Minggu, 08 Juli 2018
Orkestra Seekor Burung
Setiap pagi seekor burung telah menyiapkan pianonya di sebuah pohon tua di dekat kosku. Gitarnya kupinjam dan belum sempat kukembalikan. Burung itu berjanji akan mengajariku bermain musik. Tak kuragukan lagi, soal musik, dia adalah gurunya guru. Mahaguru. Nyanyian burung setiap pagi sebelum pukul enam, dan sore sebelum magrib adalah suatu orkestra yang sayang untuk dilewatkan. Dan ia sering mempersembahkn orkestranya sendirian, tanpa bantuan siapa-siapa. Kuperhatikan penontonnya sebenarnya banyak: pohon mangga yang batangnya cabang lima di rumah bapak yang suka mengomel sendiri--untunglah dia ditemani seorang istri yang begitu sabar dan setia; para genting-genting sang ahli menafsirkan hati langit--seorang pecinta yang selalu memahami langit tapi langit tak pernah memahaminya; dan para kabel, kerikil, segenap benda mati dan benda hidup. Maaf ini kusimplikasi saking terlalu banyaknya. Mereka ada yang mendengarkan, ada yang tidak. Sekarang saatnya orkestra. 05.54, enam menit sebelum orkestra. Tiba-tiba diam. Anak dan istri burung meminta burung bekerja. Di detik-detik itu biasanya burung akan semakin berisik, makin kencang memaikan tempo musiknya. Lalu berhenti, dan ia siap memulai hari kerjanya dengan semangat penuh. Aku yakin, hari-hari yang bahagia selalu dimulai dengan nyanyian. Suatu nyanyian diri, hanya tinggal mengatur intro, reff, dan outro-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar