Niat utama: Lillahita'ala. Lainnya akan mengikuti.
Kamis, 30 Oktober 2025
Selasa, 28 Oktober 2025
Kabar dari Cibubur: Catatan Konser Rony Parulian
Judul ini terinspirasi dari cerpen Pramoedya Ananta Toer di buku Cerita-Cerita dari Jakarta. Salah satu cerpen di dalam buku itu adalah Kabar dari Kebayoran. Berkisah tentang Aminah yang telah kehilangan segenap kemanusiaannya di masa pasca-kemerdekaan. Ketika dia memutuskan untuk meninggalkan suaminya Saleh, ikut pria lain bernama Diman ke Jakarta Pusat; setelah Saleh menjual tanah dan rumah sumber penghidupan mereka. Saleh melakukan hal tersebut karena jika tidak dijual, pemerintah akan menyitanya.
Di Jakarta Pusat, hidup Aminah tak lebih baik. Dia jadi tunawisma, gelandangan, dan perempuan tunasusila. Dia menawarkan komoditas tubuhnya bahkan pada harga serendah-rendahnya untuk bisa makan. Suatu hari dia ketemu adiknya Khatijah yang berpenghidupan lebih baik, hendak ke Pasar Baru. Keluarga Aminah masih tinggal di Kebayoran, dia rindu. Pas ketemu adik, dia kaget mendengar kabar kalau adiknya hendak menikah dengan suaminya, Saleh. Adiknya sendiri jijik melihat Aminah, hidup Aminah berada di kondisi paling dasar hidup. Tak ada cahaya, tak ada harapan, selain kesedihan. Kakek Pramoedya keren sekali menulis ironi hidup seperti ini.
Ya, seperti itulah, judulnya bagus, maka aku adaptasi untuk menulis cerita konser Rony Parulian ini. Konser itu bertajuk "Music Corner Cibubur" yang digelar di Main Atrium Ciputra Cibubur, Kota Bekasi, Jawa Barat. Saat itu hari Minggu, 26 Oktober 2025. Aku menyimpan jadwal Rony sebulan manggung di Jakarta, yang jadwalnya padat hampir setiap hari--bahkan di waktu tertentu, semisal kucatat tanggal 8 November mendatang, sehari bisa dua konser. Minggu itu, pas bangun, aku sedih karena piket kerja di hari Minggu, dengan tiba-tiba jadwal keluar. Aku tugas liputan Wamendagri Bima Arya di Kantor BPSDM Pancoran, Jakarta Selatan jam 4 sore. Padahal, di jam yang sama, aku ada acara Kampung Stories, Festival Kampung Muka, di Pademangan. Tour kampung kota yang diadakan oleh anak-anak Karangtaruna Ancol, dan Antropologi Bumi. Usai dapat kabar liputan, aku langsung hubungi panitia, minta maaf gak bisa datang, dan mendoakan semoga acaranya sukses.Sebelum liputan, aku udah planning, paling gak kerangka beritanya udah jadi 20 persen, nanti sampai sana tinggal masuk-masukin bahan. Prosesnya kayak orang masak, kita udah siapin sebagian bahan dan alat-alat sebelumnya, nanti bahan tinggal diolah, dan disajikan. Sesuai rencanaku, aku cukup amazed karena jadwalku berjalan dengan sangat lancar dan rapi. Bahkan aku bisa melakukan solat Ashar dan Magrib tepat waktu, karena aku punya kecenderungan untuk (mohon maaf Ya Allah) meninggalkan solat kalau ada acara yang melibatkan mobilisasi cukup tinggi. Aku merasa, dari satu kegiatan ke kegiatan kayak dimudahkan. Di sini aku mengambil pelajaran: Kalau kamu tenang dan menerima, Tuhan akan memudahkan. Jadi ingat lirik lagu ciptaan Rony yang dinyanyikan Judika, "Tenang".Perjalanan dimulai dari kos ke Stasiun Juanda pakai transportasi Gojek. Lalu naik KRL menuju Stasiun Duren Kalibata, dari stasiun jalan 800 meter ke Kantor BPSDM. Waktu itu liputan Bima Arya yang memberi arahan ke Sekolah Pimpinan Korps HMI Wati (Kohati). Hal penting yang bisa kubagikan, Bima cerita terkait buku The Great Wave: The Era of Radical Disruption and the Rise of the Outsider karya jurnalis pemenang Pulitzer, Michiko Kakutani. Inti buku ini, dunia sudah berubah drastis di segala bidang, dari politik, ekonomi, budaya, hingga hiburan. Para outsider bisa datang tanpa pemberitahuan sebelumnya yang meluluhlantakan sistem mapan yang udah dibangun bertahun-tahun. Semacam fenomena Presiden AS Donald Trump dan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Trump ini pengusaha, Zelensky ini komedian (macam Eko Patrio-nya Indonesia gitu), keduanya gak pernah menjalani karier sebagai birokrat, walikota, kepala daerah, Sekda, atau kepala dinas, tiba-tiba bisa menang di Pemilu. Ini semacam disrupsi bagi tradisi perpolitikan AS yang udah dibangun sejak lama.
Di bidang hiburan, Spotify dan Netflix udah gak didominasi oleh musisi US dan UK, muncul outsider dari Asia. Lagu-lagu dari Korea Selatan, Puerto Riko, sampai Afrika kini bisa kita dengarkan. Belum lagi pas demo 17+8 lalu, mereka yang tampil bukan lagi para aktivis yang ikut gerakan Cipayung, PMII, HMI, atau FPPI; mereka para influencer! dengan banyak pengikut dan punya tabungan kekritisan yang cukup, yang justru ditemui DPR! Tentu kamu masih ingat bagaimana Afutami, Abigail Limuria, Andovi, dll, tampil. Sebenarnya fenomena ousider ini mengingatkanku dengan gerakan rimpang yang santer di ranah gerakan. Memang dia fragmented, bebas, fleksibel, dan karena itu, gerakan ini jadi lemah dan secara keberlanjutan masih dipertanyakan.Kembali ke Rony, berkat dia, aku jadi tahu Cibubur, haha. Pengalaman baru lain, aku naik kereta Lintas Raya Terpadu (LRT) pertama kali dari Stasiun Cikoko ke Stasiun Harjamukti. Menurutku ini menarik sekali, aku juga bisa ke Bandara lewat LRT dengan biaya yang lebih ekonomis. Pas sampai ke fasad Mal, poster Rony yang potongannya sekilas mirip Charlie ST 12 itu (wkwk, canda Ron), udah berjejer-jejer di sepanjang gerbang mal.
Aku sampai di Mal Ciputra Cibubur tepat waktu, pukul 18.55 WIB. Mal sudah sangat ramai, penonton berjibun dari lantai dasar ke sampai dua lantai di atasnya. Lautan manusia nunggu Rony, ini juga bersamaan dengan peringatan Halloween gitu, meski agak aneh budaya Amerika itu sampai di Indonesia. Ini pengalaman kesembilanku nonton Rony, sudah tidak berambisi lagi untuk dapat tempat yang oke buat nonton mengingat itu tidak memungkinkan. Aku ambil posisi mayan jauh dari panggung utama, dekat sama gerai Starbuck yang mendekati pintu masuk lobi. Rony susah dilihatnya dari sana, haha. Tujuanku cuma buat enjoy the concert aja, jadi WeR1 yang baik, dan tetap sepenuh hati dukung Rony.Oh iya, yang radha membuatku dikit kecewa mungkin karena konser ini molor sampai satu jam dari yang ditulis di run down pukul 19.00 WIB. Entah apa alasannya, tapi penonton seperti nunggu lama, sambil mengikuti permainan dari MC yang mengulur waktu. Dari pemenang kuis sampai nyanyi-nyanyi. Aku sempat ngeh, karena penonton di depanku seorang anak perempuan coming of age berambut panjang yang ditemani ibunya nonton bareng. Dia berulang kali nunjukin jam hape ke ibunya. Konser baru dimulai pukul 20.03 WIB. Teriakan satu mal menyambut Rony. Ada yang bawa poster gede banget buat ditandatangani Rony. Niat banget itu yang bawa. Kalau kuperhatikan, panggung di Mal Ciputra Cibubur ini menjadi panggung paling kecil dan seuprit yang didatangi Rony sejauh ini, tapi gak mempengaruhi keaktifan Rony dan Ron The Room. Malam itu, aku mencatat, Rony menyanyikan 11 lagu:
- Butuh Waktu
- Dengarlah Cinta
- Mengapa
- Angin Rindu (Rony bilang lagu ini untuk para perantau, yang jauh dengan kekasih, dan menjalani LDR.)
- Salahi Aku
- Tak Ada yang Sepertimu
- Satu Alasan. (Setelah nyanyi lagu ini, Rony bilang, "Saya itu bisa nyanyi karena papa.")
- Tetap Bukan Kamu (featuring WeR1)
- Sepenuh Hati
- Tak Ada Ujungnya
- Pesona Sederhana ("Lagu ini untuk wanita-wanita yang punya pesona luar biasa," kata Rony)
Inilah kabar dari Cibubur versiku. Aku juga sempat refleksi gini pas sampai kos, terkait perbedaan yang menunggu vs yang ditunggu; star vs audience; apa sih yang membedakan? Kupikir juga karena karya, karakter, dan mindset. Entahlah, aku selalu seneng Rony bisa jadi dirinya sendiri dengan semua style-nya. Keep growing ya Ron. I lof you as always.
Ditulis di Jakarta, Oktober, 2025
Sabtu, 25 Oktober 2025
Catatan Konser Malam 100 Cinta 2025: Erwin Gutawa Orchestra
Hari ini aku menghadiri konser "Malam 100 Cinta" yang digelar oleh Smartfren di JIEXPO Convention Centre and Theatre, Sabtu, 25 Oktober 2025. Pertunjukkan ini dipandu oleh Erwin Gutawa Orchestra. Konser ini 100 persen untuk Indonesia dengan dress code batik. Aku datang dengan transportasi motor, berangkat sekitar pukul 16.00 WIB karena acaranya jam 17.00 WIB. Aku parkir motor di Jiexpo 6A, aku biasa parkir di sini ketika beberapa kali datang ke Art Jakarta.
Niat utama, tentu, mau nonton Rony Parulian. Ini pengalaman kedelapan aku nonton konser Rony secara langsung. Aku juga mau nonton Tulus, yang quote dia pernah aku jadikan kata-kata mutiara di skripsi, terkait seni merasa cukup. Pas tinggal di Semarang, aku juga sempat pengen nonton konsernya. Namun saat itu situasi dan kondisi, terlebih ekonomi belum mendukung, dan baru kali ini saat di Jakarta ada kesempatan. Rasanya senang. Bener kata Rony, Tuhan tahu waktu yang tepat di tempat yang tepat. Gara-gara Rony, aku punya kesempatan datang konser kemana-mana, wkwk. Sabtu ini nonton Malam 100 Cinta. Konser ini instrumen musiknya dimainkan oleh Erwin Gutawa Orchestra. Untuk penyanyinya, selain Rony, ada Tulus, Lyodra, King Nassar, Swain Mahisa, Yura Yunita, dan kek random banget ada Andre Hehanussa yang nyanyiin lagu "Kuta Bali".
Berhubungan dengan konser Malam 100 Cinta, ada hal yang menurutku menarik. Pas aku ada liputan kerja di Bali, di tulisan ini "Dewan Perwakilan Rony Parulian", aku sempat nulis random:
"Ron... aku akan ajak kamu dengerin lagu "Kuta Bali"-nya Andre Hehanussa--agak nggak nyambung, tapi gak papa, mungkin suatu waktu kamu akan buat lagu tentang Sanur."
Aku nulis ini tanggal 11 Agustus 2025 lalu, dan di tanggal sekarang, 25 Oktober 2025, tiba-tiba dari arah yang gak kusangka-sangka, Rony Parulian bisa satu konser dengan Andre Hehanussa. Sempat nulis juga, Rony, kalau aku punya kesempatan 30-60 menit ngobrol sama kamu. Aku akan ajak jalan-jalan di Pantai Sanur sambil nyanyi lagunya Andre, terus nge-ice cream di Massimo. Eh, akhir Oktober kejadian, Rony dan Andre Hehanussa sekonser. Serandom itu kadang hidup. Aku masih suka Bali. Kata kawanku Bagus, energi spiritual Bali itu baik, karena masih banyak ritual keagamaan yang masih dijaga kuat di sana.
Selain spiritualitas juga kenangannya, terutama Massimo Sanur. Dia Italian restaurant, tapi lebih terkenal ice cream-nya. Kalau malam, ramai, tapi yang paling kusuka, banyak orang yang setelah beli pada duduk-duduk di depannya, mau lokal, mau bule. Menurutku, itu salah satu momen yang bikin rindu. Bisa jalan-jalan sendiri, sambil ngeliat jalanan dan orang-orang lewat. Harganya cukup terjangkau dan banyak banget pilihan rasa. Di Jalan Veteran Jakarta dekat kantor, juga ada tempat makan ice cream legendaris, namanya "Ragusa Es Italia". Kalau Massimo berdiri 1996, Ragusa lebih tua, 1932.Dalam psikoanalisis, ini kayak fenomena singkronitas Jungian-ku yang lain. Tiba-tiba aja, hal random yang pernah kuucapkan, tahu-tahu berhubungan dan terjadi dengan peristiwa yang kualami sekarang. Di konser ini, aku cuma ingin menikmatinya saja. Aku tak ingin punya pretensi apa pun kecuali kemurnian motif.
***
Aku memarkir motor di dekat Masjid At-Taqwa, tak jauh dari gerbang 6A. Awalnya bingung tempatnya di mana, kemudian cari jalan sendiri, karena di sekitar itu juga ada pembangunan infrastruktur. Setelah cari jalan, ketemu juga. Bangunannya macam ada di sebuah mall gitu. Di sana udah banyak orang datang, peserta diberi kesempatan buat foto studio gratis gitu. Jadi, ini Jiexpo Theater ada tiga tingkat, di dasar, tengah, atas. Setelah tukar tiket dengan gelang, aku dapat nomor B12 di lantai atas, tipenya Silver. Ini tiket paling ekonomis memang, hihi. Di setiap lantai ada jasa foto studio, di bawah paling ramai, tapi semakin atas makin sepi, aku jadi punya kesempatan foto studio lebih cepat. Hidup gitu juga kali ya, kalau di bawah sepi, kita bisa usaha dikit buat ke atas. Kita hanya ignorance aja sama apa yang terjadi dalam hidup kadang. Untuk melihat kesempatan yang lebih terbuka, lebih luas.Sesampainya di lantai atas, pas mau masuk ke kursi penonton, ternyata gate baru dibuka pukul 18.00 WIB. Aku bersama penonton yang lain kemudian duduk lesehan menunggu. Menunggu satu jam di depan. Seharusnya aku bisa solat Magrib dulu, tapi kamu tahu kek malas gitu di situasi seperti itu buat ibadah. Pas udah masuk jam enam, masih menunggu hampir 1,5 jam lagi di dalam, karena kuperhatikan, acara benar-benar dimulai pukul 19.25 WIB. Ada pembukaan dari MC, kemudian para artis satu per satu muncul. Konser ini sekitar dua jam. Awal-awal aku merasa sepi, tapi menuju jam 7 malam, sudah penuh orang. Dan inilah urutan para penampilnya:Pada sesi pembukaan, ada tarian tradisional dari berbagai budaya di Indonesia. Ada musik pembuka yang megah khas orchestra oleh Erwin Gutawa and friends. Lagu yang dinyanyikan seperti "Tanah Airku" yang dinyanyikan secara koor (dengan paduan suara). Kemudian dibuka oleh Lyodra yang hadir dari tengah-tengah penonton. Lyli menyanyikan lagu "Gemintang Hatiku" yang dipopulerkan oleh Tiara Andini, dan lagu "Pesan Terakhir", lagu dari Lyodra sendiri. Kemudian penampilan yang paling kutunggu lainnya, penampilan Om Andre Hehanussa dengan "Kuta Bali"-nya. Beliau muncul dari panggung sebelah kanan. Panggung itu secara tata letak mirip koma besar gitu. Mendegarkan ulang rekamannya, rasanya aku ingin menangis. Aku sing along, tapi salah lirik, harusnya Kuta Bali malah Kota Bali, wkwk. Om Andre usianya sekarang 61 tahun, memang beda ketika dia masih muda, atau pas masih ada di video klip "Kuta Bali". Orkestranya luar biasa sih, Om Andre nyanyi dengan versi yang tenang. Kemudian lagu kedua yang dinyanyikan, "Karena Ku Tahu Engkau Begitu" (KKTEB). Berikutnya, ada sesi menyanyi bareng Erwin Gutawa Orchestra dengan penonton yang menyanyikan lagu Sheila on 7 berjudul "Dan". Megah, emang beda standar orkestra dengan iringan band biasa. Disusul penampilan dari Swain Mahisa yang juga membawakan lagu Sheila on 7 berjudul, "Seberapa Pantas". Jujur, aku baru kenal nama Swain pertama kali di konser ini. Baca profilnya sekilas, dia anak muda yang berbakat.Nah, ini yang paling kutunggu-tunggu, Rony!!! Kaget pas dia muncul, gak dari belakang atau samping, nggak kayak artis lainnya, tapi dari atas: Rony nyanyi sambil terbang. Dia melayang-layang menyanyikan lagu "Mengejar Matahari", smooth banget. Rony kayak gak ada keder, gemetar, dan takutnya. Istimewanya, suara Rony masih stabil Ya Allah. Keren banget Rony sumpah. Aku merasa speechless mendeskripsikan bagian ini. Gak tahu, tiba-tiba semua kata ilang aja, cuma pengen dengerin aja."Tetes air mata
Mengalir di sela derai tawa
Selamanya kita
Tak akan berhenti mengejar matahari"
"Hari ini saya bisa melihat energi antusias Bapak-Ibu semua yang sudah hadir, pada cantik-cantik dan ganteng-ganteng banget malam hari ini. Kita benar-benar sangat-sangat Nusantara, Indonesia, ya. Semua dress code-nya cantik, rapi-rapi, dan pastinya di Malam 100 Cinta ini kita bersenang-senang juga pastinya lewat lagu, tapi juga sambil merayakan (budaya Indonesi)."
Persembahan spesial kedua dari Rony dan Lyli, mereka berdua menyanyikan lagu Batak. Mengingat keduanya punya latar belakang Batak: Nainggolan dan Ginting. Lagu Batak yang mereka nyanyikan, "Nasonang do Hita Nadua" ciptaan komposer Batak, Nahum Situmorang. Lagu ini berarti berdua kita bahagia. Kira-kira begini lirik dan artinya:Nasonang do Hita nadua
Saleleng au rap do hot ho
Nang rodi nasari mattua
Sai tong ingoton hu do ho
Hupeop sude denggan ni basam
Huboto tu au do roham
Nasonang do hita nadua
Saleleng au rap dohot ho
Senangnya kita berdua
Selama aku bersamamu
Bahkan sampai tua
Akan selalu aku ingat kau
Semua kebaikanmu, aku simpan dalam hati
Aku tahu hatimu untukku
Senangnya kita berdua
Selama aku bersamamu
Lagu khas daerah lain, yang menggunakan lirik bahasa daerah, juga dinyanyikan oleh Om Andre Hehanussa yang menyanyikan lagu (CMIIW), "Rame-Rame (Amboina)" dengan bahasa Ambon. Lagu ini pernah dipopulerkan oleh Glenn Fredly dan Utha Likumahuwa. Juga lagu "Tabola-Bale" yang dinyanyikan bersama-sama oleh Om Andre, Swain, Lyly, dan Rony.
Atmosfer berpindah. Beda lagi sama King Nassar. Kalau kamu udah terlalu stressnya sama hidup, mending nonton King Nassar, aksi panggungnya bisa kasi obat beyond psikiater. Dan kurasa cuma dia yang bawa Perahu Nabi Nuh ke panggung, wkwk. Keren banget ini penata panggungnya. Penampilan beliau paling membuat "gerrr" penonton. Nassar nyapa, "Nungguin ya?" wkwk. Entahlah, panggung jadi kian ramai dan sangat meriah. Nassar membuka pertunjukannya dengan lagu "Laksamana Raja di Laut". Oppa Nasar kemudian melanjutkan lagu keduanya "Seperti Mati Lampu", dan lagu ketiga "Penasaran". Erwin Gutawa Orchestra juga enjoy banget pas sesi dangdutan ini. Apalagi pas lirik, "Sungguh mati aku jadi penasaran / Sampai mati pun akan ku perjuangkan...." Kostum Nassar juga cetar berwarna biru, mirip sultan-sultan Melayu. Lighting show ini juga bagus banget, pas Nassar kelihatan keemas-emasan gitu, cantik.Usai Nassar, Yura Yunita datang dengan aksi panggung yang menarik. Dia datang dengan menggunakan becak! Ini menyita perhatianku banget isu tentang becak ini, apalagi kamu tahu becak sudah tak diperbolehkan di Jakarta. Isu ini ditulis baik oleh Yosh Azuma dalam buku "Abang Becak: Sekejam-kejamnya Ibu Tiri Masih Lebih Kejam Ibukota". Becak itu warna pink, dan Yura menyanyikan lagu yang menjadi favoritku, "Bandung"! Liriknya memang berbahasa Sunda, tapi ini satu-satunya lagu Yura yang paling aku suka. Aku pernah punya kenangan personal terkait lagu ini ketika main ke Bandung.Nu dijungjung
Dipiluhung
Lembur tempatna indung ngakandung
Salira teh Bandung
Ningnang nineung rerendengan
Cumarita pacantel rasa
Huhujanan Paduduaan
Duh urang micinta
Yura kemudian menyanyikan lagu miliknya: "Dunia Tipu-Tipu", "Tutur Batin", dan "Harus Bahagia". Yura malam itu mengenakan kostum warna indigo yang cantik, sangat luwes sekali ketika menari-nari dengan penari latar juga.
Penampilan pamungkas datang dari Tulus. Dia datang menyanyikan lagu, "Tujuh Belas", "Jatuh Suka", "Jangan Cintai Aku Apa Adanya", serta "Hati-Hati di Jalan". Lagu "Titi DJ" terakhir ini seingatku Tulus duet sama Yura. Konser ditutup dengan menyanyikan lagu "Manusia Kuat" oleh all artist. Acara selesai, gerai kelambu merah menutup konser.
Saat hariku tak sempurna
Kau ada oh tuk satu pelukan yang tak menuntut
Satu alasan"
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)

.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)





.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)

.jpeg)
.jpeg)


