Marjin Kiri di perayaan 20 tahun ulang tahunnya mengadakan banyak sekali diskusi dari pagi sampai sore. Salah satu acara sore yang kuikuti adalah Klub Buku yang membahas karya penulis Aris Rahman Purnama Putra berjudul "Parasit dan Cerita-Cerita Lain dari Kampung Bantaran Kenangan. Acara ini merupakan kolaborasi antara Marjin Kiri, Baca Batja Book Club, dan Aris Rahman P. Putra. Acara dilaksanakan di Gudskul Ekosistem, Jakarta Selatan, Sabtu, 24 Mei 2025.
Jujur, ketika ikut diskusi Klub Baca ini aku belum baca bukunya Aris. Namun, jujur, aku suka dengan klub baca seperti ini karena membuka berbagai horison lain akan hidup yang enggak kutahu. Diskusi seperti ini juga hangat, karena melibatkan semua peserta yang datang. Kita membentuk lingkaran dan mengungkapkan secara bebas pemikiran kita akan buku yang dibahas. Beberapa hal yang kutangkap dari diskusi itu dan menurutku menarik adalah:- Semakin kamu miskin, semakin banyak kekerasan yang kamu hadapi. Itu kenapa pendidikan sangat penting. Jadi, usahakan jangan jadi orang miskin.
- Ada peserta yang selama empat tahun telah melakukan tradisi membaca satu hari satu cerpen. Menurutku konsistensi ini sangat keren.
- Ada peserta yang ketika membaca novel seorang penulis, dia memulainya dengan cerpen penulis dulu, karena dari situ bisa dilihat seberapa dalam keterampilannya, tema-tema apa yang menjadi penekanannya, dan isu-isu apa yang ingin dia sampaikan. Mungkin sama halnya ketika kamu hendak merasakan air laut, tak perlu semua kau bawa, kadang kau hanya butuh satu cangkirnya saja, kalau perlu satu sendoknya saja. Ya, mungkin begitu.
- Ada juga yang cerita, bagaimana buku mempengaruhi manusia, dan bagaimana mereka bisa punya harapan dan mimpi. Seperti di kalangan pesantren kebanyakan bercita-cita pergi ke Timur Tengah seperti Mesir, tapi ada anak yang mau pergi ke Eropa seperti Inggris dan Prancis setelah membaca buku Edensor karya Andrea Hirata.
Yang menarik pula, di tiap cerpen selalu diberikan persembahan untuk para sutradara yang penulis suka, dari: Kore-eda, Bong Joon-Ho, Guillermo del Toro, Yosep Anggi Noen, Lars von Trier, Alfonsi Cuaron, Steven Spielberg, hingga Jirapah. Contoh, judul "Parasit" ini terinspirasi dari film berjudul sama kaya sutradara Bong Joon-Ho. Aris memilih untuk jalan tengah, dia yang tidak terlalu dikenal banget, tapi juga tidak terkenal banget.
Semisal, di Prolog, bercerita tentang veteran yang hidup di kampung fiksi bernama Bantaran Kenangan. Lalu cerita berlanjut tentang pencurian tiga sahabat Med, Ndra, dan Ris yang mengutil kunci di kompleks perumahan elite di Surabaya. Cukup menegangkan ketika si tuan rumah mengetahui tingkah kriminal kroco tersebut dan meminta anjing peliharaan bernama Owi untuk menghajar mereka. Setelah itu, ada cerita kehidupan Mat dengan ibu dan bapaknya seorang sopir angkot. Ibunya iri melihat tetangga yang hidup lebih enak dan punya perhiasan, sedangkan dia tak punya apa dan hanya memberi makan tempe pada Risman. Si Mursid, bapaknya, punya pistol, yang entah dengan cara yang absurd terlibat dalam adu tembakan yang membuat si Bapak terbunuh dan kisahnya diberitakan di televisi. Cerpen Nonfiksi masih senafas dengan kisah di dalam rumah Mat yang miskin, dan bagaimana dia dan orangtuanya berjuang untuk itu. Untuk keluar dari kemiskinan.Resonansi tentang latar orangtua Risman juga dibahas di cerpen "Rhoma". Cerpen ini mengisahkan sopir bernama Mursid yang menyukai seorang penjaga warteg bernama Ani. Sebagai kisah picisan pada umumnya, Mursid makan di Warteg, menggoda dengan manuver-manuver cringe-nya, hingga mengajak Ani jalan. Di Pasar Wonokromo, Ani ditraktir beli apa pun, dia milih kaset Rhoma yang Ksatria Gitar, karena Ani ngefans banget sama Rhoma. Namun, setelah pacaran itu, mereka menginpa di hostel, dan membuat Ani hamil. Keduanya keburu dinikahkan sebelum perut Ani membesar. Waktu berjalan, Ani yang jadi pembantu di kota besar seperti mendapati kisahnya didatangkan padanya lagi, dia mendapati anak majikannya hamil di luar nikah juga dengan pacarnya yang tak mau tanggung jawab.
Ada pula cerpen yang katanya jadi favorit di perbincangan dengan peserta di Baca Batja, Metamorlisa, tentang mbak-mbak bertanktop dan bercelana gemes, yang mengalami metamorfosis karena tubuhnya dipenuhi cairan hijau sebelum dia katanya berubah jadi kupu-kupu. Si mbak ini berhadapan dengan lima orang bocah yang kerap mandi dan renang di bantaran kali yang airnya berwarna cokelat. Tapi cairan lengket hijau ini mengeluarkan bau busuk yang membuat anak-anak bilang, "Hiyeeek!" Ternyata, si mbak-mbak ini mengalami kekerasan seksual. Dia juga diselingkuhi, dianggap bodoh oleh orangtuanya sendiri, dan aneka kekerasan struktural lain.
Kisah lain yang bagiku menarik adalah "Gembelengan", bagaimana si anak kelas V SD yang dibully dan dijadikan korban kekerasan justru menikmati kekerasan itu sendiri. Dia menganggap kekerasan ini sebagai hal yang justru dinikmatinya. Sadis. Si guru ingin menolong tapi juga sedih dengan pola pikir Gembel ini. Gembel mendapat kekerasan tak hanya oleh seluruh teman di sekolah, tapi juga orangtuanya di rumah, cerita ini sedih banget dan membuatku pengen nangis. Ini situasi yang sama yang sangat beresonansi dengan kisahku. Bahkan ketika si guru mengecek tumbuh Gembel, banyak bukti kekerasan menempel di tubuhnya, yang tak bisa diobati bahkan dengan sajian ice cream.Cerpen lain yang kusuka adalah Nay, semacam cerita di dalam cerita. Si Ndra main ke rumah temannya Nay yang kaya raya. Di sana dia membaca cerita karena diminta guru buat karangan. Dalam cerpen itu ada tiga cerita lagi: Kisah Bik Merian dan rumahnya yang angker, Todung Pendek dan Todung Panjang, serta kisah anak kecil bernama Madeline para perang Jerman. Semuanya sesak, dan di cerpen Planetarium, kisahnya diteruskan oleh Ndra saat Har memintanya berdoa ketika bintang jatuh, Har bermimpi pengen jadi orang kaya, tapi Ndra pengen berjodoh dengan Nay agar ikutan kaya. Nay juga Ndra sukai karena dia satu-satunya anak di sekolah yang suka baca buku selain buku pelajaran. Mimpi itu terjadi di truk sampah. Yang diakhiri dengan epilog bagaimana Kampung Bantaran Kenangan ini hilang digusur pasukan Satpol PP.
Antar cerpen di sini saling berhubungan. Seperti saling berhubungan, jadi nama Ris, Ndra, Mat ini disebut di beberapa cerpen. Yang kuingat dari diskusi itu, Aris ingin menceritakan banyak segmen hidupnya di masa lalu, termasuk bagaiamana dia bisa kuliah dengan Bidik Misi, bagaimana dia memperoleh akses bacaan dari temannya, dan jika dia tak bertemu temannya itu, entah bagaimana hidupnya. Cerita yang bagiku menarik, aku juga seperti itu, tanpa buku dan orang-orang di kelompok studi kritis, entah jadi apa hidupku sekarang? Sampai di titikku sekarang saja, aku sudah sangat bersyukur. Alhamdulillah.
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)


.jpeg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar