Jumat, 16 Agustus 2024

Catatan Buku #1-5: Daisy Manis, Saraswati, Kemarau, Kritik AA Navis, dan Joseph Murphy

Henry James - Daisy Manis (2016)

Ceritanya sederhana, seorang gadis bernama Daisy asal Amerika yang hidup nomaden bersama ibu, adik, dan pelayannya dari Vevey, Jenewa, hingga Roma. Benturan budaya Amerika di masyarakat Eropa gak sinkron, Daisy tergolong liberal bagi masyarakat Eropa kala itu yang kaku dan menjaga adat istiadat. Dia dipergunjingkan oleh orang-orang di sekitar dia tinggal karena perilakunya yang aneh dan di luar adat. Meski alurnya sederhana, titik tekan novel ini ada di konflik psikologis yang dihadapi Daisy: bagaimana ia menghadapi kepalsuan dalam masyarakat sosial, standar penampilan, bagaimana bentrokan kelas atas dan rendah terjadi, bagaimana ia berusaha keras menjaga citra kelas sosial, tapi di balik itu ada ketidakpuasan yang ditutup-tutupi dengan wajah manis dan kata-kata sopan. Henry James mengkritik bagaimana seseorang harus mengorbankan perasaan dan kebutuhan emosionalnya sendiri untuk memenuhi standar sosial.

AA Navis - Saraswati: Si Gadis dalam Sunyi (2002)

Aku suka dengan bagaimana AA Navis memberikan pandangan lain berkaitan dengan hidup, semisal bagaimana pandangannya melihat kaum difabel sebagaimana yang dialami Saraswati, gadis bisu dan tuli. Semangat Saras digambarkan sebagaimana manusia normal, yang perlu juga secara psikologis diperlakukan sebagai orang normal: punya perasaan, mimpi, cita-cita, dan cinta. Navis egaliter sekali di sini. Saras, gadis ibukota sebatang kara yang ditinggalkan ayah, ibu, kakak tertua, kakak muda, adik tertua, dan adik muda karena kecelakaan. Lalu dia ikut saudara ortunya di sebuah desa di Padang Panjang, menjalani hidup dengan keluarga baru: Angah, Pak Angah, Busra, Bisri (di masa perang). Konflik utama baginya pertama-tama adalah komunikasi. Dia bingung bagaimana menunjukkan isi hatinya, orang juga bingung bagaimana berkomunikasi padanya. Bab menarik ketika Saras belajar membaca dan menulis di pekuburan sambil menggembala domba; Saras yakin, membaca dan menulis adalah sarananya berkomunikasi, mengisi perbendaharaan batin.

AA Navis - Kemarau (1957)

Novel ini versi panjang dari cerpen "Datangnya dan Perginya" yang ditulis AA Navis dalam kumpulan cerpen "Robohnya Surau Kami". Terkait perkawinan incest satu bapak beda ibu di bab akhir2 buku. Jika di cerpen latar belakang si ayah tak dijelaskan detail, di novel ini jelas siapa namanya, bagaimana dia menghabiskan hidup setengah dari hidupnya, juga prinsipnya yang bisa kurangkum dalam kalimat, "Amar ma'ruf nahi munkar." Tokoh utamanya Sutan Dutan Duano serupa karakter "agak laen" yang sering jadi benang merah Navis dalam menciptakan tokoh: dia berbuat lain dari orang-orang kebanyakan. Seperti judul utama novel, sebuah daerah di Padang, sekitaran Bukittinggi, yang mengalami kemarau panjang. Tanah-tanah di sawah merekah, petani nyaris gagal panen. Aneka dukun pun telah dikerahkan untuk menurunkan hujan, tapi hasilnya nol. Dukun tak berhasil, baru mereka ingat Tuhan, tapi Tuhan tak bisa diatur, daerah itu terus mengalami kekeringan. Sutan Duano berinisiatif untuk mengairi sawah dengan cara mengangkut air dari danau ke sawah secara manual: diambil di danau dengan memakai alat belek pada dua ujung bambu yang diangkat di bahu--istilah Jawanya "mek banyu". Masyarakat menolak meski Sutan Duano telah mendatangi para pejabat tinggi di tingkat kampung dan nagari. 

Tentu Sutan Duano sadar, masyarakat tidak akan percaya tanpa ada bukti. Lalu dia bekerja keras, selain mengurus surau, setalah subuh sampai jam 9; lalu setelah ashar sampai magrib, menjadi waktu konsistennya mengambil air di danau untuk dialirkan ke sawahnya. Hingga akhirnya sawah itu pun menghasilkan padi. Ada satu anak yang tertarik dengan ide Sutan Duano bernama Acin, yang mengingatkan dia pada anak tunggalnya Masri (yang menikah dengan Arni, saudara tirinya dan beribu Iyah, meski akhirnya kemudian mereka cerai). Acin punya ibu bernama Gundam, seorang janda yang dicerai suami karena tak mau dimadu. Akhirnya, Sutan Duano dan Gundam setelah melewati berbagai drama yang dibuat oleh masyarakat, seperti tokoh Saniah yang iri pada Gundam dan hendak menyantetnya, tak bisa mencegah nasib baik seseorang. Yang kusuka dari tokoh Sutan adalah kesetiaannya pada prisip-prinsip hidup yang dipegangnya kuat. Dan sifat pantang menyerah, pekerja keras, dermawan, dan teladannya pada sesama.

S. Amran Tasai Djamari - Pandangan Sastrawan A. A. Navis dan Tanggapan Kritikus Terhadap Karyanya (2003)

Buku ini berisi kritik, pandangan, perspektif dari berbagai penulis dengan latar belakang yang mengulas terkait karya-karya AA Navis. Sayangnya, 90 persen lebih banyak bahas terkait cerpen Robohnya Surau Kami. Bahasan yang overload dan overrated itu sayangnya diisi dengan sangat sedikit kebaruan, atau nyaris dari pembacaan saya tak banyak sudut pandang baru. Yang menarik tentu esai-esai dari AA Navis sendiri yang ditulisnya di akhir-akhir halaman. Sebagaimana akademikus sastra, AA Navis menjabarkan dengan banyak data akan pengaruh kebudayaan Minangkabau terhadap kebudayaan Indonesia, watak sastra Minangkabau, pola karya-karya yang lahir dari penulis Minangkabau, hingga sastra Islam itu yang bagaimana sih? Di akhir-akhir halaman juga ada wawancara menarik soal mengapa AA Navis menulis biografi, tak lain karena tulisan itu untuk pembaca yang lebih luas, bukan an sich untuk orang yang sedang dia tulis. Selain itu, penggambaran sejarah dan latar belakang sejarah juga tak kalah penting. Meski begitu,  jujur yang tulisan akademis ini saya lumayan lelah membaca. Banyak konteks yang di luar area saya. Jika Navis mengatakan, tulisan yang baik adalah yang bisa membuat pembaca bertanya, "Ini kenapa begini? Ini bagaimana bisa begini"; dan tulisan buruk adalah ketika pembaca mengatakan, " Selanjutnya apa? Selanjutnya apa?"; maka ketika saya menikmati buku ini, boleh dikatakan saya cenderung ke pertanyaan, "Selanjutnya apa?" 

Joseph Murphy - How to Attract Money (1955)

Sebagaimana kata Rumi, apa yang kau cari, akan mencarimu. Buku "How to Attract Money" ini ditulis oleh mentalis/pengkaji mistisisme praktis kelahiran Irlandia dan besar di Amerika bernama Joseph Murphy. Inti dari buku ini adalah bagaimana menggunakan pikiran, baik sadar dan tidak sadar untuk menciptakan kekayaan yang tak terbatas. Murphy berkali-kali menekankan soal pola pikir (mindset) menjadi kaya itu dimulai dari dalam diri sendiri, semua kekayaan itu ada di dalam diri sendiri, sumbernya satu: Tuhan. Dari Tuhanlah kekayaan tak terbatas itu hadir, kita perlu melatih pikiran secara mindfulness untuk menjaga, merawat, dan menumbuhkan pola pikir tersebut di dalam hati, pikiran, dan jiwa dengan yakin. Murphy mengingatkan kita juga untuk jangan menjadi pendoa berwajah ganda, di mana kita yakin dengan Tuhan, tapi di sisi lain kita tidak yakin dengan apa-apa yang kita cita-citakan sendiri, karena alasan aku tak bisa ini dan tak bisa itu. Yakinlah, Tuhan adalah pilot kita, yang akan memandu kita. 

Murphy juga mengingatkan kita, ketika pikiran negatif masuk, kasi tahu dia "jangan masuk!". Sehari mungkin akan banyak, tapi lama kelamaan pikiran negatif ini akan sedikit, hilang, atau bisa kita kontrol. Buku ini sejalan dengan konsep "oneness" yang ada dalam Advaita Vedanta, tetapi pendekatannya lebih ke Kristen (bibble). Untuk menjadi kaya, orang mesti yakin, melakukan meditasi 4-5 menit dengan bicara, "Money is forever circulating freely in my life, and there is always a Divine Surplus." Lakukan berulang-ulang tapi jangan mekanis, karena itu juga tidak akan sampai, susah terwujud. Rasakan, yakini, dan percaya itu nyata. Nanti praktik dan tindakan akan mengikuti sebagaimana hukum aksi-reaksi. 

Buku ini juga banyak memberi contoh kisah orang-orang yang berhasil dan gagal karena keyakinan mereka sendiri. Termasuk yang nampak dan hilang dari kita, sebelum itu terjadi, itu sudah ada di dalam pikiran kita terlebih dahulu. Pola pikir kaya akan memproduksi kekayaan pula, atau dalam bahasa bibble, "Change water into wine." Hal lainnya, aku suka dengan bagaimana buku ini bisa mengungkapkan apa yang penulis maksudkan dengan bahasanya sendiri. Tanpa comot banyak nama, tapi kaya dengan kisah-kisah manusia dengan semua pelajarannya. Pola-pola tulisan ini juga sebagaimana aku temukan pada tulisan-tulisan Swami Vivekananda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar