Senin, 09 September 2024

Catatan Film #19: Kaka Boss (2024)

Film Kaka Boss

Mengisi weekend kemarin, saya nonton film "Kaka Boss" di XXI Kota Kasablanka. Saya memilih film ini setelah mengeliminasi sekitar 6 film lain yang saya tak ada ketertarikan menontonnya. Setelah baca semua sinopsis (horor dan Barat yang lebai tentu saya skip), kurasa ini film yang paling mending secara materi. 

Nonton film Kaka Boss yang disutradarai oleh Arie Kriting ini di XXI Kota Kasablanka (Kokas) dengan tiket seharga Rp75 ribu. Ini pertama kalinya aku ke Kokas dan mall-nya sangat luas, berbagai produk kelas menengah atas tersedia, tinggal berapa uang lu punya, karena di sini konsumsi di mana-mana, dan pas weekend sungguh ramai sangat. Ini kayaknya mall teramai di Jakarta dari semua mall yang pernah kukunjungi. Nah, untuk studio nontonnya sendiri, dengan harga 75 ribu, secara audio dan tempat, fasilitas memang sangat bagus dan baik. Aku mengamati jika audio XXI ini lebih merata, lalu kursinya itu nomornya mudah dicari karena ada di sisi kiri atas kursi, sekali duduk itu bisa langsung nyender. 

Lanjut ke isi film (spoiler alert), diawali dengan kasus pertengkaran dua grup dance di sebuah bar, yang grup ini dari nada suaranya berasal dari Indonesia bagian Timur (Papua juga Maluku dan kawan-kawannya). Secara fisik juga terlihat, terkait warna kulit, bentuk rahang dan wajah, style rambut, dlsb. Dua grup ini saling bertengkar, salah satunya dibantu Kaka Boss, seorang kaya raya dari hasil kerja keras. Dia mendirikan perusahaan security profesional untuk membantu kliennya di berbagai kebutuhan, dari penagihan debt collector, mengamankan wilayah tertentu, hingga melindungi artis dari gangguan wartawan.

Nah, inti yang dikatakan film ini dari yang kutangkap adalah soal keluarga: bagaimana seorang ayah bisa berarti dan selalu hadir untuk anaknya. Jadi, si Ferdinand Omakare (Godfred Orindeod) atau yang dipanggil Kaka Boss ini dulunya pernah dipenjara karena membantu bosnya di sebuah kasus, ada di adegan tembak-tembakan polisi. Ketika di penjara, istrinya Martha (Putri Nere), dia hamil anak pertama ketika Ferdinand ada di penjara. Teman-teman baik Ferdinand seperti Reggae (Mamat Alkatiri), Gafur (Abdur Arsyad), Billy (Reinold Lawalata) sering kasih kabar ke Kaka Boss terkait istri dan anaknya. Hingga suatu hari, putri pertama mereka Angel (Glory Hillary) lahir, Kaka Boss sangat senang.

Sangking sayangnya Kaka Boss sama Angel, dia selalu ingin hadir di setiap moment penting anaknya. Bahkan sesederhana selalu mengantar Angel ke sekolah setiap hari apa pun kondisi Kakak Boss, mau dia sakit, meriang, gak enak badan, Angel adalah titik loyalitasnya. Hingga suatu hari, ada ajang charity kampus yang menghadirkan orangtua. Angel ingin mengajak ibunya tapi katanya gak bisa (meski di akhir film si ibu datang juga). Kaka Boss ngotot buat hadir menggantikan istrinya tapi Angel menolak. Angel teringat dengan pengalaman di masa lalu, ketika Kaka Boss datang ke kelas dan mempraktikkan gimana cara nagih utang. Semua orang dan temannya ketakutan, sampai ada yang ngompol di kelas. Sejak itu, sebutan ayah preman lekat di diri Kaka Boss dan membuat Angel malu.

Betapa sedih dan patah hatinya Kaka Boss mendengar pengakuan Angel dia malu punya ayah preman. Padahal semua kerja dan usaha yang dia bangun adalah demi anaknya terutama. Melihat suaminya sedih, Martha memberi ide ke Kaka Boss untuk berganti profesi preman menjadi profesi yang belum pernah dicapainya ketika dia kecil. Kaka Boss bingung cita-cita apa itu gerangan? Nah, ketika di ruang kerja, dia dengar lagunya Glenn Fredly yang judulnya "Akhir Cerita Cinta" yang menyayat-nyayat itu. Lalu muncul ide gilanya untuk menjadi penyanyi. Dulu Kaka Boss juga pernah jadi penyanyi gereja menggantikan temannya yang ditabrak karena permintaannya sehingga Kaka Boss bisa gantiin, wkwk.

Petakaku pun terjadi pada produser studio rekaman si Alan (Ernest Prakarsa), dan para pegawainya Nowela (Nowela Elizabeth Auparay), Teddy (Teddy Adhitya), hingga Teguh (Ge Pamungkas). Kaka Boss datang ke mereka dan mencoba teknik vokalnya yang kata sebagian besar suaranya busuk tak tertolong, gak ada sopan-sopannya sama sekali masuk telinga, tapi karena takut, mereka bilang suara Kaka Boss itu "amazing" dan "mukjizat Tuhan" (aduh ngakak bagian ini). Ketakutan pada seseorang memang bisa mengalahkan kebenaran itu sendiri. Akhirnya sandiwara itu berlarut-larut. Drama pembuatan single dan album lagu itu terjadi.

Angel pun di satu sisi juga malu dan sedih, apalagi tersebar di TikTok berita terkait ayahnya dengan informasi yang sepotong-potong. Dia ingin buktikan kalau ayahnya hebat. Sampai bangkai yang ditutupi itu pun cepat lambat kebongkar, lewat orang yang disewa menggantikan vokal Kaka Boss yang tak tertolong. Tokoh ini namanya Ajit (Kristo Immanuel), yang juga bisa niruin suara Jokowi. Kaka Boss pun sangat sedih, kata "amazing" menimbulkan trauma baginya. semua seolah telah menipunya, dari sahabat dekat, Alan dkk, hingga yang paling membuatnya terpukul, si Angel juga membohonginya. Kaka Boss sangat-sangat sedih, tapi solusi selalu ada. Alan punya ide, sebenarnya Kaka Boss dkk lebih baik di dance daripada nyanyi. Akhirnya, dibantu dengan trio Nowella, pertunjukkan nyanyi itu jadi sebuah pertunjukan nyanyi dan dance. Seru banget sih akhirnya, apalagi ditampilkan setelah Angel baca puisi terkait ayahnya. Mereka sama-sama bahagia dan happy ending gitu.

Banyak perasaan aku rasakan ketika nonton film ini, paling banyak adalah tertawa. Ini benar-benar hiburan, bisa ketawa sampai nangis, tapi juga ada moment yang aku nangis beneran ketika si Martha cerita terkait loyalitas Kaka Boss ke Angel. Aku jadi sadar, meski seribuan orang memuji, kalau orang terdekat seperti anak tidak memuji, pujian di luar itu tak ada apa-apanya. Pengakuan dari anak itu sangat berarti sekali bagi si ayah. Tema yang cerdas menurutku, segala spektrum rasa bisa kamu rasakan. Ini filmnya Ernest dan kawan-kawan yang bagiku matang. Jujur aku lebih suka materi film ini daripada film "Agak Laen". Banyak hal yang kurasa personal. Bahkan hal personal juga ditampilkan Arie Kriting di sini, soal artis Indah (yang juga istri Arie sendiri), saat diwawancarai wartawan soal ibunya yang juga ikut memperpanas isu rumah tangga mereka. Namun aku cukup salut dengan statement Ge Pamungkas di IG-nya soal Arie Kriting:

"Untuk orang yang mengenal @arie_kriting , pasti tahu kalau karya yang dia buat selalu berasal dari hatinya. Baik standup, maupun film. Film pertamanya Pelukis Hantu tidak sempat bertemu dengan penonton secara langsung karena covid, Alhamdulillah Kaka Boss mendapatkan premiere dan apresiasi hangat dari para penontonnya. Senang melihat perjalanannya Arie, dan bangga rasanya bisa menjadi rekan sekaligus keluarga tak-sedarah yang melihat dari dekat proses perjalanannya. Terimakasih sudah membuat film yang begitu menghibur, Rie. Terimakasih, sudah bercerita." (@gepamungkas)

(Tapi yang aneh dan brengsek, ini si Arie di IG diserang para buzzerRP, coba lihat poster Kaka Boss di sini, seolah-olah kritiknya Arie Kriting lewat seni ini dianggap melawan Jokowi, terus dikaitkan demo di DPR, bodoh akut nian ini buzzerRP, kerjaannya bikin orang darah tinggi aja)

Sisi menarik lain, kita akan dibuat lebih paham dengan budaya orang-orang Timur atau daerah Papua dkk beserta dengan karakter dan candaan mereka, yang hanya bisa dimengerti oleh kaum mereka sendiri. Semisal orang Timur yang katanya sumbu pendek, cepat emosi, suka baku hantam, tapi digambarkan juga mereka setia kawan, kalau salah ya mengaku salah, tak mau dianggap tak bisa, tekad mereka juga tinggi. Orang-orang Timur ini digambarkan secara multidimensional, dan yang paling penting adalah memberi konteks: mengapa mereka berkelahi, mengapa mereka bicara keras, mengapa mereka begini dan begitu?

Juga dengan gaya serta logat-logat dan ucapan bicara mereka yang khas (sa, ko, pu, dll). Nada tinggi mereka juga yang khas. Meski mereka itu keras, tapi rasa sayangnya dan cinta sama orang-orang dekat dan sahabat itu jangan ditanya. Keren sih. Departemen kostum di film ini juga oke banget. Entah, enak aja semua kostumnya dipandang mata dan cocok dengan postur para pemainnya. Timur yang emang Timur ini mah, sisi lain yang mesti orang Indonesia bagian Barat lihat. 

Pendapat dan ulasan bagus lainnya terkait film ini juga bisa kamu baca dari tulisan Mbak Ratih di Medium: "Kaka Boss: Panggung untuk yang Diliyankan". Tentu kutipan yang kusuka, “Sekarang saya paham kenapa Petrus bisa menyangkal Yesus. Ternyata ketakutan bisa mengalahkan kebenaran.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar