dan
Hei, kau pernah sita semua waktuku
Dan tak kembalikan satu pun
Hidupmu biar kau yang tahu
Banyak yang butuhkan perhatianku
Di laut yang tenang
Dan pikiran yang matang
Dan semua umpatan yang ku redam
Kan ku tuai yang ku tanam
Di laut yang tenang
Pikiran yang matang
Dan semua umpatan yang ku redam
Kan ku tuai semua yang ku tanam
BIARKAN IA TUMBUH
Antrian panjang menuju Ratangga
Kurasa sebentar lagi hujan deras tiba
Angin yang lembab sial pakaianku
Terlalu tebal dan
Cuaca tak pernah bisa ditebak
Waktu dibuang dengan sengaja
Renjana terbang entah kemana
Masih enggan memulai semuanya
Dari awal harus ku umumkan
Ku perlu hadapi
Tak lagi terus mencari
Yang kerap alihkan perhatian
Seberapa candu ku ragu
Jika ada bara di hatimu
Biarkan ia tumbuh
Biarkan ia tumbuh
Jika ada bara di hatimu
Biarkan ia tumbuh
Biarkan ia tumbuh
Ku perlu hadapi
Tak lagi terus mencari
Yang kerap alihkan perhatian
Kiat tuk melupa tanggungan
Yang kerap memberatkanku
Sepertinya 2 ton di bahu
Sampai kini ku tak mau tahu
Seberapa mau ku maju
Seberapa jauh ku mampu
Seberapa mau ku maju
BERITA BURUK
Sembilan panggilan tak terjawab
Dan tumpukan tebal pesan singkat
Kubiarkan
Aku perlu sendiri
Kubiarkan
Aku mau sendiri
Entah siapa
Yang telah mengabarkan
Berita buruk ini ke seberang
Aku mengerti
Mereka hanya peduli
Aku mengerti
Mereka hanya peduli
Seluruh gagasan di tahun mendatang
Seketika runtuh
Seketika runtuh
Seluruh bayangan tentang masa depan
Seketika runtuh
Seketika runtuh
Atau mungkin
Ku butuh disegarkan
Aneka senyuman dan pelukan
Wajah-wajah familier
Juga yang memendam dendam
Seluruh upaya tabungan ibadah
Kurasa tak cukup
Kurasa tak cukup
Seluruh nasihat penenang yang standar
Kurasa tlah cukup
Kurasa tlah cukup
Apakah bisa
Kau buat ku lupa
Atau kah bisa
Kau ganti hidupku saja
Apakah bisa
Kau buat ku lupa
Atau kah bisa
Kau ganti hidupku saja
Kau ganti hidupku saja
Kau ganti hidupku saja
Kau ganti hidupku saja
Apakah bisa
Kau buat ku lupa
Atau kah bisa
Kau ganti hidupku saja
AKU ADA UNTUKMU
Harus berapa kali kucoba
Sampai nanti kau mau terima
Mungkin kau pura-pura tak dengar
Atau ingin sendiri sebentar
Sambil gusar menunggu
Kususun di kepalaku
Rangkaian kata santun
Apa pun yang tenangkanmu
Aku ada untukmu
Boleh saja kalau kau ragu
Aku ada untukmu
Walau mungkin tak selalu
Rentetan cerita lama kita
Bukti kebodohan yang sempurna
Aneka upaya kabur sekolah
Seleksi olimpiade fisika yang payah
Menghafal nama semua ayah teman sekelas
Bambang
Agus
Yusuf
Heri
Dedi
Dan Ikhlas
Au
Aku ada untukmu
Boleh saja kau kau ragu
Aku ada untukmu
Bersama nyanyikan
Lagu-lagu The Adams
Jangan “Konservatif” ujarmu padaku keras
Hanya kau yang bisa
Buat semuanya seru
Kuhafal betul kelakuanmu seperti kartun minggu
Au
Aku ada untukmu
Aku ada untukmu
(Harus berapa kali sampai nanti kau mau terima)
Aku ada untukmu
(Haru berapa kali sampai nanti kau mau terima)
Walau mungkin tak selalu
BERHASIL
Bagaimana rasanya sejauh ini hidup denganku?
Apa ada yang berubah?
Mungkin perangaiku
Atau tengilku
Kurasa satu yang paling signifikan
Tentu, perihal kau berhasil
Buatku menjauh dari nihil
Dan betapa lebarnya
Pintu-pintu yang terbuka
Sejak namamu ada di cindin
Ingatkah sebelumnya?
Kita menggambar mimpi yang baru
Tentang sendiri bersama
Berkawan dengan mautnya dunia
Kurasa bagiku kau yang tegarkanku
Kutahu
Perihal betapa kau berhasil
Asah naluriku tuk tak lagi kerdil
Dan betapa lebarnya
Pintu-pintu yang terbuka
Sejak harapmu terpatri di batin
Betapa kau berhasil
ABU
Resah batin terbiaskan
Terbiaskan, terbiarkan
Tak terbaca
Kau melupannya
Masih sama seperti lalu
Bisu itu menyulut tabahku
Bahkan genting menguap pelan
Tibalah tanya
Tibalah tanya
Aku t’lah jadi abu
T’lah jadi abu
T’lah jadi abu
Aku t’laj jadi abu
T’lah jadi abu
T’lah jadi abu
T’lah jadi abu










Tidak ada komentar:
Posting Komentar