Rabu (24/01/2018), di sebuah bus, ada seorang bapak yang bertanya tentang cita-cita saya, “Mbak, setelah lulus ingin jadi apa?”. Saya menjawab, “Jadi wartawan, Pak.” Lalu, bapak setengah baya berjaket kulit hitam itupun menasehati saya. Pertama, wartawan itu banyak musuhnya. Kedua, wartawan segala harus bisa, ilmunya harus luas, dan siap ditempatkan (alih-alih dibuang) dimanapun. Ketiga, semua perusahaan media cetak milik swasta, tidak ada yang negeri, dan tak ada jaminan di hari tua. Dan saya berpikir ulang. Kata-kata tersebut semakin membuat tubuh saya yang kecil menjadi semakin kecil; tapi tak menyurutkan apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar