Jumat, 12 Agustus 2022
Leftover Soul - Putu Oka Sukanta
Nemu cerpen Putu Oka Sukanta ini di Project Muse, terbit sekitar 12 tahun yang lalu. Saya mencari karya Beliau karena tertarik dengan buku terbarunya "The Turning Wheel" yang terbit baru-baru ini.
Judul cerpen sangat syahdu "Leftover Soul", kalau saya terjemahkan secara bebas "Sisa Jiwa". Dibuka dengan percakapan terkait karma, tak heran karena beliau orang Buleleng, Bali, karma adalah hal-hal yang dekat.
Di halaman kelima, saya menitikkan air mata, entah, lama sekali rasanya saya tak menangis karena cerpen.
Secara singkat, cerpen ini berkisah tentang seorang eksil yang dipenjara bernama Mawa. Dulunya dia adalah guru, yang sempat cekcok dengan kakaknya persoalan tanah.
Orangtua dan leluhur Mawa adalah petani. Profesi petani sungguh digambarkan dengan indah di sini, salah satu kalimat yang berkesan antara Mawa ke ayahnya:
“You are the more noble person, Bapak, because you produced food not just for me but for others. Here I am, bent over, just like you when you were putting in seedlings—not because I share your profession but because I tried to stand beside you to build a better world.
Di dalam penjara, Mawa mengenang masa-masa hidupnya di kampung. Bagaimana dia takut melewati kuburan yang setiap perkabungannya orang yang berduka harus menanam pohon. Kuburan itu sangat rindang, dengan bambu, tamarin, dan randu.
Tapi Mawa tetap takut tiap melewati kuburan itu dan dalam penjara dia bertanya: Mengapa takut pada jiwa orang-orang yang tidak pernah kamu temui?
Cerpen terdiri dari dua babak. Di babak kedua adalah dialog daging antara Mawa dan Rota. About commie, cell, colonialism, imprisonment, government, humanity, scholar, etc.
“But then foreign scholars write unbiased books that really confuse Indonesians. These books seem to show that our own scholars are not only uncritical but bootlickers as well.”
Sukanta, P. O., & Samson, L. (2000). Leftover Soul. Manoa, 214-223.
Link: https://doi.org/10.1353/man.2000.0034
Tidak ada komentar:
Posting Komentar