Awal masuk sudah disuguhi ublik-ublik kecil yang banyaak banget
kayak lilin-lilin kecil yang membentuk irama. Saya tak menyangka, PKKH
penuh dan saya datang telat. Aroma dupa menyengat, panggung tampak
begitu magis dengan seperangkat gamelan dan orang2nya. Karena lantai
satu penuh, saya nonton di lantai dua.
Pertunjukan dimulai dengan seorang wanita menari dengan gemulai (seperti tarian kecak Bali). Lalu datang penari-penari berpa
kaian
putih2 berjumlah 12 orang yang kayak kerasukan roh menarinya, mantra2
'hong wilaheng' digetarkan. Penonton di lantai 1 beberapa kesurupan,
lalu di lantai dua datang petugas bilang "nontonnya jangan serius" (biar
gak kesurupan). Namun saya terlanjur menikmati pentas itu. Pentas yang
menarik. Dengan jiwa sadar saya nonton, insha allah tak kesurupan, haha.
|
Hong Wilaheng |
Alurnya berkisah tentang perjalanan manusia dari dia ada di kandungan
sampai dia meninggal.Adat Jawa terlihat sekali disana, lalu juga
tembang2 seperti Asmarada, Mijhil, Gambuh, Durma, Megatruh, Pucung
dikumandangkan. Saya suka tari-tariannya. Aktingnya juga pas, keluar
masuk aktor rapi, lighting oke, blocking matuk, kostum borjuis sekali
(khas ningrat), hanya sayang di akhir cerita pas si tokoh utama
meninggal dia dibungkus kafan penontonnya malah ketawa dan tepuk tangan
coba? Hm, padahal itu paling sakral untuk dihayati. Nanti kita juga
seperti itu. Meregenerasi dan berulang lagi. Tentang hidup adalah
siklus.
Kata MC, Mantra 1 dipentaskan tahu 1993, setelah 22th
kemudian Mantra 2 malam ini dipentaskan. Pemainnya dari gabungan teater2
Jogja. Yah, good job, menurut saya cukup masterpiece. Hong wilaheng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar