"Selamat bagi pengurus dimensioner
yang purna tugas, selamat bagi pengurus baru yang akan melaksanakan
kepengurusan baru. Tahun 2001, 2002, 2003 periode paling sunyi karena orangnya
dikit, akhir 2002 yang dikatakan aktif enam orang, datang pergi 16 orang sudah
bagus. Tahun 2001 ada 16 orang yang berangkat ke Surabaya-Semarang. (Pentas) Sinbad
kemarin meningkat drastis sampai 42 orang.
Periode yang paling semarak
periode tahun 2008-sekaranglah. 2009 ke Bandung 50 orang saat Kidung Matahari.
Kru paling lumayan. Alhamdulillah hingga saat ini masih ada 33 orang yang ada
disini. Militansi Sanggar Nuun luar biasa. Sedikit atau banyaknya orang tidak
menjadi masalah bagi orang yang berkesenian. Kalau sedikit ya piye carane membuat orang terbuka, tetap
santai. Mengatur banyak kepala kan sulit tapi punya banyak pilihan atau alternatif
yang bisa dikerjakan.
Teman-teman baru mewarisi tradisi
panjang. Tradisi pertama adalah keluarga yang paling penting adalah kerukunan. Tradisi kedua adalah tradisi gotong royong, berat sama dipikul, ringan santé wae.
Tradisi ketiga tradisi keras kepala tradisi
kekuatan berkata tidak atau iya pada apa yang kita yakini. Kalau benar-benar “iya”
ya “iya”, tidak ya tidak. Salah satu karakternya kita tidak mungkin mengingkari
GBHSN untuk sekedar mencari uang.
Tradisi paling lekat adalah ini
sebenarnya bukan tradisi atau sifatnya umum saja. Bahasa yang paling tepat
mungkin itu bisa dipelajari sambil berjalan dan berproses. Di satu sisi orang
mengatakan bahwa yang di depan dihormati, belakang disayangi. Itu tidak berlaku
di Sanggar Nuun. Ketika mulai proses bersama semua orang equal, kita tidak memandang semua
senior yang harus didewakan. Tapi kita juga tidak mengingkari sejarah teman
yang lebih dulu proses lebih punya sesuatu. Itu tak berlaku bagi sanggar
umumnya, kecuali berkesenian untuk profit. Orang film meski senior kalau nggak
becus ya dipekok-pekokan.
Selain berproses tentu
berkarakter. Kalau karakter bunga itu wangi, api ya panas. Sabar, bersungguh-sungguh, karakter manusia tidak
sekonyong-konyong hadir, okelah kita tak bisa mengajari api menjadi panas, tapi
manusia bisa. Kalau tidak dipelajari ya tidak bisa. Satu karakter yang semua
sepakat “santai”. Tidak dalam arti berleha-leha.
Yang harus dikritik berat adalah tradisi
“baca buku”. Tradisi kita melompat dari tradisi lisan ke tradisi informasi.
Tiba-tiba revolusi industri sudah terlompati, sudah masuk sedemikian cepat.
Masih ada orang yang belum lewat tradisi bacanya. Kalau orang kerja satu minggu
liburan satu hari, kalau orang informasi kerja plus liburan. Padahal tidak
seperti itu. Kita kembalikan lagi pada yang punya. Selamat mengurusi Sanggar
Nuun.
Sanggar yang hebat buat saya. Banyak hikmah. Saya yakin
di sanggar ini kita lebih dewasa dan lebih menjadi manusia."
Tengah: Pak'e Tain (Doc. Nanisa) |
wahaa :p
BalasHapusmari berproses, semangat!!!
Energi kitakan gitu Prit, berproses total, whaaa
Hapus