I.
Di antara bunyi kokok ayam entah burung aku menulis ini...
Juga bunyi pesawat terbang, motor, dan kereta api (tentu saja sepeda tak terdengar)
Aku mencoba mambayangkan: bagaimana rumah di atas awan itu? Siapa penghuninya? Bagiamana arsitektur atau tamannya?
II.
Aku ingin bercerita tentang kemarin. Saat temanku bilang, "Orang yang tidak terhanyut dalam arus mainstream, berarti orang itu sudah mengenal dirinya sendiri." Aku cukup skeptis dan mempertanyakan ulang apa benar? Aku lalu membayangkan orang yang 'tidak mainstream' itu seperti apa? Dalam bayanganku: ya, orang yang setia dengan karakter dan apa yang dia punya Is. Dia tak gampang terpengaruh dengan logika mayoritas. Mudahnya: Inilah saya...
III.
Lalu, raga saya berpindah ke sebuah ruang perpustakaan. Lalu berpindah lagi ke sudut SC untuk diskusi (tentang Marx dan keterasingan). Aku bahagia di lingkungan penuh dialektika seperti ini. Bagiku ini adalah cabang rumah di atas awan.
IV.
Lalu aku membuka koran. Disana aku membaca sebuah feature yang memuat sosok bernama Sam. Dia lumpuh, tulang belakangnya retak, tapi dia tetap hidup dengan komputer di depannya. Dia bekerja dengan itu. Sam mendapat penghargaan internasional karena membuat sebuah software pembelajaran.
Yang menarik buatku saat Sam ditanya: 'apa yang paling menyedihkan dalam hidup?'. Sam menjawab: 'itu pertanyaan cengeng. Hidup saya baik-baik saja dan sama seperti yang lain.' Intinya kira-kira dia bicara begitu. Seperti judul di tulisan itu, mungkin dia salah satu penghuni rumah di atas awan...
V.
Di halaman yang lain. Yang membedakan orang besar dan orang kecil itu ada tiga:
- Orang besar membicarakan ide, orang kecil membicarakan manusia.
- Orang besar mencari esensi, orang kecil mencari sensasi.
- Orang besar mementingkan kepentingan bersama, orang kecil mementingkan dirinya sendiri.
VI.
----Ada yang hilang----
VII.
Ini soal hati. Entah kenapa kamu baik sekali. Saat aku diam lalu kamu datang dan memberiku sesuatu untuk aku makan.
VIII.
Lalu aku pulang dari SC dan di tanjakkan meninggalkan SC ada seorang yang mengaku dari pengadilan memanggilku: "Isma!" Aku yang tak tahu siapa nengok. Aku tersenyum, oh kamu. Aku senang karena bisa saling menyapa seperti ini.
aku jd penasaran, sosok pria yg seperti apa yg kamu sukai??? hehe
BalasHapusYang berhati di atas bumi, yang berotak di atas awan. *apa'an sih Is?
Hapus