Myanmar menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang pertumbuhan ekonominya tercepat rentang 2015-Februari 2021. Meski begitu, sebagian besar usaha di Myanmar tak mendaftarkan aktivitas mereka, atau masuk kategori sektor informal yang jumlahnya lebih dari setengah angkatan kerja di Myanmar.
Tidak adanya definisi pasti terkait informalitas, menunjukkan bahwa banyak usaha tidak sepenuhnya formal atau tidak sepenuhnya informal. Tapi ada operasi spketrum di antaranya. Literatur studi formalisasi dibedakan dalam dua kategori: obesrvasi dan eksperimental. Studi terkait informalitas sebagian besar bersandar pada indikator formal.
Beberapa mendapat lisensi dari pemerintahan lokal, meski tak membayar pajak. Di sisi lain membayar pajak, tapi tidak terdaftar dalam asuransi sosial. Meski begitu formalisasi tidak selalu berhubungan positif dengan profit.
Data dari studi ini diambil dari badan statistik (Myanmar Central Statistical Organization) kementerian setempat. Dataset diambil dalam rentang tahun 2017-2019 meliputi 2.133 usaha yang mewakilii sekitar 70 ribu usaha manufaktur swasta di daerah-daerah. Industri terbesar meliputi makanan, minuman, dan tembakau (39 persen); tekstil (14 persen); dan perusahaan logam (9 persen).
Peneliti membuat empat indikator mengapa "menjadi formal" ini dianggap menguntungkan untuk usaha di Myanmar:
1. Formalisasi menunjukkan jika suatu usaha terdaftar dalam kantor kelurahan
2. Formalisasi di tingkat nasional menunjukan adanya pengakuan dengan berbagai otoritas dan berhubungan dengan mereka.
3. Formalisasi menunjukkan apakah suatu perusahaan membayar pajak atau tidak.
4. Tunjangan sosial formalisasi mengindikasikan jika persuhaan membayar satu atau lebih dari jaminan sosial yang diberikan pada pekerja.
Standar rekomendasi yang ditawarkan adalah membantu sektor informal ini untuk menjadi formal. Meski argumen kuncinya, dengan formalisasi mereka akan mendapat akses yang lebih, semisal di bidang pinjaman atau internet.
Temuan menariknya, peneliti tidak menemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara jaminan lokal, nasional, dan sosial dalam formalisasi, dan dengan produktivits di sisi yang lain. Atau banyak manfaat potensi formalisasi yang lemah, atau bahkan tidak ada di Myanmar, karena kedidaktoran digunakan untuk menindas institusi swasta.
Klaim ini dibuktikan dengan, dari banyaknya potensi keuntungan di sektor formal, seperti kredit, karyawan, pelanggan, dll, dalam praktik ternyata sedikit digunakan. Justru pemberian pajak dan biaya yang tinggi berpengaruh lebih kuat dalam formalisasi, dibandingkan dengan manfaat potensial yang lain.
KUTIPAN:
"We find that tax formalisers belong to the only formalization category significantly more productive than its informal counterparts. This association only holds for bigger enterprises, i.e. tax formalisers with fewer than five employees are not more productive."
"We find no statistically significant relation between local, national, and social security formalization, on the one hand, and productivity, on the other. Arguably, many potential formalization benefits are weak or absent in Myanmar because a dictatorship used to repress private-sector institutions."
"Lower formalization levels, like the registration with local authorities (local formalization) or national-level offices (national formalization), are not significantly associated with productivity. Further, they come with few intermediate benefits, which are much more prevalent in other countries. Both local and national formalisers pay higher taxes and fees than always-informal enterprises, almost without acquiring any benefits due to their new status."
"[t]she policy could focus on furthering the benefits of formalization that are currently non-existing or weak. Before trying to formalize all firms, policy should target better service provision and facilitate access to formal markets, e.g. make it easier for firms to purchase machinery and obtain credit."
Hanna Berkel & Finn Tarp (2022) Informality and Firm Performance in Myanmar, The Journal of Development Studies, 58:7, 1363-1382.
Link: https://doi.org/10.1080/00220388.2022.2061849
#hannaberkel #finntarp #informality #firm #myamnar #developmentstudies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar