Sudah seberapa langkah hujan menemanimu membangun rumah yang
ingin kamu bangun dengan sungguh-sungguh? Kamu ingin menyerah ya? Jangan.
Sebentar lagi reda.
Namun kenapa kau kebacut bunuh diri?
Bukankah aku dan kamu suka hujan?
II
Bolehkah aku menanyakan pertanyaanmu: “Dalam mejikuhibiniu,
di mana kah posisi hitam?” Atau hitam sengaja dihilangkan?
Hei, hitam tak sama dengan gelap, gelap tak sama dengan
malam, malam tak sama dengan hitam. Dalam malam aku masih bisa melihat. Dalam
gelap aku masih mampu mendengar. Dalam hitam tak ada yang kutemui selain,
(mungkin) kedalaman.
Apakah itu berarti mati?
Bukankah kamu dan aku suka hitam?
Jogja, 4 Oktober 2016
Keren mbak...
BalasHapusBagi tips menulis puisi nya dong mbak :D
Aduh, saya tidak jago membuat tips. Haha. Sering-sering aja nulis, sampai muak, sampai dapat kepuasan yang diinginkan.
Hapus