Tanggal 4 Februari 2014 kemarin (udah lama banget), aku diajak sama anak-anak LPM Arena ke basecamp Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI). Jam setengah 8-an malam itu masih kuingat, kita bareng-bareng kesana, dibelaiin muter-muter gara-gara gak apal jalan :D Dihadiri mahasiswa-mahasiswa pers kampus di Yogyakarta. Daripada tulisan tentang film ini karatan di laptop, mending aku bagi-bagi aja :) Film ini dibagi menjadi lima babak.
Pertama, tentang
Jurnalisme Investigasi itu sendiri. Sejarah-sejarah yang dirintis pers
Indonesia dalam melakukan jurnalisme investigasi dari zaman orde lama hingga
masa kini. Dari pembredelan dan tokoh-tokoh yang berjuang melahirkan tulisan
investigasi. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya: pimpinan redaksi Sinar Harapan
Aristides Katoppo yang mengisahkan tentang keluarga cendana. Bondan Winarno
yang mengusut tentang kasus busang dan bunuh diri jadi-jadiaan Michael de
Guzman. Dan dari media elektronik tentang investigasi reporting yaitu Dadi
Sumaatmadja dalam acaranya Metro Realitas yang tayang di Metro TV. Banyak hal
kecil yang bisa di-investigasi menjadi hal menarik.
Kedua, tentang profil
jurnalis. Mengisahkan siapa dan bagaimana jurnalis (investigasi) itu. Ada
Yuliwati (wartawan majalah Tempo), yang meng-investigasi tentang aborsi illegal
dan tentang mewahnya penjara Artalita Suryani. Dari media layar kaca ada Johan
Heru (repoter Metro Realitas) yang ingin memberikan sesuatu lain daripada yang
sudah beredar. Ada pula kisah dari wartawan majalah Tempo yang lain, Metta
Dharmasaputra yang meng-investigasi tentang korupsi yang terjadi di Asian AGRI,
sebuah perkebunan dan perusahaan kelapa sawit. Ia juga bercerita tentang
rintangan-rintangannya, dari disomasi, disadap, sampai diteror.Kata dia
(mengutip seorang tokoh), “Kita boleh lelah tapi jangan menyerah. Kita boleh
kalah tapi jangan takluk.”
Ketiga, tentang
perencanaan peliputan (investigasi). Di majalah Tempo sendiri, Wahyu Dhyatmika
menuturkan urutan-urutan melakukan reportasi. Dari ide kemudian dicari bahan
mentah dan dokumen (seperti video, catatan, testimoni). Bahan mentah dan
dokumen ini kemudian diverifikasi. Setelah itu menentukan sumber babon/utama.
Kemudian dilakukan rapat besar, pembabatan dan penentuan angle, pembagian tugas
(yang meliputi daftar narasumber, daftar pertanyaan, daftar dokumen). Setelah
lengkap dilakukan penulisan dan terakhir editing. Sebagai tambahan sebelum
dilempar ke publik, naskah itu diserahkan ke lawyer/seseorang yang mengerti
tentang hukum dan jurnalistik agar tidak punya celah untuk digugat. Lain dengan
Tempo, reporter investigasi media elektronik Dadhy Dwi Laksono punya langkahnya
sendiri Ada lima langkah dari membentuk tim multispesialisasi, melakukan riset,
menentukan angle, merancang strategi eksekusi, dan menerapkan skenario paska
publikasi.
Ke-empat, tentang
Metode Penelusuran. Ada tiga metode investigasi. Pertama material trail, yaitu berupa dokumen, foto, rekaman, audio. People trail, yaitu siapa-siapa aja yang
terlibat. Ketiga, money trail, yang
merupakan motif utama segala masalah. Bahkan, kliping-kliping koran yang
mengabarkan orang-orang kaya yang meninggal itu bisa berguna sebagai sumber
dokumen. Investigasi itu tidak lepas dari menyamar. Menyamar itu ada tiga
jenis. Dari melebur (menjadi bagian dari subjek), menempel (memanfaatkan subjek
lain sebagai kuda troya), dan berjarak (tidak berinteraksi, mengamati dari
jauh).
Kelima, tentang etika
dan hukum. Seorang jurnalis harus mematuhi kode etiknya sebagai seorang
jurnalis. Paling sedikit ada empat kode etik yang harus dipenuhi. Pertama,
jangan mau disuap. Kedua, jangan melakukan plagiat. Ketiga, jangan membuka
identitas narasumber. Ke-empat, jangan menulis kebohongan yang Anda tulis
sebgai kebenaran.
Mau donk link filmya buat kajian
BalasHapusDi youtube sudah lengkap dari #1 sampai #5.. tinggal memasukkan kata kunci "jurnalisme investigasi" :)
Hapus