Maret mulai menggigit usia masa. Mulai menyusun ulang langkah-langkah gontai untuk terus berjalan tegak. Tak ada yang salah dengan waktu, ruang, dan orang-orang. Hanya persepsi yang kini mengganggu. Aku tak paham apa-apa.
Adik memberi pesan, tadi jam empat sore kakak tak ada. Ruangan berobituari. Dan udara yang berjarak berkilo-kilo meter di sana mungkin sedang mengadakan misa rekuim. Aku mengenangnya lewat jabatan tangannya yang kuat saat dia menyalamiku dulu. Sangat erat hingga getar energinya masih kurasa hingga sekarang. Atau dari suara bass-nya yang berat. Dia memang punya bakat menyanyi.
Kakak pendiam. Dia tak banyak bicara. Namun dia cerdas, bertanggung jawab, dan acap membuat keluarga bangga. Menjadi panutan. Sejak kecil, kami anak-anak bapak memang tak jauh dari nelangsa. Mungkin kakak lebih menderita. Namun dia bisa mengubah hidupnya dengan tirakatnya. Sinau-sinau-sinau, nek ono waktu luang sinau, aku masih tak mengerti dengan ibrah diksi Jawa itu. Yang kakak pesankan dulu, menyebutnya sampai tiga kali. Sampai kini, aku masih bandel melakukannya.
Salam hormatku. Semoga alam raya mengenangmu.
Kamis, 17 Maret 2016
turut berduka cita Is...
BalasHapusDia anak emasnya bapak. Pergi terlalu cepat.
HapusYa, semoga di sana damai ia selalu.
16 Maret kemarin, Koesalah Subagyo Toer (adik Pram) meninggal.. akhirya, semua bakalan pulang
tidak ada yg terlalu cepat atau lambat is, semua tepat waktu untuk hal itu, mungkin seperti kata Paulo Coelho "Maktub".
BalasHapusinnalillahi...
iya is, sejatinya kita semua sama2 menunggu pulang
little bit surprising from God
Hapus