"Cara membaca buku-buku dengan cepat, melihat nama-nama penting, bagaimana mengklasifikasikannya untuk mampu menolak buku yang tidak penting, membuat ikhtisar, melihat/membaca secara acak"
"Aku hanya tertarik pada mahasiswa yang cerdas. Anda di filsafat tidak dapat berbuat apa-apa. Selalu terdapat empat atau lima orang mahasiswa yang selalu berbicara sedang lainnya tidak peduli"
"Sartre merasa ia badai. Ia telah menantang segala sesuatu dalam karya-karya sastranya dan pada harapan bahwa karya-karyanya akan hidup terus."
"Sartre dapat berpikir bahwa hidup itu dapat ditangkap dalam jebakan kata-kata dan aku selalu merasakan bahwa kata-kata bukan hidup itu sendiri, tetapi suatu reproduksi kehidupan, reproduksi dari sesuatu yang mati" (eureka :))
"Kelas memandang Sartre sebagai seorang pengkhianat. Ia penulis anti borjuis."
Eudora Welty:
"Bukan pada pokok persoalannya, tapi pada cara aku mendekatinya."
"Menyelesaikan sebagai seni."
"Berlaku jujur terhadap dua faktor: waktu dan tempat. Dari sana imajinasi dapat membawa kemana saja."
"Cerita itu semuanya merupakan respon terhadap sebuah TEMPAT."
"Tak ada pengulangan yang kubuat dalam tingkat apa pun."
"Anda harus tahu dengan tepat apa yang ada dalam hati dan pikiran "mereka" sebelum mereka melangkahkan kaki dengan tepat ke atas pentas. Hal yang tepat pada moment yang tepat."
Elizabeth Bishop: "Yang kuyakini selama hidupku aku tidak pernah menulis hal-hal yang kusukai untuk ditulis."
Sumber gambar: Elizabeth Bishop Paintings. |
Joan Didion:
"Segala sesuatu harus bermakna. Setiap kata, setiap koma."
"Membaca novel harus dibaca sekali duduk agar urutan tak hilang dan ketegangan tak pecah."
"Pada titik sunyi dunia yang berputar. Aku ingin bergerak ke TITIK SUNYI."
"Seorang wanita yang menulis novel, sering sekali dirasakan sebagai seorang yang invalid."
(#IS: Seumur hidup saya tidak akan pernah rela perempuan dikatakan invalid, cacat, petarung sampingan, lebih tertarik pada hiasan, belum menciptakan apa pun tentang keseharian, atau dibilang karyanya lebih banyak "bahan gorden"!)
Joyce Carol Oates:
"Yang paling penting adalah sebuah buku yang paling kuat yang pernah dituliskan."
"Kita haruslah kejam terhadap masalah MOOD ini."
"Semacam arasbeque (desain yang teliti dari dedaunan, cabang-cabang, dan lain-lain.)"
"Keuntungan sebesar kerugian."
"Hidup adalah energi. Energi adalah kreatifitas."
Katherine Anne Porter:
"Peristiwa itu akan menjadi penting hanya jika mempengaruhi hidup Anda dan kehidupan orang-orang di sekeliling Anda. Gaung, begitulah Anda boleh katakan, nada-nada tambahan yaitu ketika sang seniman itu bekerja. Aku tak tahu apa maknanya sampai aku tahu akibat-akibatnya. Jika aku tidak tahu akhir dari cerita, aku tidak akan memulainya. Aku selalu menulis kalimat yang terakhir atau paragraf terakhir di kalimat terakhir di halaman terakhir lalu kembali dan langsung menulisnya. Sehingga aku tahu ke mana aku pergi. Tahu apa tujuanku. Dan bagaimana aku ke sana."
"Setiap karya sastra yang jujur harus mampu memberikan pada Anda perasaan rekonsiliasi--orang Yunani menyebutnya katarsis, semacam pemurnian pikiran dan imajinasi Anda lewat akhir yang dapat diterima karena tepat dan benar. Kadang-kadang akhir itu sangat tragis, karena memang dibutuhkan seperti itu."
"Semua indraku sangat tajam, benda-benda dan apa saja datang padaku lewat mataku, lewat semua lubang pori-poriku. Anda tahu, segala sesuatu itu menabrak aku seketika itu juga. Hal itu menjadi sulit untuk dilkukiskan setepat mungkin apa saja yang sedang terjadi saat itu. Kupikir, pikiran bekerja lewat variasi seperti itu. Kadang-kadang ide bermula tanpa bisa diartikan sama sekali. Anda terus juga berpikir tentang apa yang akan muncul dari situasi seperti itu dan kemudian ia akan meleburkan dirinya sendiri ke dalam seperangkat pemikiran atau gagasan. Pada saat aku menulis cerita, tokoh-tokohku bangun, hidup, dan berjalan-jalan di sekeliling serta mengambil benda-benda."
"Semuanya yang kutahu tentang orang-orang itu adalah dengan belajar banyak tentang orang-orang."
Franz Kafka: "Sebuah buku seharusnya menjadi kampak untuk menghancurkan laut yang membeku dalam diri kita."
Sumber: Women Writer at Work: The Paris Review Interview. They are: Marianne Moore, Katherine Anne Porter, Dorothy Parker, Simone de Beauvoir, Eudora Welty, Elisabeth Bishop, Nadine Gordimer, Susan Sontag, Joan Didion, Joyce Carol Oates.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar