Sabtu, 06 Desember 2025

Catatan Konser Rony Parulian di Jakarta x Beauty 2025

Ron the Room di JxB
Sebulanan ini jadi bulan yang berat. Aku kehilangan motivasi mengerjakan yang kusuka: aku banyak menunda, membaca yang kugandrungi jadi kegiatan yang tak menarik lagi, krisis finansial dari tengah sampai akhir tahun semenjak aku kena scammed yang nguras tabungan tanpa sisa sampai minus, dan aku begitu malas ibadah lagi. Akibatnya jelas, rasa sedih yang kurasakan semakin mendalam. Aku merasa, hal paling berat yang kurasakan akhir-akhir ini adalah menjadi bahagia tanpa berpura-pura. 

Ini "Rahasia Pertama" yang ingin kuceritakan sebelum kulanjutkan menulis catatan konser ini, yang makin kesini formatnya jarang kuperbarui. Sebagian hormon rasa senangku (dopamin, oksitonin, dann seretonin) akhir-akhir ini didukung karena aku dengerin lagu-lagu dan nonton konser Rony. Sembari menulis ini, aku hanya ingin mengabadikan suatu catatan kecil untuk diriku sendiri, bahwa walaupun tak panjang, aku bukanlah fans yang pasif, tapi juga bisa memproduksi maknaku sendiri. Ini setidaknya teori yang kudapat dari Henry Jenkins. Sembari mengulang ingatan malam itu di Jakarta Convention Center hari Sabtu malam tanggal 6 Desember 2025 itu; aku mencoba berbagi cerita itu.

Sabtu itu, jelas aku ada dalam kondisi low energy, ya, semingguan ini rasanya begitu berat. Jika level stres punya indikator 1 sampai 10, barangkali aku ada di level 8. Sabtu aku mengerjakan tulisan voluntir, lalu piket setiap malam mengumpulkan link dan kebablasan sampai setengah delapan malam, padahal konser jam delapan malam. Aku putuskan naik Go-Jek, tapi berkali-kali aku cancel karena driver tak membalas dalam waktu yang cukup lama, sementara jarak dari yang mendekat tiba-tiba menjauh. Aku pernah mendengar suatu saran, jika dalam waktu 5 menit driver gak balas, berarti dia minta cancel. Aku tak tahu Jakarta malam kali ini ada acara apa, mungkin sedang ramai, sampai akhirnya aku tiba di JCC telat. 

Tak berhenti sampai di situ, di JCC tiketku di app Femle Daily susah dibuka. Tiba-tiba aplikasinya blank. Aku harus refresh hape sampai dua kali. Setelah menenangkan diri, gak merusingkan diri; akhirnya itu aplikasi bisa. Aku langsung lari ke dalam mencari panggung konser. Di antara para stand-stand beauty enthusiast berdiri dengan tampilan-tampilan yang sangat menari, pengunjung malam itu ramai, aku ngrasa agak salah masuk ruangan. Tapi yadahlah, emang agak aneh karena aku tak seantusias itu dengan produk-produk kecantikan sebagaimana perempuan normal lainnya. Dan, karena telat, aku kebablasan tiga lagu pertama dari Rony. Waktu itu panggung udah banyak orang, aku tetap milih di jarak aman, paling belakang tapi masih bisa lihat Rony, daripada dekat tapi gak bisa lihat, haha. 

Lagu-lagu yang dinyanyikan Rony: 

  1. Butuh Waktu
  2. Dengarlah Cinta
  3. Mengapa 
  4. Angin Rindu
  5. Salahi Gua, eh, Salahi Aku
  6. Tak Ada yang Sepertimu
  7. Satu Alasan
  8. Sepenuh Hati
  9. Tak Ada Ujungnya
  10. Pesona Sederhana

Moment lucu barangkali, ketika aku berdiri di sebuah stand produk yang aku lupa apa namanya. Tapi ada boneka Teddy Bear yang gede banget melebihi manusia normal tingginya, yang gemuk dan ginuk-ginuk kalau jalan. Isinya manusia. Sementara, mbak-mbak sales yang masih bekerja mesipun Rony sedang tampil bilang, "Sini Ron! Diskon 20 persen!" Tuh Ron, kamu dapat spesial diskon. Namun, sebagai sesama kelas pekerja, aku masih bisa ngrasain fansnya Rony yang lagi kerja di situ juga, tapi dia gak kesempatan nonton Rony, mungkin karena booth-nya lagi ramai, atau murni manusia gak enakan, yang gak punya keberanian buat izin nonton konser meskipun hanya sebentar. Kalau ada, itu asli nyesek sih.

Oh iya, di akhir konser itu kan Rony ngelempar handuk ya ke WeR1. Handuk warna coklat gitu. Nah itu ternyata direbutin tiga WeR1. Mereka tampak bersitegang untuk mendapatkan handuk itu. Sampai akhirnya diputuskan untuk pakai gambreng dalam menentukan siapa yang menang. Nah, ini pelajaran moralnya, yang menang itu mbak-mbak yang menunjukkan gestur tenang, gak begitu maksa, tapi tetap tegas pengen dapatin itu handuk. Kuncinya, seperti lirik lagu yang dibikin Rony dan dinyanyikan Judika, "Tenang, tenang, cintaku, setulus janjiku menjagamu...." (Anjay!)

Tiga WeR1
Berebut handuk Rony
Tebak siapa yang menang?
Pas pulang dari JCC, aku sempat ke dinding yang berisi ucapan-ucapa yang ditulis ke sticky notes. WeR1 tentu berpartisipasi, beberpa yang kutemukan, seperti 'Sayang Rony', 'Rony ganteng', 'Rony Parulian is calling', 'Type R Green', dll. Lu gak bosen Ron dipuji-puji terus? Juga ada pesan-pesan lain terkait hidup, dan doa-doa, seperti cuan cuan cuan di tahun 2026, '2026 glow up: good rekening, good skin, good body, good life', 'Kaya Raya Jodoh Mapan', Beberapa yang kusuka.
Semangat diri sendiri!
Makasi Ya Allah
Gw juga introvert ik
Keras, wkwk
Rumah di Menteng aja bisa gak sih?
Ora mapan, ora mangan
Cuan!
Di konser JxB kali ini, di saluran WA Rony juga nulis, "gua masih gondrongggg", ditulis Jumat (5/12/2025). Gara-gara ini, kemudian WeR1 di konser itu teriak, bukan Rony Parulian tapi "Rony Parulion" atau "Rony Parulayen", haha. Tapi jujur sih Ron, lu gak gondrong cakep, tapi kalau gondrong jadinya cakep banget. Cakep lu jadi kuadrat gitu. 

Laras di sini...

... keknya gank-nya ini, wkwk
Syu syu

Terkait Rony Parulion, aku juga mau cerita, pas pulang kerja, pernah tuh motorku ada di belakang mobil ekspedisi Lion Parcel. Ini pas aku mau menuju kos di tengah Jakarta Pusat yang lagi musim macet parah. Aku langsung keingat Rony, apalagi di situ ada kenangan lain. Jadi, ada Bapak-Bapak paruh baya, mungkin usianya 50-an, rambutnya gondrong berwarna putih sampai mau sepunggung. Rambut itu sering dikuncir. Suatu sore aku kaget dong, pas lihat itu Bapak, rambut gondrongnya dipotong jadi cepak! Jadi ini Bapak gondrong rambut putih kerja jasa poles mobil/notor gitu. Dia kerja di pinggir jalan yang sering aku lewati saat menuju kos. 

Yah, nyambung gak nyambung sih ini, tapi lucu, wkwk. Makasi Rony dan WeR1!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar