Tulisan ini lanjutan dari Part II.
Les Minggu VII - 24 Juli 2024
Pelajaran Minggu VII |
Les Minggu VIII - 31 Juli 2024
Marugoto |
Les Minggu IX- 7 Agustus 2024
Cari yang seri pemahaman gak ada di Gramed |
Hari ini, Sensei Jovan membagikan hasil ujian dua minggu yang lain. Nilaiku 72, ya, secara jumlah kalah sama teman di depanku Raffi-san yang bisa lebih dari 90, hampir sempurna. Kondisi ini membuatku tertekan, ketakutanku satu: aku tak bisa mengimbangi yang lain meski aku telah berusaha. Ya, aku telah berusaha belajar secara intensif. Aku juga mencari literatur belajar bahasa Jepang dari cari buku di Gramedia sampai toko buku bekas di Senen. Sampai aku kenalan sama seorang ketua sekolah sebuah Lembaga Pelatihan dan Keterampilan (LPK) Jepang di Jakarta. Beliau bercerita terkait sistem kerja ke Jepang, yang harus setidaknya lulus JLPT 5/4 untuk kerja di bagian perawatan (panti jompo), pertanian, pabrik, dlsb. Aku kenal beliau dari bapak yang jualan buku bekas di Senen.
Aku tak menyangka ternyata biaya masuk LPK besar banget, dan itu pun gak ngejamin siswanya bisa lulus JLPT 5/4 kemudian berangkat Biaya les bahasa full Senin-Jumat jam 8-4 sore selama tiga bulan sebesar 15 juta. Belum lagi administrasi, paspor, pesawat, dlsb. Karena ada kasus yang setelah diberangkatkan, bahasanya gak memadai, akhirnya si perusahaan komplain dan yang kena adalah LPK-nya, kena sanksi ini dan itu, termasuk soal pembatasan. Si Ketua LPK ini juga berseloroh, pemerintah mewajibkan keberangkatan ke Jepang hanya melalui LPK, tidak bisa dilakukan sendiri. Terus, karena usiaku juga yang udah 31, sementara rata-rata syarat di bawah 30, dia memintaku untuk cepat-cepat kalau emang mau kerja di Jepang. Aku benar-benar gak habis pikir dengan batasan usia di kantor-kantor di mana pun negaranya.
Si Ketua LPK itu juga bilang, gaji di Jepang sekitar 15-an juta dan untuk perempuan lebih rendah dibandingkan yang laki-laki. Misal, kalau perempuan 15 juta, laki-laki 16 juta. Hal penting lainnya, dia sempat bilang, belajar bahasa Jepang jangan ada dibuat beban atau tekanan dulu, nanti malah gak masuk, karena selamat tiga bulan itu ada yang molor sampai 6, 8, 9, 12 bulan atau lebih dari itu. "Tergantung kemampuan anaknya jua," katanya. Lalu aku coba searching berbagai LPK di Jakarta, dan aku menemukan ternyata banyak. Ketika baca ulasan-ulasannya, Ya Allah, banyak LPK yang udah buruk duluan di kepalaku karena ada yang menahan gaji, ada kekerasan, ada senioritas, dlsb. Satu LPK yang menurutku bagus review-nya adalah LPK Bangkit Indonesia, dan LPK ini dapat penghargaan LPK terbaik nomor 2 di Indonesia.
Pelajaran Minggu IX |
Tulisan ini berlanjut ke Part IV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar