Entah sejak kapan aku suka dengan bahasan soal marjinalisasi dengan semua variannya (di antara konsep-konssp dan isu-isu yang lebih cutting edge, edge-nya digunting, wkwk). Mau di politik, ekonomi, sosial, budaya, semacam jadi tema-tema pinggir jurang yang gak banyak orang mau repot dan cawe-cawe. Para pegiatnya kupikir dalam berbagai sisi juga sudah siap kalah. Tapi bukan itu intinya, jika ada ungkapan di atas langit masih ada langit, aku punya imajinasi lain, di bawah tanah masih ada tanah. Ada pihak-pihak yang ingin dilihat sangat tinggi, di sisi lain, ada pihak-pihak yang emang gak pengen dilihat sama sekali (memendam dan sangat kokoh seperti akar). Absurd memang, seabsurd buku dengan nama penulis "Tanpo Aran". Yang tak bernama, mustahil ditaklukkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar