Well, you know or don't you kennet or haven't I told you every telling has a taling and that's the he and the she of it.’ ('Baiklah, Anda
tahu atau tidak, Anda paham atau tidak, saya katakan kepada Anda bahwa
setiap ceramah memiliki pertengkaran dan hanya dia dan dia saja.') --James Joyce: Finnegan's Wake, p. 213
Pernahkah engkau merasakan apa yang dikatakan Joyce di atas? Aku sering. Yang bertengkar biasanya adalah dia yang paling paham, yang paling tahu, yang paling expert; orang itu akan bertemu dengan sesamanya. Kemudian berdebat. Jika topik yang mereka bahas sesuai dengan apa yang kita minati, niscaya akan muncul iri positif. Semacam umpatan: holy shit! why i can't be like her/him!?
Di kondisi seperti itulah kebodohan terasa dilucuti terang-terangan--tapi orang lain tak melihatnya. Hanya diri yang merasa. Berbagai peryataan reflektif muncul: kenapa argumennya begitu mudah dipahami? Kenapa strukturnya begitu runtut? Bagaimana cara dia belajar? Bagaimana agar aku bisa sepertiya? Sampai yang paling membuat sebal: kenapa cuma itu-itu aja yang mbacot di perkara ini!?
Jika itu terjadi, itu adalah masa bahwa ilmu patut untuk diirikan penguasaannya. Aku pernah membayangkan, andai aku, Karl Marx, George Orwell, Ayn Rand, Hayek, Nietszche, Pramoedya, berada dalam satu ruangan; apa yang membedakan kita semua dalam berkarya? Semua jawaban, aku pikir ada di "daya tahan dalam menekuni sesuatu".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar