G: Aku sudah merenungi suatu kenyataan yang sangat betul harus disayagkan, bahwa permainan dan suara-suara aktor-aktor besar tidak bisa diabadikan. Kini aku sampai pada suatu kesimpulan: untuk kepentingan ini aku harus merasakan mekanisme dan kemurahan film dalam pekerjaanku.
A: Bukan. Satu-satunya yang harus kau lakukan ialah maju
sejajar dengan zaman kita dan berusaha sekuat mungkin – sebagai seorang
seniman.
G: Mustahil
A: Ini tidak bisa dielakkan.
G: Film tidak lebih dari selera musiman yang palsu – tidak
lebih dari semacam cerewet.
A: Fikiran itu sempit.
G: Seluruh kodratku sebagai seorang aktris berontak terhadap
iblis mekanis ini.
A: Kalau begitu kau bukan seorang aktris
G: Hanya karena aku menginginkan suatu kesempatan yang bebas
dan tak terganggu-ganggu bagi ilham dan kerja kreatifku?
A: Bukan. Karena kau tak
bergembira dalam penemuan sebuah instrumen drama yang besar; suatu instrumen
yang telah dipunyai oleh seni-seni yang lain semenjak masa dulu dan yang sampai
kini belum lagi dimiliki oleh seni yang tertua – teater; suatu alat yang dapat
memberikan kecermatan dan ketenangan ilmiah pada teater, seperti yang dimiliki
oleh seni-seni yang lain; sebuah instrumen yang menghendaki dari seorang aktor
supaya berlaku pasti laksana skema warna dalam lukisan, bentuk dalam seni pahat,
alat-alat bunyian bertali, alat-alat tiup dari kayu ataupun tembaga dalam musik
laksana matematik dari seni arsitektur; atau pun kata dalam seni puisi.
A: Lapangkan hatimu sedikit. Memang demikian halnya. Film
adalah pengabdian seni seorang aktor –seni teater. Drama yang dilisankan kini
jadi sama dengan drama yang dituliskan. Apakah kau tidak meyadari, bahwa dengan
adanya alat perekam pribadi dan skema sukma seorang aktor, maka mata rantai
yang selama ini hilang dalam rantai semua seni, kini telah ditemui? Teater
bukan lagi soal yang bisa lewat-lampau begitu saja, tapi sudah menjadi catatan
abadi? Apakah kau tidak menyadari, bahwa kerja kreatif seorang aktor tidak
perlu lagi dipertunjukkan depan mata publik: bahwa kami penonton tidak usah
lagi ditarik-tarik ke dalam keringat dan kesibukkan kerja kita? Para aktor bebas
dari penonton pada saat ia mencipta; hanya hasil ciptaannya saja lagi yang
dinilai.
G: Seorang aktor yang berada dalam seperangkatan pesawat
bukaanlah seorang aktor yang bebas. Ia dicencang menjadi potongan-potongan
kecil—hampir setiap kalimat peranannya dipidahkan dari kalimat-kalimat
sebelumnya dan kalimat sesudahnya.
A: Setiap kata seorang penyair terpisah dari kata-katanya
yang lain. Tapi yang penting bagi kita ialah keseluruhannya. (Richard
Boleslavsky @Enam Pelajaran Pertama bagi Calon Aktor)
_____________
I finally grasped the simple truth that imitating another
actor did not mean creating an image. I realized that it was necessary to
create one’s own image – an image which. I must confess, I understood only
outwardly. It is also true that I did know how to approach the image unless I
was helped by a stage director like Fodotov, or by chance, as when I played
softenville, and therefore approached the image with pose, costume, make-up,
menners, or gestures. I felt on the stage as if I were undressed and was
ashamed of appearing as myself before specatators. (Konstantin Stanislavsky @My
Life in Act)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar