Dimulai di kontrakan Nuun tanggal
28 Januari 2014 kita berkumpul. Meski yang datang tidak banyak (karena libur
UAS dan pada pulang kampung) kita diskusi tentang study pentas ini. Intinya,
apa pun yang kita lakukan dengan gembira itu asyik. Disusul 2 hari kemudian
bedah naskah Tuk di SC sampai SC mau tutup 2 hari kemudian lagi bedah naskah
Cipoa ruangnya anak Cepedi. Hari-hari beerikutnya, tanpa libur, tiap jam 7 hingga
jam 10 malam lebih, kita reading naskah bareng-bareng di depan kantin dakwah
(yang dulu masih sepi, beda dengan sekarang yang ramai karena SK Café-nya serta
acara-acara diskusi malam, dan aku sekarang kepikiran dengan nasib
“Gorong-gorong Institute”, apakah mereka terganggu? :D). Hingga malam itu
tanggal 7 Februari kita dibagi menjadi dua kelompok. Kita tutup mata kemudian
dituntun ke sebuah tempat, kita bukakan mata dan teranglah kita dimana. Masih
ku ingat malam itu, aku melihat bapak Munir dan mas Ilham menyambut kami.
Kulihat di samping dan depanku ada Madam, mbak Aim, Kiky, Mita, Chandra, dll
(aku lupa siapa aja yang datang malam itu, yang pasti ada satu anak baru
bernama “Isnain” yang masuk Sanggar). Bapak bilang: “Mari bersama-sama membuat kesaksian di Magersaren. Menghidupkan
Magersaren”
Agenda selanjutnya diisi dengan
latihan, kerja keras, dan latihan. Dari jam empat sore sampai jam enam buat
olah tubuh dan materi-materi teater. Lanjut lagi jam tujuh sampai jam dua belas
malam (bahkan di TUK sampai jam satu dan dua dini hari) untuk eksekusi naskah
tiap kelompoknya. Kita latihan dimana aja. Di panggung demokrasi, di depan MP,
di depan kantin dakwah, di belakang SC, di parkir tarbiyah, di lorong bawah
tanah, di area sport venue, dll.
Rasa-rasanya hampir setiap sudut UIN pernah kita kunjungi buat latihan :) Ya,
itulah Sanggar Nuun, bisa menjadikan tempat yang kurang layak menjadi layak.
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar