Pas sampai di KR, wah, kejutan
banget. Ada seseorang yang pengen aku temui di UIN, aku temui disini, wajahnya
ku kenal sekali. Ya, teman FB yang inspiratif, tapi aku tak berani meyapanya.
Setelah belasan bulan lamanya, baru lihat sore ini. Ia datang bersama temannya
yang sesama penulis, yang bikin ngiri temannya itu datang kesana bawa buku dan
masih nyempetin baca buku. Lelucon Jogja-nya, bajigur…
Aku sama mbak Sayu duduk di
belakang (nggak jauh dari teman FB-ku itu. Ya, semoga dia tak mengenalku, tapi
aku ragu) karena nggak bawa ta’jil buat buka akhirnya kita nyari mart terdekat buat beli minuman. Usai
nyari minum kita balik ke depan KR, dan Alhamdulillah on foot mans-nya udah pada datang, mas Sabiq, mas Harik, mas
Hilman, mas Abdillah, mas Habib, mas Sholeh, dll.
Kita ngumpul, trus tak kusangka
tiba-tiba ayah Pidi berjalan di depanku menuju panggung makai kemeja warna
putih (khas kampanye, haha) dan kupluk khas-nya itu. Lalu, kami merapat di
depan panggung. Meski berdesak-desakan, kita nonton di depan euy, haha.
Ada empat lagu yang dibawakan
ayah Pidi. Lagu pertama itu tentang anjing dan kucing, entah apa judulnya. Kata
Ayah, “Anjing tidak pernah mengerti dia disebut anjing. Begitu juga kucing,
harimau, dll. Ya begitulah manusia, suka ikut campur urusan Anjing”. Haha.
Liriknya gini: //Kupunya anjing. Kuberi
nama kucing. Bila kupanggil kucing dia mengonggong menghampiriku juga. Anjing
adalah musuhnya kucing. Dia memusuhi diri sendiri.
Usai nyanyi itu ayah bilang:
“Lagu ini menjelaskan untuk memerangi musuh, yaitu musuh yang ada dalam diri
kita sendiri”; “Saya tidak pernah mencoba lebih baik dari orang lain, tapi saya
mencoba lebih baik dari diri saya kemarin”. Yap, super sekali, Pidi Teguh Broken Ways, haha…
Lagu kedua, judulnya ayah konda.
Kocak banget. Kamu bakal ngakak aja dengerinnya, dan bakal membayangkan sesuatu
absurd yang hanya ibu yang tahu. Banyak hal romantis yang diceritakan ayah
Pidi, seperti, ayah itu pernah nulis surat pada istrinya, dikirim ke kantor pos
ke rumahnya sendiri. Tapi pas nyampe, dia sendiri yang nerima, haha, konyol.
Ayah bilang itu romantis. Lalu, ayah juga sering ngirim e-mail ke istrinya,
meski satu rumah gitu, hahaha. Ada nggak, suami yang kayak gitu lagi? Haha.
Ayah juga bilang, kalau kamu suka
dan cinta pada seseorang, “Buatlah dia bahagia, jangan banyak kau gombali
dengan kata cintamu. Kalau setiap hari kau mengatakan cinta dia akan bosan.
Tapi kalau setiap hari dia kau buat bahagia, siapa coba yang bosan?”. So sweet banget!
Lagu ketiga itu tentang Nia,
sesorang yang pernah ayah sukai dulu. Masih dengan lirik yang kocak dan easy listening. Terus, usai nyanyi
sesinya, Tanya jawa-tanya jawab.
Ada orang yang bertanya tentang
sebenarnya kepribadian Ayah di depan teman,keluarga itu seperti apa sih? Ayah
menjawab:
“Setiap orang itu berbeda-beda. Bayangkan, kalau kamu menjadi se-ekor
kucing jangan mengonggong karena mengonggong lagi trend. Kalau kamu jadi
se-ekor bangau jangan kau membeli surai agar kau tampak seperti harimau. Kalau
kau jadi se-ekor tikus, jangan menggunakan mantel manusia agar kau berlagak
seperti manusia dan meninggalkan comberan padahal itu tempatmu yang nyaman.
“Untuk membuat dirimu kreatif itu tidak perlu ikut seminar kreativitas.
Nanti kamu ikutin apa yang dibicarakan pembicaranya kamu jadi nggak kreatif. Kreatif
itu adalah dampak karena kamu menjadi dirimu sendiri. Kalau kamu se-ekor bangau
dan kamu tahu tinggalnya di rawa kamu akan tahu bahwa kakimu akan panjang,
benar nggak? dan akan jelas kamu akan berbeda dengan harimau, betul? Kalau kamu
se-ekor lalat badanmu akan menyesuaikan lingkunganmu. Maka kamu adalah ciri
khasmu. Jangan-jangan kamu jelek bukan karena kekurangan tapi ciri khasmu. Karena
kalau kamu ganteng, kamu bingung ini siapa?
“Orang hebat itu bukan yang kuat dan taat, tapi yang bisa menyesuaikan
dengan keadaannya. Kalau menjadi se-ekor kecoak jangan jadi kecoak yang baik
nanti kamu bukan lagi kecoak, jadilah kecoak yang membuat ibu-ibu yang suka
berdandan menjadi menjerit. Begitu juga se-ekor tikus dia menjijikkan, jangan jadi
tikus indah, karena bukan tikus lagi.
“Setan itu beribadahnya berbuat salah. Kau tak boleh melarang setan
menggodamu. Ketika nabi dihina orang, aku tanya dulu siapa yang menghina? Musuh
bukan? Iya musuh. Pantaslah musuh tugasnya menghina. Kalau musuh memuji-muji,
kamu curigai dia.”
Ada cerita lucu lagi, saat ujian
kan ayah nggak bisa njawab, lalu diisi kertas itu dengan jawaban “Allahu
‘alam”, katanya kalau guru itu menyalahkan berarti dia murtad, hahaha. Sekolah
mengajari kita percaya diri, tapi saat ujian ada kunci jawaban. Kebenaran ada
di luar dirinya, bukan dalam dirinya. Atau kisah anak ayah si Timur, ia malu
saat tampil di depan orang banyak, malu pada penonton, lalu ayah bilang, “Kamj
jangan malu, yang harusnya malu itu penonton. Bisanya cuma nonton. Tapi kalau
kamu tahu suaramu jelek dan nekat tampil itu memerlukan kekuatan mental yang
besar”, haha, kacau!
Konser akustikan hari ini
diakhiri dengan lagu tentang Nia lagi, tapi kisahnya ditolak. Haha. Magrib
telah berkumandang, lalu panitian menginstruksikan untuk mengambil kupon
angkringan, buat buka bersama bareng. Dan, mengantrilah kita, makan
bareng-bareng lesehan. Nikmat sekali!
Di sisi sana, ayah Pidi sedang
kebanjiran para fans yang minta foto dan tanda tangan. Usai makan, mas Abdillah
dan mbak Sayu minta tanda tangan juga. Lalu, disusul mas Sabiq, hal lucu
terjadi, saat semua ngantri tanda tangan di buku ayah Pidi, mas Sabiq minta
tanda tangannya di buku kwarto merah isi 200, Ayah ketawa, mungkin di otaknya,
“Ini apa gitu?” ketawanya bersahabat banget. Kalau mas Abdillah beda lagi, dia minta tanda tangannya di kaos, trus mas Sholeh ikut-ikutan deh, haha. Berhubung kamera HP ku nggak
ber-standar saat dipakai buat foto malam, sebagai kenang-kenangan juga, aku
buka note kecilku, aku minta tanda
tangan juga. Lalu, aku cium tangan ayah dan aku ajak salaman. Ayah Pidi nepuk
pundakku sambil bilang, “Semoga sukses” ahhh, senang sekaliii, aamiin.
Tanda Tangan Ayah Pidi |
Lalu, setelah kenyang, istirahat
sebentar. Kita pulang. Aku milih jalan kaki aja sama anak-anak Eska yang lain.
Pengen aja malam minggu jalan-jalan menikmati udara Jogja. Kapan lagi coba bisa
kayak gini? Ya, bertujuh kita jalan kaki: aku, Mas Sabiq, mas Harik, mas
Abdillah, mas Hilman, mas berbaju putih, dan mas berbaju biru. Diajak main juga
ke oulet biz.net, disana ngobrol, ngopi, bercanda, dll. Kita juga ditemani
rintik-rintik hujan yang turun lembut sekali.
Terima kasih Allah untuk hari
ini.
Jogja, 12 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar