Rabu, 30 November 2022

30 November 2022

Ya Allah, ajari aku untuk berpikir sederhana dan mengerjakan hal apa pun dengan sederhana.

Jumat, 25 November 2022

25 November 2022

I think, it is true, you born to be real, to be real, to be real; not to be perfect, not to be others that you are not belong.

Rabu, 16 November 2022

Membongkar Lagi Perpustakaan - Homi K. Bhabha

 Homi K. Bhabha merupakan teoritisi budaya yang berasal dari India dan guru besar Sastra Inggris dan Amerika di Universitas Harvard. Dirinya bersama dengan Edward Said dan Gayatri Spivak dipandang sebagai peletak dasar Pascakolonialisme.

Judul dalam jurnal ini Bhabha ambil dari tulisan Walter Benjamin "Unpacking My Library". Dia sekaligus terinspirasi dari Walter terkait dunia buku Walter seputar memori dengan buku-buku. Kemudian Bhabha membongkar perpustakaannya sendiri terkait buku-buku yang dibelinya di Bombay, Oxford, London, Hyberabad, Champaign-Urbana, Jyavaskala, dll. Menurut dia, kekacuanan buku-buku yang kita miliki membuat kita tak dapat menebus “kosmopolitanisme vernakular” terkait apa yang disebut Walter: pembaruan keberadaan.

Dengan menyisipkan dua buku "The Hunger Artists" oleh Maud Ellmann dan "The Fat Man in History" oleh Peter Carey, dia mengajukan dua pertanyaan: Apakah urutan buku menentukan urutan barang, atau dalam konteks ini saya artikan kejadian/kondisi? Seperti apa sejarah diri kita sendiri dengan zaman seseorang yang dikodekan dalam pengumpulan buku? Bhabha mengatakan, "ketidakaturan" buku-buku kitalah yang membentuk kita. Di sini Bhabha menjelaskan, bagaimana buku-buku dia dengan para penulis dan idenya saling berhubungan membentuk "identitas" tertentu. Interaksi ini menimbulkan kecemasan.

Kecemasan itu adalah tanda bahaya yang tersirat di ambang identitas, antara yang identitas dan non-identitas, internal dan eksternal. Kecemasan muncul sebagai respon akan "bahaya kehilangan" yang melekat dan akrab, yang mengandung gambar, situasi, dan representasi. Dalam esai ini, Homi K. Bhabha masih menunjukkan kajian utamanya terkait mimikri dan hibriditas. Di mana di satu pihak seseorang membangun identitas (persamaan), tapi di sisi lain juga mempertahankan perbedaan.

Kondisi pascakolonialisme mencoba melawan universalisme, betapa kecil pun itu. Bhabha memberi analisis baru dan mengisi ruang yang lebih rumit dibanding sekadar menjelaskan jahatnya penjajah dan lugunya pihak yang terjajah. Dari ide itu, pascakolonial Bhabha menunjukkan taringnya.

Nuansa paradoksal dibangun oleh Bhabha ketika mengkritik analisis orientalisme dari Edward Said yang membayangkan identitas penjajah dan terjajah sebagai sesuatu yang stabil. Bhabha membangun ruang ketiga yang menjadi ruang ambang di mana kaum terjajah menemukan strategi perlawanan terhadap dominasi yang dibuat oleh penjajah. Ruang ini disebut ruang hibriditas. Dari sini lahir identitas yang baru.

Dia juga menggunakan konsep mimikri atau proses meniru pihak lain. Mimikri disebut dengan perlawanan subversi, perilaku membela diri, pertahanan hidup, dengan cara kamuflase. Gagasan mimikri Bhabha dikembangkan dari dua tokoh: Frantz Fanon (1925-1961) dan Jacques Lacan (1901-1981). Sepeti dalam kasus budak yang meniru perilaku tuan, tapi tetap mentalnya budak. Budak yang tak berpikir untuk membebaskan diri di ruang ketiga, dengan jalan ninja mimikri.

Dari ruang ketiga ini juga muncul transformasi budaya yang dihasilkan dari kerjasama antara penjajah dan kaum terjajah.

Bhabha, H. (1995). Unpacking My Library Again. The Journal of the Midwest Modern Language Association, 28(1), 5-18.

Link: https://www.jstor.org/stable/1315240

#homibhabha #library #postcolonialism #identitas #mimikri #pascakolonial

Selasa, 08 November 2022

8 November 2022

"Boleh jadi engkau tidur, tapi puluhan doa naik untukmu. Dari si fakir yang pernah engkau tolong, dari si lapar yang pernah engkau beri makan, dari si sedih yang pernah engkau hibur, dan si miskin yang pernah engkau bantu. Maka jangan engkau remehkan setiap perbuatan baik itu."

Ibnul Qoyyim

Jumat, 04 November 2022

Teknik Jurnalisme Kelas Pekerja - Rupert Lockwood

"The difference between a good writer and a bad writer, between a master and a mediocrity, is often the difference between concrete and abstract writing." Rupert Lockwood

Jurnal ini membahas terkait tulisan jurnalis Australia, Rupert Lockwood berjudul "Teknik Jurnalisme Kelas Pekerja" terbit di sebuah majalah dan perkumpulan "Realist Writer" pada 1960. Realist Writer mewadahi para aspiran penulis yang beraliran kiri. Mereka hidup di Melbourne pada 1952. Tulisan Lockwood sesuai dengan misi dari gerakan Realist Writers: melatih dan memberanikan penulis, membobilisasi mereka secara politis, dan menguatkan komitmen mereka terhadap perdamaian dan sosialisme.

Rupert Lockwood (1908-97) adalah seorang jurnalis yang intelek, cerdas, berani, orator, komentator, dan komunis Australia terkenal dalam masa 1940an sampai akhir 1960an. Dia mulai mendalami jurnalisme ketika kecil. Dia bekerja di koran pedesaan kecil milik ayahnya di Victoria barat: The West Wimmera Mail. Pada 1935-8, dia keliling ke Asia Tenggara dan Eropa, bekerja untuk beragam media. Dia juga jadi front line yang melaporkan berita terkait Perang Sipil Spanyol pada 1937.

Karier Lockwood melonjak ketika dia ikut gerakan buruk Australia dan penerbitan komunis. Lockwood menerbitkan buku Guirella Paths to Freedom (1942) dan America Invades Australia (c 1995). Secara umum tulisannya berjumlah 4 ribu hingga 6 ribu kata, dengan ekspedisi riset menggunakan canon teoritis Marxis. Subjeknya terdiri dari sejarah, ekonomi, dan geo-politik. Tahun 1941 dia nerbitin juga 17 pamflet. Sementara untuk pamflet, dia banyak sitasi dari sastra dan sejarah, macam Shakespeare, Injil, Sir Arthur Quiller-Couch, hingga alusi Dickens dalam tokohnya Bill Sykes.

Menurut Lockwood, semua bisa jadi penulis. Poin permulaan adalah ketertarikan. Seseorang harus memahami, kemampuan menulis itu berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Tidak dibutuhkan pendidikan formal tinggi untuk jadi penulis yang baik, bahkan kebanyakan penulis yang baik secara pendidikan sangat miskin.

Selain itu, ketika jurnalisme tradisional menyampaikan 'siapa, apa, kapan, di mana', maka Lockwood akan menulis 'bagaimana, mengapa, kapan, di mana, apa'. Hal ini memberikan fakta spesifik terkait situasi.

Lockwood merumuskan teknik jurnalisme kelas pekerja dibuat dengan beberapa pertimbangan, di antaranya:

1. Propaganda kelas pekerja semestinya ditulis dengan gagasan humanis, damai, demokrasi, budaya tinggi, sosialisme.

Lockwood memperhitungkan kapitalisme, media massa, dan peran jurnalis kelas pekerja. Dia menempatkan peran kultural dari seorang jurnalis, di mana humanis dan sosialis dikembangkan di apapun ruangnya atau bagaimana hal itu bisa diciptakan. Kelas kapitalis memiliki monopoli virtual dalam banyak hal, entah itu penerbitan, rumah penerbitan, radio, TV, sinema, teater, dll.

2. Ditulis dengan konkret dan bukan abstrak. Artinya menulis hal yang dapat dirasakan, disentuh, dilihat, didengar, dan mudah dikenali.

Selalu coba tunjukan "gambar" dalam kata-kata, karena rakyat lebih memilih TV dibanding radio karena gambar dan warnanya. Begitu juga ketika akan mencetak manifesto.

Sehingga secara teknis dia memberi saran, penggunaan situasi, kondisi, keadaan, pendidikan, derajat, definisi, dll, yang berhubungan dengan itu sebagainya dihindari sebisa mungkin. Lebih baik menggunakan kata-kata konkret seperti meja, kursi, matahari, bulan, rambut, pohon, dll. Shakespeare menurutnya master dalam hal-hal konkret.

3. Hindari jargon.

Inspirasi Lockwood juga merujuk pada buku Sir Arhtur Quiller-Couch, "On The Art of Writing" khususnya Chapter lima. Berdasarkan Couch, "jargon" menggambarkan tujuan yang hendak dicapai, yakni mencapai hal yang berbelit-belit daripada ucapan langsung dan pendek. Hal itu seperti membungkus pikiran seseorang dengan wol kapas.

4. Tulisan kita mengekspresikan keaktifan bukan kepasifan.

Sebaimana Quiller-Couch, Lockwood mendorong penggunaan suara aktif dalam menulis sebagai jalan untuk menghindari jargon. Dan penggunaan bahasa membingkai alasan penulis sehingga gayanya gaya manusia. Penulisan suara aktif kemudian identik dengan kehidupan politik sehari-hari yang aktif.

"We can all be writers. None of us are apt to be Shakespeares but all can convey ideas to workmates, associates and audiences by the written word. Writing is a trade, but requires more creative effort than most modern trades. Just as some people make better motor mechanics than others, some make better writers." Rupert Lockwood

Cahill, R. (2008). On the technique of working-class journalism. Labour History, (94), 157-166.

Link: https://www.jstor.org/stable/27516275

#rupertlockwood #journalist #journalism #workingclass #labourhistory

Rabu, 02 November 2022

2 November 2022

 Ta'Dzimul Ilmi Waahlihi: Penghormatan Terhadap Ilmu dan Ahlinya.