Semalam (19/4) pentas sama keluarga Sanggar Nuun di acara Festival Budaya dan Bahasa gitu. Tema festivalnya:
with language we connect, with culture we grow. Sepanggung sama Havid, Madam, Ilham, Mbak Isti, Mita, Isnaini, Faruqi, Dayat, Syamsul, Fuad, vokalis anak Al Mizan, Yayan yang baca puisi, dan Mas Oyot yang jadi MC. Hehe, kalian keren.
Ini pentas musik ketigaku sama anak sanggar, haha. Rasanya senang. Kita nampilin dua reportoar (opening dan komposisi Bali) serta tiga lagu (Suara, Cermin, dan Tuhan). Dua komposisi pertama aku megang saron, tiga lagu selanjutnya megang tamborin.
|
Vokalis |
|
Bass: Faruqi Munif |
|
Gitar: Isna (Bibit) |
|
Jimbe: Syamsul |
|
Poetry Reading: Yayan |
Prosesnya sendiri sekitar tiga mingguan, tiap hari. Belajar nada, tempo, rasa, dan spiritual itu sendiri. Aku merasa, aku lemah di tempo, di sanggar sedikit-sedikit belajar. Aku yang dulu tak bisa mainin kentongan nada C yang dipegang Fuad, aku mulai bisa. Lebih merasakan lagi nada-nada dalam saron ada
G Gis A Ais B C D Dis E F.
|
i'm----don't be in party, be a party!! |
Juga tentang bagaimana mengisi ruang-ruang kosong yang aku pelajari dari tamborin. Alat yang bagiku unik... Pikiranku melayang pada suatu malam aku pernah nonton pentas Summer In Vienna di Jogja Nasional Museum, ada salah satu personilnya megang tamborin. Dia cewek dan sangat menikmati permainannya, terlihat asyik sekali, meriah, aku pengen seperti dia. Malam itu terasa terbayar tuntas. Senyum puas.
Semua foto dari koleksinya Mas Juli :D
Yeah! So far, I can feel that!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar